Sebuah Dunia Di Ujung Jari

oleh Vatin Salsabila

Kata para pakar IT, Tehnologi Informasi dan Komunikasi yang popular disebut IT adalah "payung besar" informasi berbasis teknologi yang memberikan informasi tentang semua hal mencakup keadaan sehari-hari yang semakin hari kian maju.

Kini kita mempunyai ‘dunia lain’ yang disebut dengan “dunia ujung jari”. Dengan dunia ‘kecil’ inilah kita bisa menguasai banyak informasi hanya dengan sentuhan ujung jari. Kita dapat menguasai informasi dunia hanya dalam hitungan detik saja dikarenakan canggihnya teknologi komunikasi berbasis internet yang tanpa kabel (nirkabel).

Selain bisa menguasai informasi dunia, dengan teknologi kita bisa tenar loh. Percaya tidak?. Coba lihat bagaimana fenomenalnya ‘Piko-taro’ yang berasal dari negara Jepang. Piko-taro yang merupakan tokoh utama dalam video Pen Pineapple-Apple Pen (PPAP) merupakan pencipta lagu PPAP itu.


Nama Piko-taro diambil dari sebuah karakter anime yang diciptakan oleh Kosaka Doimau. Kosaka sang penyayi asli lagu ini berkeinginan memperkenalkan karakter Piko-Taro kepada nitizen, maka ia membuat chanel di Youtube. Dan sejak diunggah di facebook pada 26 September 2016, kini telah ditonton oleh lebih dari sepuluh juta orang. Bahkan kini ditonton oleh 10,000 per menitnya. Fenomena itu menjadi bukti bahwa dengan teknologi kita tidak hanya bisa menguasai informasi dunia tetapi juga bisa terkenal yang di dunia nirkable, bisaa disebut “famous”.

Tehnologi Informasi Dulu dan Kini
Dulu ketika saya baru duduk dibangku kelas SMP, Saya merasa sangat senang karena terdapat pelajaran yang baru bagi saya yaitu, Tekhnologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Tentunya saya berharap banyak dengan kehadiran mata pelajaran baru tersebut, karena yang dipelajari dalam pelajaran tersebut tentang teknologi yang kian hari, kian canggih seiring dengan perkembangan zaman. Tetapi tidak lama kemudian, ketika diberlakukan Kurikulum 2013, mata pelajaran tersebut di hapus karena pertimbangan-pertimbangan tertentu. Alasannya cukup beragam, namun intinya harus dievaluasi agar sesuai dengan kebutuhan bahan belajar disekolah.

Dari informasi yang saya dapat, sebagian alasannya, karena faktor adanya gugatan melakukan diskriminasi pendidikan, karena tidak semua sekolah bisa terjangkau oleh internet dan belum memiliki fasilitas yang memadai. alasan lainnya, kekuatiran penyalahgunaan manfaat komputer bagi tindak kejahatan, kuatir menimbulkan ketimpangan sumber daya manusia (mungkin maksudnya antara anak didik dan tenaga didik/guru). Karena anak-anak sekarang cenderung suka dengan materi berbau internet.

Bahkan ada yang menghubungkan penghapusan TIK dengan beban yang harus ditanggung oleh pemerintah karena beban membayar tenaga pengajar TIK yang rata-rata berstatus honorer. Apakah ini benar atau sekedar berita bohong (hoax).

Pemerintah malah diduga hanya mengharapkan anak didik hanya menguasai tehnologi dipermukaan saja, sementara yang mengarah pada programing, desainer web, softwarea engginer tidak diperhatikan dengan serius.

Padahal jika dihubungkan dengan berlakunya Kurikulum 2013, justru mata pelajaran TIK ini sangat sesuai. Di dalam Kurikulum 2013, kita belajar bagaimana menguasai materi pelajaran dan bagaimana mengaplikasikannya kelak dalam kehidupan kita sehari-hari. Setelah saya mengetahui berbagai kemungkinan alasan tersebut, walaupun merasa kecewa karena pemerintah memutuskan menghapus pelajaran TI, saya berharap bahwa suatu saat nanti pemerintah akan memberlakukan kembali pelajaran TIK.

Hubungan Timbal Balik
Dikisahkan dalam legenda Yunani, ketika terjadi perang saudara, salah seorang kurir yang bernama Pheidippides berlari ke dari Marathon ke Athena membawa kabar kemenangan. Kisah fenomenal kekuatannya berlari selama berhari-hari hingga menempuh jarak 42.195 kilometer menjadi inspirasi lomba atletik, Marathon!.

Intinya jika saja tehnologi komunikasi telah berkembang dengan baik, mungkin Pheidippides tidak harus berlari marathon. Ini bukti bahwa tehnologi memudahkan kerja-kerja manusia.

Dibalik itu, tehnologi informasi juga memiliki dua sisi layaknya mata pisau, ada sisi baik dan sisi buruk. Kedua sisi tersebut akan bermanfaat atau berbahaya ketika kita menggunakannya. Jadi kita sebagai anak didik harus jeli dan cermat dalam menggunakan teknologi. salah-salah akan membuat kita masuk jurang masalah, mungkin bisa berurusan dengan Lembaga Kode Etik Pemerintah karena menyalahgunakan tehnologi.

Namun juga harus diwaspadai karena ‘penjajahan’ juga telah mengambil bentuk yang berbeda dibanding dahulu, sekarang juga lebih canggih secanggih tehnologi informasi yang ada. Maka kita harus waspada!.

Kembali kepada masalah hilangnya TIK dan bagaimana dengan perkembangannya kemudian, Pemerintah tetap mempertimbangkan untuk mengevaluasi dan menutup celah kekurangan dengan tidak diberlakukannya lagi mata pelajaran TIK dengan mendorong peran lebih besar melalui lembaga yang bernama Pustekkom Kemendikbud.

Lembaga ini meluncurkan beberapa produk yang berbasis internet berupa website yang dapat diakses oleh kalangan pelajar maupun masyarakat umum secara luas. Menurut saya produk unggulan Televisi Edukasi (TVE) sangat menarik. Mengapa? Media televisi sangat dekat kita, bisa diakses melalui internet dan melalui media ini pemerintah bisa melakukan pencerdasan dengan siaran televisi pendidikan yang santun dan mencerdaskan.

Misinya saja menyiarkan program mencerdas-kan masyarakat, bisa menjadi teladan dalam menyebarluaskan informasi, kebijakan Depdiknas dan mendorong masyarakat gemar belajar.

Menyiarkan film pendidikan tetapi yang bersifat unik untuk ditonton. Jika film pendidikan yang disiarkan untuk anak yang berumur 1-6 tahun harus berkarakter kartun yang lucu agar anak kecil ingin menonton film tersebut sekaligus mendapatkan ilmu. Program ini ditujukan merangsang pemerintah membuat materi-materi pembelajaran baru sesuai dengan kebutuhan pemirsanya dan kebutuhan perkembangan zaman yang terus berubah. Setidaknya ada alternatif daripada hanya menonton sinetron yang kadang-kadang cuma mengejar rating tidak melihat sisi moralnya.

Namun begitu program lainnya seperti Buku Sekolah Elektronik; yang membantu menyediakan buku yang memenuhi standar nasional pendidikan, bermutu dan murah dan tersaji dalam bentuk buku elektronik (e-book) dengan nama Buku Sekolah Elektroni juga penting. Seperti halnya 'Portal Rumah belajar', sebuah portal yang di bangun untuk memfasilitasi ketersediaan bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik dan peserta didik, seperti bahan belajar interaktif dilengkapi media pendukung seperti; gambar, animasi, video dan simulasi untuk membuat belajar semakin seru.

Banyak inisiatif baru yang harus kita lakukan untuk membuat belajar tidak menjemukan, apalagi jika dalam waktu dekat diberlakukan 5 hari belajar. Jika sekolah dan semua pihak tidak serius menjalankannya bukan optimalisasi pendidikan, malah kejenuhan, bukan meningkatnya kapasitas anak didik, tenaga didik dan sekolah, malah sekolah jadi 'tempat' yang membosankan. Mari manfaatkan semua fasilitas untuk mendukung belajar kita, gunakan ‘ujung jari kita’ dengan bijaksana!.

Vatin Salsabila Siswa SMA Negeri 5 Jl. Hamzah Fansuri No. 3 Darussalam, Banda Aceh Siswa Kelas Menulis SMA Negeri 5 oudysabila29@gmail.com