Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Minggu, 10 Mei 2020

Pageu Gampong Dan Kemiskinan

Oleh hanif sofyan acehdigest

Apakah dengan tehnologi, kecakapan manajerial dan kapasitas investasi yang kita miliki, kita tidak mampu memberi solusi mengatasi kemiskinan dan ketidakmampuan masyarakat miskin melakukan pilihan?. (C.K.Prahalad)

Membicarakan kemiskinan, masyarakat miskin dan desa (gampong-Aceh) menjadi basis argumentasi kritis dalam berbagai diskusi dan diskursus yang selalu menarik, apalagi konteksnya berkaitan dengan Aceh yang isu kemiskinannya menjadi pertanyaan besar (SI;23/7/2019).

Apakah sesungguhnya kemiskinan itu memang sekedar konsekuensi logis pembangunan, atau dominasi perilaku moral hazard seperti korupsi, kolusi, nepotisme yang menjadikan kemiskinan sebagai komoditas?.Dan lebih mendasar lagi, mungkin cara pandang kita yang salah dalam memahami kemiskinan hanya sebagai aib atau beban pembangunan?.

Lantas, apa yang terjadi jika kita memobilisasi sumber daya, skala produksi, dan cakupan usaha perusahaan besar bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), masyarakat, pemerintah (eksekutif, legislatif) dan kaum miskin itu sendiri untuk mencari solusi masyarakat miskin?.

Menjadi menarik apa yang menjadi pemikiran profesor strategi korporasi India, C.K.Prahalad ketika mengemukakan gagasan tentang The Bottom Of The Pyramid (BoP). Menurutnya, membicarakan kemiskinan harus dalam perspektif yang berbeda (out of the box). “Kemiskinan” harus diposisikan sebagai sumber daya baru dan “kaum miskin” diposisikan sebagai modalitas baru.

Premis ini akan memberi jalan keluar, bukan sekedar mengentaskan kemiskinan, namun membangun paradigma baru melihat kemiskinan sebagai “pemberdayaan”, menjadi kekuatan baru membangun kemandirian ekonomi, terutama di gampong yang masih menjadi basis kemiskinan. Meminjam istilah Prahalad kita harus mulai meninggalkan istilah “pengentasan kemiskinan” dan “kaum miskin” dengan istilah “pasar yang kurang terlayani” dan “konsumen”.

Prosesnya, Pertama; menjadikan kaum miskin sebagai individu merdeka dan bersama pihak lain dianggap sebagai penyelesai masalah kemiskinan. Kedua; kita harus memahami bahwa pengubahan masyarakat miskin menjadi pasar aktif pada hakekatnya merupakan kegiatan pembangunan.

Diperlukan pendekatan baru dan kreatif, guna mengubah kemiskinan menjadi peluang bisnis, itulah tantangan terbesarnya. Penguatan tradisi “Pageu Gampong” sebagai bagian dari gerakan Beudoh Gampong adalah sebuah solusi kearifan lokal yang realistis dan sangat menarik.

Sehingga akar kemiskinan karena persoalan ketergantungan pemerintah pada APBA, dana otsus, bagi hasil migas, faktor kemalasan fiskal, atau problem “sihir kota” yang menarik para urban memadati perkotaan dan menambah beban persoalan sosial, ekonomi, tidak selalu menjadi kekuatiran laten.

Ketika gampong telah menjadi tempat kondusif mencari nafkah, dan kota tidak lagi menjadi tumpuan utama para pencari kerja untuk upah dan mendukung daya beli (purchasing power), dengan sendirinya kemiskinan akan menemukan jalan keluarnya. Namun faktanya, gampong masih menjadi penyumbang kemiskinan terbesar (18,52 persen), sedangkan perkotaan (9,63 persen), (Data BPS Per September 2018).

Memudarnya Kearifan Lokal
Dalam konteks Aceh, gampong adalah sebuah institusi struktur tradisional terkecil namun sangat penting dan memberi pengaruh dalam pembentukan karakter ke-Acehan. Bukan itu saja, gampong juga menjadi kekuatan kemandirian yang simboliknya ditandai dengan istilah Pageu Gampong.

Sejatinya pageu gampong adalah sistem penjagaan adat dan budaya gampong dari intervensi atau pengaruh anasir luar. Lebih kompleks dari itu, pageu gampong merupakan wujud dari kemandirian gampong dari sisi sumber daya.

Meskipun belum dikenal dengan istilah One Village One Product (OVOP) atau One Gampong One Product (OGOP), Pageu Gampong adalah representasi dari pola OVOP. Gampong-gampong di Aceh dahulu, telah memiliki karakteristik dan spesifikasi, karena membangun kemandirian, sekaligus membangun ikonik melalui sumber daya spesifiknya. Maka pada jamannya, dikenal Gampong Pande, Gampong Ba’et, Gampong Lam Blang sebagai gampong para ahli pembuat senjata. Begitu juga dengan Gampong Lamgugop dan Gampong Siem sebagai sentra pengrajin songket.

Kekuatan sumber daya yang spesifik ini menjadi kekuatan kemandirian ekonomi dan daya saing. Konteksnya persis seperti kodifikasi holtikultura yang dilakukan Pemerintah Belanda ketika mengklasifikasi setiap daerah di Indonesia, termasuk di Aceh untuk memastikan, misalnya; Aceh Besar cocok untuk komoditi holtikultura jenis tanaman buah (durian, rambutan, langsat), daerah Aceh Tengah untuk komoditas Kopi, Jantho dengan tanaman pinus.

Berpegang pada basis itu saja, Pemerintah sudah sangat terbantu. Artinya kodifikasi tersebut bisa menjadi rujukan karena bernilai ekonomis strategis bagi pembangunan kita. Apalagi jika dikaitkan dengan upaya kita mengembalikan marwah gampong melalui konsep Pageu Gampong atau OVOP ala Aceh tadi, mencari ciri khas sumber daya yang memungkinkan setiap gampong memiliki kekuatan daya saing.

Mirisnya, kekuatan tersebut belum optimal dijadikan rujukan, bahkan kearifan lokal kita justru mengalami degradasi seiring perubahan waktu. Salah satu buktinya adalah hilangnya kebiasaan rumah tangga menanam tanaman pendukung pangan, bak limeng, bak mulieng, atau tanaman buah dan sejenisnya.

Padahal tradisi tersebut selaras dengan upaya membangun sistem keamanan pangan (food safety). Apalagi perubahan yang semakin kompleks dan cepat mengharuskan kita berada pada tahapan ketahanan pangan (food security), kemandirian pangan (food self sufficiency), maupun kedaulatan pangan (food sovereignity). Kerja keras harus dilakukan dari multisektor, karena besarnya permasalahan, utamanya soal ketahanan pangan, salah satu indikatornya adalah diversifikasi pangan. Dan keberhasilannya dimungkinkan jika gampong menjadi basis atau sentra program penguatan rumah tangga gampong tersebut.


Gerakan Beudoh Gampong
Apa yang dikembangkan di Jepang sebagai Isson Ippin Undo atau One Village One Product (OVOP), yang digagas oleh Dr.Mirihiko Hiramatsu pada tahun 1979, adalah membangun sinergisasi pada institusi pemerintahan terkecil; gampong, sebagai kekuatan yang saling berkontribusi dan saling mensubsitusi dalam pemenuhan kebutuhan sumber daya skala kecil, maupun dalam konteks ekonomi negara secara menyeluruh. Dalam kekinian Aceh, OVOP bukan wacana baru, namun keseriusan dan niat baik Pemerintah masih sangat dibutuhkan untuk menstimulasi OVOP atau Pageu Gampong menjadi sebuah gerakan besar di Aceh.

Bahkan dalam kebutuhan sinergi kepentingan ekonomi, Pageu Gampong menjadi modalitas penting. Jika trend pasar membutuhkan kopi, maka seluruh sentra gampong penghasil kopi akan berkontribusi aktif sebagai penyumbang kebutuhan eksport.

Konsepnya, masyarakat diberi penguatan menghasilkan spesialisasi barang atau komoditas khas dengan nilai tambah yang tinggi. Satu gampong di fokuskan menghasilkan satu produk utama yang kompetitif serta mampu bersaing di tingkat global namun tetap memiliki ciri karakteristik dari gampong tersebut. Sehingga diharapkan mampu menyulap desa berbasis tradisional menjadi desa modern dan episentrum bisnis.

Melalui Gerakan Beudoh Gampong yang massif dan sinergis, Pageu Gampong dihidupkan kembali spesifikasinya. Contoh realitisnya, jika Gampong Siem, sebagai sentra industri tradisional dihidupkan kembali, selain melestarikan kain songket tradisional Aceh, juga menjaga para pengrajin dan pelaku seni kain songketnya. Dalam jangka panjang dapat dikembangkan menjadi desa wisata, yang ber-multiple effect positif bagi pengembangan sisi ekonomi masyarakatnya.

Ini adalah wujud optimalisasi melalui gerakan Top Down dan Botom Up sekaligus. Gampong menunjukkan spesifikasinya dan Pemerintah menjadi payung yang mendukung melalui kebijakan, manajerial, bahkan finansial dengan mengandeng mitra atau menstimulasi lembaga keuangan sebagai sponsorship-nya.

Melalui perubahan pola pikir (mindset) secara totalitas dalam melihat masalah kemiskinan, kaum miskin dan potensi yang tersembunyi sebagai berkah demografi, melalui penguatan Pageu Gampong, diharapkan akan menjadi pendorong peningkatan kapasitas yang berimbas pada meningkatnya pendapatan gampong dan warga gampong dengan dukungan berbagai kebijakan sinergis dan strategis. Akses permodalan yang bank-able, bimbingan tehnis, selektifitas sumber daya dan komoditas, membangun spesifikasi melalui intensifikasi serta diversifikasi produk di setiap gampong, hingga proses sertifikasi dan marketing yang menjangkau pasar ekspor.

Keberhasilan Gerakan Beudoh Gampong dan penguatan Pageu Gampong sebagai OVOP-nya Aceh sebagai solusi kreatif berbasis kearifan lokal, sangat tergantung pada ikhtiar dari semua pihak, perusahaan besar, LSM, masyarakat, pemerintah (eksekutif, legislatif) dan kaum miskin itu sendiri.

Terutama kemauan dan niat baik pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Sehingga kita tidak selalu terjebak pada program bombastis namun bersifat seremonial belaka. Ketika khanduri dana pembangunan setiap tahun selesai, gampong-gampong kita tetap stagnan dan kota tetap menjadi incaran para pencari kerja, karena gampong belum menjanjikan masa depan yang lebih baik.[hansacehdigest-2019]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar