Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) Ayam (1) bahan buku (105) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) buku (4) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (1) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerpen (1) child abuse (1) climate change (3) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (50) Ekonomi Aceh (50) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (1) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) Film (5) Film animasi (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) god (1) goenawan mohamad (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (6) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (2) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) legenda (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) magazine (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) Misbar (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) Peluang Pasar (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) review buku (1) revolusi industri (1) rohingya (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (1) zero waste (1)

Minggu, 23 Oktober 2022

Podiamat Bertahan Lawan Stigma Di Sarang Naga


by hanif sofyan-acehdigest


gambar-pasar kerang  alue naga-kumparan

Televisi analog tua berbunyi gemerisik dengan gambar buram di pojok kedai sendirian tanpa penonton. Sementara Azhar, Abdurrahman, dan Hendri (36 tahun), pemilik warung yang bergantian berjaga dengan Juniah (41 tahun) kakaknya justru acuh dengan semua mata acara. Tivi itu cuma cara mereka agar tak sunyi sepi saja. Mereka asyik berdebat kusir tanpa tujuan, sambil sesekali menyeruput kopi panas,  melawan dingin angin laut, ditemani pisang bada goreng.

foto dokpri-kedai kopi dusun Podiamat

Dulu kedai itu menjadi satu-satunya yang buka hingga malam di Dusun Podiamat, itupun memakai genset agar bisa membuka lapak. Listrik baru masuk ketika tsunami melanda Aceh delapan belas tahun silam. Lama listrik tak kunjung sampai ke dusun mereka, padahal tepat dibelakang dusun, letak kantor gubernur mereka yang terang benderang hingga ke halaman belakangnya yang kosong.

“Orang mungkin takut kesini buat pasang listrik, karena gara-gara penyakit kusta”, keluh Juniah dalam percakapan dengan saya suatu ketika.

Dusun Kutaran dan Podiamat memang terpisah sebuah kanal banjir dari dua dusun lainnya. Bukan karena kampung mereka dihuni para OYPMK-Orang Yang Pernah Menderita Kusta. Dulu, ada jembatan penghubung kedua dusun itu dengan Dusun Musafir dan Buenot, tapi ambruk diterjang tsunami. Kini hanya tersisa tunggulnya yang bentuknya unik seperti dudukan “water closed” alias WC duduk. 

Dusun yang Diasingkan

Sebelum tsunami menurut Tuanku Hamzah, pejabat geuchik atau kepala dusun, penduduk empat dusun itu mencapai 7.000 jiwa. Setelah tsunami tinggal sekitar 1200-an jiwa. Dusun-dusun itu dulu terlihat kusam dalam temaram lampu-lampu redup lampu teplok, tapi kini lumayan terang dengan bohlam kecil karena telah dialiri listrik.                                                                                                      foto-Bekas jembatan penghubung dusun Podiamat I dokumentasi pribadi                                                          

  

foto sudut dusun podiamat alue naga I dokumentasi pribadi               

Podiamat berada di kampung Alue Naga dengan tiga dusun lainnya, Buenot, Musafir, Kutaran. Konon nama Alue Naga disematkan karena letak kampung itu berada di muara sungai yang berkelok-kelok menyerupai tubuh naga. Konon juga menjadi sarangnya.

Berbeda dari cerita legenda turun temurun, tentang kisah Raja Linge dan putrinya Renggali dengan para naga. Di tempat yang dilewati para  naga itulah terbentuk sebuah alur atau sungai kecil, yang disebut Alue Naga. 

 foto muara laut alue naga I dokumentasi pribadi               

Saat tsunami 26 Desember 2004, seperlima daratan di Dusun Musafir dan Bunot yang menjorok langsung ke laut berubah menjadi ceruk air atau kolam. Kutaran lebih parah. Lebih sepertiga daratannya terendam air.

Mereka mengungsi ke Neheun dan Tibang, di barak pengungsian sementara yang tak jauh dari kampung pinggiran laut. Pilihan itu sulit, karena sebagian besar mereka adalah nelayan.

Penduduk Dusun Podiamat, disediakan barak khusus. Barak ini terpisah dari barak-barak lain, karena rata-rata warga dusun tersebut menderita lepra atau kusta. Zuwariyah (53) tahun menjelaskan, ia tak lama bertahan dibarak Tibang, Syiah Kuala karena ingin kembali ke rumah lama, apalagi banyak masalah dengan para tetangga karena penyakitnya.

Dengan kondisi jari-jari tangan tertekuk dan kuku-kuku nyaris habis, meskipun telah lama sembuh, sulit baginya menggunakan cangkul untuk bercocok tanam. Dulunya ia nelayan yang terbiasa menarik pukat membantu suami dan para nelayan di pesisir dusun Podiamat.




foto gubuk pancing dusun Podiamat I dokumentasi pribadi  

Kondisi fisik seperti Zuwariyah sering menjadi penyebab kecemasan bagi penduduk lain berinteraksi meskipun sudah lama sembuh. Kesalahpahaman dan stigma cap buruk menjadi masalah utama yang serius. Apalagi anak-anak mereka yang harus bersekolah.                    

Apalagi  kondisi penduduk yang menderita kusta telah berlangsung sejak masa penjajahan Belanda. Dusun Podiamat identik menjadi tempat isolasi dan “penjara” bagi penderita kusta. Mereka dikucilkan, karena dianggap menderita penyakit akibat kutukan dan bisa menular.

foto penderita kusta demo ke gubernur aceh-liputan6

Kusta atau Lepra disebabkan sejenis bakteri bernama mycobacterium leprae dan merupakan infeksi menahun yang ditandai kerusakan saraf perifer atau saraf otak bagian luar dan medulla spinalis, kulit, selaput lendir hidung, buah zakar, dan mata.

Penyakit kusta bisa ditandai munculnya gatal-gatal di kulit seperti penyakit panu biasa. Gatal-gatal itu berubah dalam sepuluh tahun kemudian. Sendi-sendi jari tangan dan kaki Zuwariyah tertekuk dan seperti digerogoti binatang. Kulit tangan kering. Sebagian mengelupas.

ilustrasi gambar-penyakit kusta-media indonesia

Penyakita kusta menyisakan kondisi cacat yang bisa menyurutkan semangat hidup penderitanya. Abu Bakar dan Zuwariyah tak peduli dengan kondisi itu, karena tak ada pilihan lain. Mereka bahkan punya usaha sebelum tsunami. Zuwariyah beternak, berdagang dan menjahit. Telur-telur ayam tersebut mereka jual ke agen sebelum dibawa ke Pasar Peunayong di pusat kota. 

Begitulah mereka bertahan hidup, sambil sesekali mengharap bantuan pemerintah, jika mereka ingat ada warganya yang terlunta!.

Melawan Stigma dan Bangkit

“jangankan dengan warga luar, dengan tetangga tiga dusun saja kami sulit berbaur. Mereka takut tertular. Apapun yang kami lakukan tak bisa membuat mereka percaya, jadi kami bertahan dengan apa yang kami bisa” kata Zuwariyah sambil menerawang.

Selama masa rehab rekon tsunami, satu-satunya cara mereka tinggal di barak sementara, itupun penuh dengan banyak rintangan karena kondisi fisik mereka paska sembuh dari kusta. Terutama stigma dan diskriminasi terhadap keluarga dan penderita kusta.

Penduduk dusun Podiamat seperti Zuwariyah tak pernah menyerah. Setelah tsunami kehidupan mereka mulai berubah lebih baik karena mereka mendapat rumah bantuan dari banyak NGO asing. Sayangnya tsunami merenggut hampir seluruh penduduk di dusun itu. Hanya tinggal beberapa yang selamat yang menikmati hadiah rumah bantuan tsunami itu.

Tapi tak sedikit yang kehilangan tapak rumahnya karena kini terendam laut dan berubah menjadi pantai. 

Pemerintah daerah telah berusaha meyakinkan penduduk di tiga dusun lainnya untuk menerima para penderita kusta yang telah sembuh atau OYPMK, tapi butuh waktu lama.

fotopenderita kusta-lintasgayo

Penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan yang sangat kompleks, sebab hingga kini masih ada 6 provinsi (Papua Barat, Papua, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Gorontalo) yang belum mencapai eliminasi kusta. Prevalensi kusta di keenam provinsi tersebut masih di atas 1/10.000 penduduk.

Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan per tanggal Data per 24 Januari 2022 mencatat jumlah kasus kusta tedaftar sebesar 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru sebanyak 7.146 kasus, dengan proporsi anak sebesar 11% (data per 24 Januari 2022). Indonesia masih menjadi penyumbang kasus kusta nomor 3 di dunia setelah India dan Brazil.


Lembaga yang sejak lama berkomitmen terhadap penanganan dan pemberantasan penyakit kusta di Indonesia adalah NLR Indonesia. Organisasi non pemerintahan(LSM) yang mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang dengan disabilitas termasuk akibat kusta. NLR Indonesia mengupayakan inklusivitas dan pengurangan diskriminasi dan stigma terhadap OYPMK dan penyandang disabilitas karena kusta dan disabilitas lainnya.

Berbagai pembatasan dan keterbatasan akses mereka terhadap ekonomi, menyebabkan penderita kusta identik dengan kemiskinan. Kelompok beresiko tinggi adalah mereka yang tinggal di daerah endemik yang berkorelasi dengan sistem higienitas dan sistem sanitasi yang buruk, seperti tempat tidur yang tidak memadai, minim air bersih, asupan gizi buruk dan adanya penyertaan penyakit lain yang dapat menekan sistem imun.

Sejatinya bukan itu problemnya, karena perhatian dan penanganan yang terlambat dari pemerintah dan pemahaman orang yang kurang menyebabkan penyakit ini terus ada, Banyak orang mengira kusta tidak dapat diobati, padahal dunia medis telah mengalami revolusi perkembangan yang luar biasa dalam penanganan penyakit ini secara total.

Kelompok Studi Morbus Hansen menjelaskan bahwa penanganan medis yang cergas  sejak dini, memungkinkan seorang penderita dapat sembuh total tanpa mengalami cacat.  Pengobatan kusta menggunakan kombinasi antibiotik atau disebut dengan multi drug treatment, seperti Rifampicin, Dapsone, dan Clofazimine. Pengobatan ini dapat menghindari bakteri kusta menjadi kebal atau resisten, sehingga dapat memutus rantai penularan dan dapat dicegah tanpa menimbulkan cacat.

Tidak hanya itu, upaya pemulihan dan pengobatan juga berkoordinasi dengan disiplin ilmu lain, termasuk saraf, mata, bedah ortopedi, dan rehabilitasi medik, psikolog dan ilmu lainnya yang kompleks.

Hingga saat ini seperti yang dirasakan Zuwariyah dan warga lainnya, masalah yang paling sulit dari penanganan penyakit kusta ternyata bukan dari sisi medisnya, tetapi justru “menyembuhkan” stigma negatifnya. Edukasi yang intens menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam penanganan penyakit tersebut untuk membebaskan Indonesia dari kusta.

Floating Culture Mengapungkan Harapan OYPMK

Dua tahun lalu, Lembaga riset Natural Aceh dengan dukungan Dompet Dhuafa. melakukan inovasi bubidaya tiram terbaru yaitu ‘floating culture’ atau model tiram terapung, di Gampong Alue Naga.

Alat budidaya tiram, berupa keramba terbuat dari kawat wiremesh yang berfungsi sebagai kandang luar, dan High Density Polyethylene (HDPE) sebagai wadah atau keranjang untuk pembesaran tiram.

foto catatan pencerahan-budidaya tiram terapung dusun Podiamat

foto antaranews-ibu-ibu penduduk dusun Podiamat

Pembudidayaannya melibatkan 10 kelompok wanita pencari tiram Alue Naga yang berasal dari Dusun Podiamat dan Dusun Kutaran, dengan 50 anggota. 

Masing-masing mendapat keranjang dari HDPE yang akan diisi benih tiram dan diletakkan dalam kandang wiremesh. Mereka menggunakan barang bekas seperti galon untuk mengapungkan kandang tiram di air. Ini juga menjadi solusi positif pengurangan sampah plastik.

Inovasi ini menjadi sebuah “cahaya” harapan baru bagi penduduk Podiamat.  Mereka memiliki kesibukan baru, mendapat pelatihan membuat dan memasang tiram dengan floating culture, yang membuka peluang ekonomi bagi para OYPMK. 


foto dokpri-keramba dan perahu nelayan di dusun Podiamat

Kini kesibukan mereka merawat keramba menjadi pemantik semangat karena bisa beraktifitas secara normal dalam ekonomi dan memiliki kepastian mendapatkan penghasilan setiap bulannya. 

























foto acehtrend-suasana sore dusun Podiamat kini

Keberadaan proyek tiram terapung, membuat mereka sering mendapat kunjungan dari para mahasiswa  yang berminat belajar tentang inovasi ini. 

Intensitas kunjungan yang tinggi menjadi bagian dari wisata edukatif yang dapat dinikmati pengunjung yang ingin tahu lebih lanjut tentang budidaya tiram. Tinggal bagaimana pemerintah daerah bersinergi-membuat kolaborasi mendukungnya.

Apalagi Dusun Podiamat di Alue Naga juga memiliki view sunset yang menawan, berbanding terbalik dengan nasib mereka dulu. Kini kampung Podiamat dengan kehidupan para OPYMK-nya terasa lebih berwarna. Minimal bagi mereka yang dulu terasing di dusunnya sendiri. 

Seiring waktu, Dusun Podiamat terus bertahan dalam gempuran nasib dan waktu di "Sarang para naga legenda" .

Sumber bacaan dan foto

Foto dokumen pribadi

https://aceh.tribunnews.com/2021/11/24/alue-naga-antara-legenda-dan-fakta-dari-kutaraja

https://infopublik.id/kategori/nusantara/324432/model-tiram-terapung-diluncurkan-di-alue-naga

https://pantau.or.id/liputan/2006/10/polemik-di-sarang-naga/

https://thetalks.id/antara-stigma-dan-akses-ekonomi-penderita-kusta/

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220203/2839247/menuju-eliminasi-2024-kemenkes-ajak-masyarakat-hapus-stigma-dan-diskriminasi-kusta/

https://www.facebook.com/NLRIndonesia/

https://aceh.antaranews.com/berita/47239/alue-naga-dijadikan-sentra-budi-daya-tiram


Tidak ada komentar:

Posting Komentar