Oleh Herman RN, Dosen FKIP USK Warga Kota Banda Aceh, dan Pegiat Literasi
https://aceh.tribunnews.com/2021/09/18/hikayat-air-kota-gemilang?page=all
Saya terpaksa memulai warkah ini dengan analogi tersebut karena setiap bicara kritikan terhadap pemimpin, terutama Pemerintah Kota Banda Aceh, selalu ada klaim seolah itu karena saya benci. Sebagai warga Kota Gemilang yang baik, saya tidak akan pernah bosan mengingatkan Aminullah Usman-Zainal Arifin tentang kinerjanya, terutama janji masa kampanye bahwa persoalan yang paling krusial di Kota Banda Aceh ini, yakni air bersih, akan tuntas pada masa Pemerintahan Aminullah-Zainal. Hal ini saya lakukan sebagai bentuk kepedulian, bukan kebencian.
Sekadar mengingat, pasangan Aminullah-Zainal dilantik sebagai Kepala Daerah Pemerintah Kota Banda Aceh sejak 7 Juli 2017. Artinya, pasangan ini sudah memasuki masa akhir jabatan di Pemko Banda Aceh. Pasangan ini berhasil unggul dari rivalnya, salah satu sebab karena berjanji menuntaskan persoalan air bersih.
Beberapa kali Aminullah berpidato dalam kampanyenya bahwa ia akan menuntaskan persoalan air bersih di Banda Aceh dalam waktu sekejap. Bahkan, beberapa potongan artikel tentang air bersih sebagai kritikan terhadap Pemerintah Kota Banda Aceh sebelumnya dijadikan tim kampanye Aminullah sebagai ‘senjata membunuh’ karakter lawan kala itu.
Sebagai catatan, Aminullah sempat mengajak coffe morning para jurnalis di Banda Aceh pada masa kampanye. Dalam coffe morning di Tower Premium, 20 Januari 2017, Aminullah menyampaikan, “Yang harus dibenahi adalah manajemen PDAM, kemudian keseriusan pemerintah. Kalau sudah serius, pasti masalah ini selesai.”
Kalimat Aminullah ini sengaja saya kutip utuh agar ia ingat bahwa ‘air bersih’ adalah ‘senjata kampanye’ dirinya untuk membunuh karakter rival pada masa itu hingga berhasil menduduki kursi empuk Wali Kota Banda Aceh.
Aminullah memperlihatkan keseriusannya menuntaskan persoalan air bersih pada awal masa jabatan. Baru hitungan bulan duduk di kursi wali kota, Aminulah turun langsung ke beberapa saluran air bersih. Berita Aminullah masuk got memeriksa pipa air bersih di beberapa titik pusat kota sempat viral di media.
Foto-foto Aminullah sedang melongok ke dalam pipa air bersih beredar. Warga kota mulai merasakan ada air segar yang akan dibawa Aminullah. Namun, Forum Mahasiswa dan Pemuda Selatan Raya (Meuseraya) Banda Aceh, kala itu menilai perilaku Aminullah hanya pencintraan. Sekjen Meuseuraya, Delky, menyebutkan Aminullah sengaja mendatangi parit pipa PDAM sekadar selfie (lihat rekam jejak di media daring).
Pernyataan Sekjen Meuseuraya ini dibantah oleh Aminullah dengan janji. Ia berjajji dan menyebutkan bahwa akan bekerja keras, termasuk menyediakan dana sekian miliar rupiah demi lancarnya air bersih di wilayah Kota Banda Aceh (website bandaacehkota.go.id edisi 27 Februari 2018). Akan tetapi, hingga tahun kedua pemerintah Amin-Zainal (2019), persoalan air bersih belum juga tuntas.
Masyarakat Pengawal Janji Politik (MPJP) Aminullah-Zainal pada tahun 2019 sempat turun mengadakan aksi unjuk rasa di depan Balai Kota. MPJP menilai kondisi air bersih pada masa Aminullah lebih buruk dibanding masa kepemimpinan Illiza.
Master of Janji
Terkait air bersih, barangkali Aminullah Usman memang layak mendapatkan anugerah master of janji. Soalnya, sejak masa kampanye ia berjanji akan menuntaskan perkara air bersih di Kota Banda Aceh. Sampai di akhir masa jabatan sekarang, janji tersebut tidak pernah ia tepati. Bahkan, jika kita buka lini masa pemberitaan media, ada beberapa kali Aminullah menabur janji akan menuntaskan persoalan air bersih ini.
Selain berjanji pada masa kampanye, isi pidato perdana Aminullah Usman di Balai Kota juga terkait air bersih. Air bersih menjadi prioritas utama yang akan diselesaikan demi terciptanya kota yang bersih, indah, dan gemilang. Dalam pidatonya saat itu, Aminullah mengaku sudah gerah membaca keluhan warga Kota Banda Aceh mengenai air bersih sehingga ia dan wakilnya berjanji akan menuntaskan persoalan tersebut secepatnya.
Dalam sebuah pemberitaan media, janji Aminullah terkait air bersih diperkuat oleh statemen wakilnya yang menyatakan tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya, termasuk penyakit air bersih di Banda Aceh, akan segera dicari obatnya. Akan tetapi, janji berlapis janji itu tidak juga terwujud. Bahkan, Sekjen Meuseuraya, Delky Nofrizal sempat menyarankan warga Kota Banda Aceh segera membuat hastag #2019GantiWalikota.
ebagai master of janji, tentu saja Aminullah tidak berhenti dengan kritikan Meuseuraya tersebut. Malah, Aminullah terus menerus mengulang janjinya.
Aminullah berjanji persoalan air bersih akan tuntas di akhir tahun 2019. Karena sudah memasuki akhir tahun 2019, masih banyak keluhan warga terkait air bersih, Aminullah menggeser janjinya akan menuntaskan persoalan air bersih pada awal tahun 2020. Pada 23 Februari 2020, Aminullah pun mengklaim bahwa PDAM Tirta Daroy sudah hampir menjangkau 100 persen wilayah Kota Banda Aceh. Statemen itu ia ucapkan tepat pada hari ulang tahun ke-45 PDAM TD.
Agaknya Aminullah tidak tahu persis keluhan warga Kota Banda Aceh terkait air bersih. Ia hanya menerima laporan manis dari manajemen PDAM TD bahwa tidak ada lagi warga yang mengeluh, bahwa persoalan air bersih sudah tuntas di Banda Aceh. Aminullah lupa membuka atau memang sengaja melupakan diri untuk membuka akun media sosial PDAM TD, baik IG maupun Twitter.
Padahal, di sana setiap hari ada keluhaan warga kota yang tidak dapat air bersih. Keluhaan warga kota terkait air bersih memang sudah berkurang, karena sebagian warga sudah apatis dan sangat yakin bahwa Aminullah tidak mampu menepati janjinya. Maka, sebagian warga sudah mencari alternatif lain, salah satunya dengan menggali sumur bor.
Harus diingat, sumur bor pribadi milik warga bukanlah solusi pemerintah kota. Sumur bor itu boleh dikatakan sebagai hilangnya harapan warga. Artinya, Aminullah gagal memberikan pelayanan air bersih bagi Kota Gemilang.
Perlu diingat pula bahwa tidak semua wilayah Kota Banda Aceh bagus kondisi air sumurnya. Pascastunami, beberapa wilayah Kota Banda Aceh mengalami keretakan perut bumi sehingga kondisi air di bawahnya tidak bersih.
Selain itu, beberapa wilayah kota Banda Aceh adalah rawa dan hutan gambut dulunya sehingga kondisi air di bawah tanah tetap tidak bisa diharapkan sangat.
Meskipun warga sudah menggali sumur bor hingga puluhan meter, tetap saja air yang mereka dapatkan keruh dan bau. Hanya beberapa lokasi yang bagus kondisi air sumurnya.
Aminullah sebaiknya menuntaskan janji soal air bersih ini sebelum berakhir masa jabatan. Jangan sampai seperti kata Khalil Gibran, banyak warga menyambut pemimpinnya dengan terompet kemenangan, melepasnya dengan cacian. Bangunlah, Pak Amin, periode kedua tidak lama lagi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar