Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Sabtu, 02 Oktober 2021

Merdeka tetapi Menderita,

 Oleh Zarkasyi Yusuf, ASN Pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh

https://aceh.tribunnews.com/2021/08/14/merdeka-tetapi-menderita?page=all

Goenawan Mohammad pernah menulis tentang merdeka dalam catatan pinggir. Menurutnya, orang ingin merdeka karena tahu artinya tidak merdeka. Tidak merdeka berarti; tiap saat siap ditempeleng, dilucuti, dibentak-bentak, diusir, dihina, diserobot, didiskriminasi, dilempar ke dalam sel, dan atau dibunuh.  “Merdeka” dengan “tidak merdeka” memperlihatkan dua kondisi yang saling berbeda dan bertolak belakang, satu dipahami positif dan satunya lagi dipahami negatif.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia merdeka diartikan bebas dari penghambaan, penjajahan, berdiri sendiri, tidak terkena atau lepas dari tuntutan, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu (leluasa). Jika disederhanakan, merdeka adalah keadaan bahagia sedangkan tidak merdeka adalah menderita.

Kyai Haji Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah memberikan pernyataan tentang hakikat merdeka, pernyataan ini diungkap Gus Dur dalam diskusi Forum Demokrasi (FORDEM) pada 8 Agustus 1991 silam untuk memperingati kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-46 (Majalah AULA Nahdhatul Ulama (NU).

Gus Dur memberikan tujuh hakikat merdeka, (1) kemerdekaan lebih merupakan proses perjuangan menentukan nasib sendiri daripada keadaan yang bebas dari segala soal, kesulitan, dan hambatan. (2) Kemerdekaan adalah hak, hak yang mendasar bagi setiap manusia yang harus dijamin dalam hidup kemasyarakatan, terutama dalam hidup berbangsa dan bernegara. (3) Musuh kemerdekaan bukanlah kekuasaan masyarakat dan negara, melainkan kesewenang-wenangan dalam penggunaa kekuasaan itu.

(4) Kemerdekaan mensyaratkan susunan dan penggunaan kuasa kemasyarakatan dan kenegeraan tertentu. Semakin terpusat kekuasaan pada satu tangan, semakin tak berfungsi kemerdekaan sebagai kaidah hidup kemasyarakatan. (5) Kemerdekaan sulit bertahan bahkan dalam susunan kuasa kemasyarakatan dan kenegaraan yang terpusat pada beberapa tangan.

(6) Kemerdekaan semakin berfungsi dalam susunan kuasa kemsyarakatan dan kenegaraan yang tersebar dengan maksimal. Karena itu, risiko ancaman kesewenang-wenangan memang sangat tinggi, tapi ini mungkin bisa dicegah oleh jaminan persamaan hak bagi semua. (7) Kemerdekaan berfungsi dalam suatu pengelolaan hidup masyarakat dan negara secara seimbang, menghubungkannya dengan perasaaan senasib sepenanggungan dan persamaan hak.

Dalam perjalanan waktu, penderitaan masih saja dirasakan meskipun telah merdeka, bahagia yang menjadi tujuan para pendahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan belum sepenuhnya hadir di tanah yang sudah merdeka. Jangan menghujat, jangan menyalahkan siapa pun, sebab persatuan dan kesatuan telah menghantarkan negeri ini merdeka, dengan persatuan dan kesatuan itu pula kita akan mampu melanggengkan kemerdekaan, merdeka pasti hambar jika usai merdeka masih terjadi pertumpahan darah, bermusuhan, mendendam dan saling bertikai.

Apa yang harus dilakukan agar penderita lenyap di bumi yang telah merdeka, kini usianya 76 tahun. Pertama, jangan berkhianat. Siapa pun kita, apapun profesinya jangan pernah berkhianat dengan profesi kita, jalankan profesi itu dengan amanah dan jauhkan dari berkhianat. Presiden, gubernur, bupati/walikota, camat, kepala desa jangan berkhianat dengan jabatan sedang disandang. Perlu diingat, menjadi pemimpin adalah untuk melayani, bukan menjadi kebangaan yang hanya akan mengantarkan kesombongan dan keangkuhan.

Terkait pengkhianatan pemimpin, Aisyah Radhiallahu anha berkata,” Aku pernah mendengar Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam berdoa seperti ini di kamarku: “Allahumma man waliya min amri ummatii syai-an farafaqa bihim farfuq bihi, waman waliya min amri ummatii syai-an fasaqqa ‘alaihim, fasfuq ‘alaihi”. Wahai Allah, siapa saja yang (bertugas) mengurus sebuah urusan umatku kemudian ia bersikap lembah lembut terhadap mereka (umatku) maka sayangilah ia, dan siapa saja yang mempersulit (urusan) mereka (umatku), maka persulitlah ia”. (H.R Imam Muslim).

Cerita para pemimpin dunia sejatinya terus dibaca dan dikenang, mengapa mereka sukses dengan dukungan seadanya. Menjadi pemimpin bukan untuk menikmati fasilitas yang disediakan, meskipun beragam fasilitas diperuntukkan untuk memaksimalkan tugas-tugas sebagai pimpinan.

Dalam catatan sejarah, Salahuddin al-Ayyubi telah menjadi pemimpin yang sederhana. Kisahnya dipuji Edward Gibbon (1737-1794) dalam bukunya The History of The Decline and Fall of Roman Empire.

Dia menulis ”Spirit Salahuddin sangat ambisius namun menjauhi tipu daya kenikmatan yang lebih berbahaya dari popularitas dan kekuasaan. Baju yang dia kenakan adalah wol yang sangat kasar. Air putih adalah minumannya satu-satunya.

Sikap zuhudnya adalah teladan dalam menahan diri. Keimanan dan perilakunya sebagai Muslim sangat kental. Dia selalu bersedih, kesibukannya menjaga agama dalam medan perang mengalihkan waktunya dari berhaji. Dia sosok yang tak pernah meninggalkan shalat lima waktu. Dia kerap membaca Alquran di atas kudanya sesaat sebelum berperang melawan musuh, ini adalah bukti keberanian dan ketakwaannya.”

Sementara William Durrant (1885-1981) dalam The Story of Civilization menulis, ”Dia memberikan layanan sebaik-baiknya untuk rakyat dan mendengarkan langsung keluhan mereka. Nilai harta yang dia miliki tak lebih dari harga pasir dan tidak mewariskan harta yang banyak di brangkasnya kecuali satu dinar.

Dia meninggalkan wasiat untuk putranya, berupa nasihat yang tak mampu ditandingi satu pun ayat  dari filsafat Nasrani.”

Dua cacatan sejarah ini memberikan pemahaman bahwa pemimpin harus sederhana, dilarang gelamor dan berfoya-foya dengan fasilitas yang disedikan negara untuk dirinya. Pemimpin berfoya-foya pasti akan menutup mata melihat penderitaan dari rakyatnya, dirinya bahagia, dan rakyat menderita.

“Tuan orang yang sangat celaka walaupun Tuan Penguasa tujuh kota”, itulah ucapan Darwis saat bertamu ke istana Raja Ibrahim bin Adham.

Kedua, agar tidak menderita di bumi merdeka hal yang harus kita amalkan adalah menjaga persatuan dan kesatuan dengan menumbuhkan sikap nasionalisme. Salah seorang tokoh nasionalisme Republik ini adalah Haji Agus Salim (1884-1954), beliau berpendapat bahwa nasionalisme adalah menghargai persatuan dan persamaan agar saling bekerja bersama-sama dan tidak saling mempersalahkan (Buku Seratus Tahun Haji Agus Salim, 1984).

Menurut Haji Agus Salim, nasionalisme dilandaskan pada ibadah kepada Allah dengan landasan tulus dan ikhlas untuk mencari keridhaan Allah. Menurut beliau, nasionalisme didasarkan pada nilai -nilai tauhid bukan fanatisme buta dan cinta berlebihan, nasionalisme mengandung perasaan kemanusiaan, persaudaraan dan kemuliaan bangsa, nasionalisme harus tulus dan cernih dari kepentingan.

Saling menyalahkan sering dipertontonkan di Republik ini, baik dari kalangan orang cerdas sampai kalangan awam, dari pemimpin sampai rakyat jelata. Padahal, semua paham bahwa saling menyalahkan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan, hanya menyisakan permusuhan dan berujung pada rusaknya persatuan.

Bagaimana mencari bahagia jika masih menyisakan permusuhan, masih menyisakan pertikaian dan konflik kepentingan yang tidak bertepi. Jika rasa persatuan dan nasionalisme ditanggalkan maka menderita di bumi merdeka adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan.

Akhirnya, semua sependapat bahwa menderita harus diakhiri, penderitaan berkepanjangan dengan munculnya saling menyalahkan dan permusuhan bukan menjadi tujuan perjuangan kemerdekaan, merdeka itu untuk bahagia bukan untuk menderita.

Untuk itu, jangan menjadi pengkhianat di bumi merdeka apapun profesi kita, siapapun kita nasionalisme harus tumbuh dan mendarah daging dalam kehidupan kebangsaan, sebab nasional akan mengantarkan pada persatuan dan kesatuan. Ingat, kita hanya diminta mensyukuri nikmat kemerdekaan dengan menebar kebaikan dan menjaga persatuan dan kesatuan. Selamat Hari Merdeka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar