oleh hanif sofyan-opini serambi indonesia
http://aceh.tribunnews.com/2016/07/26/otonomi-anak
JARED Diamond, profesor Geografi di UNCLA, mengajukan beberapa pertanyaan yang mengusik dalam bukunya The World until Yesterday; Seberapa besar kebebasan dan dorongan yang dapat diperoleh anak untuk mengeksplorasi lingkungannya? Apakah anak diizinkan melakukan hal-hal ‘berbahaya’, dengan harapan bahwa mereka harus belajar dari kesalahan? Apakah orang tua harus bersifat over protektif akan keselamatan anak? Apakah orang tua harus membatasi eksplorasi dan menarik anak menjauh dari masalah bila mereka melakukan sesuatu yang bisa membahayakan?
Bagi sebagian orang tua hal tersebut menjadi dilematis, antara keinginan memberi ruang otonomi dan kekhawatiran dampak lingkungan. Jalur agama, tradisi, adat dan budaya mempengaruhi tata cara pemberian ruang otonomi tersebut. Sekalipun jawabannya akan beragam dan mewakili banyak perbedaan pemikiran para orang tua, namun pemberian ruang bagi anak untuk berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah, adalah otonomi individual. Bahkan bagi anak-anak sekalipun, ruang tersebut dibutuhkan dan harus dihargai, namun tentu saja dengan pembatasan-pembatasan yang wajar.
Otonomi terpaksa
Situasi dan kondisi tertentu bisa “memaksa” terpenuhinya ruang “otonomi kebebasan” anak-anak. Setidaknya di Indonesia saat ini terdapat 7,1 juta anak, yang bekerja karena tuntutan kebutuhan hidup dan desakan dari “kepentingan” tertentu. Sebagian dari mereka bekerja di pertambangan rakyat, galian C, jermal di tengah laut, buruh perkebunan, buruh pabrik. Sebagian lainnya hidup menggelandang menjadi pengemis sebagai bagian dari imbas urbanisasi yang tak terkendali.
Setidaknya angka tersebut merepresentasikan keterwakilan 87 juta anak Indonesia yang sedang didera beragam masalah dari kekerasan seksual, eksploitasi, akses kesehatan dan pendidikan layak hingga urusan narkoba (Serambi, 24/7/2016). Dalam kondisi ini, orang tua yang semestinya bertanggung jawab pada pemenuhan kebutuhan anak, tidak berdaya memenuhinya. Sehingga anak mendapatkan otonominya secara penuh untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan atau pada keluarganya sebagai pencari nafkah. Dalam beberapa kasus anak-anak tersebut bahkan menjadi tulang punggung keluarga.
Dalam tradisi kelompok tertentu, kebutuhan otonomi anak hampir mutlak dibutuhkan. Ada kecenderungan orang dewasa menempatkan posisi anak sama seperti orang dewasa hanya beda bentuknya karena lebih kecil saja. Sementara kebutuhan untuk bertahan hidup (survival) mengharuskan mereka berlaku menjadi dirinya sendiri termasuk dalam menghadapi bahaya. Pola ini sedikit banyak berlaku mirip dengan situasi dan kondisi anak-anak yang hidup di lingkungan pedesaan dengan anak-anak yang tinggal di kota.
Kekhawatiran bahwa lingkungan selain keluarga akan memberi dampak negatif menjadi kekhawatiran yang umum. Artinya, anak-anak yang belum keluar dari lingkungan keluarga berkecenderungan berpikir bahwa, lingkungan di luar rumahnya akan bersikap sama kepadanya ketika menemui masalah. Faktanya anak-anak akan merasakan pengalaman pertamanya dijahili atau dijahati (bullying), bisa jadi oleh teman-temanya di lingkungan kelompoknya sendiri. Mirip homo homoni lupus, yang kuat menindas yang lemah.
Dalam situasi demikian, menjadi sangat dilematis bagi orang tua apakah membiarkan anak selalu dalam pengawasan atau memberi sedikit ruang untuk merasakan pengalaman yang berbeda agar belajar dari kelemahan dan kesalahannya.
Ada anggapan bahwa anak yang terlalu diproteksi orang tuanya akan menjadi “anak mami”, anak manja yang sulit beradaptasi dengan lingkungan. Sementara anak yang diberi ruang lebih banyak cenderung menjadi lebih berani dan sedikit lebih bandel, namun bukan jahat. Secara personal memiliki daya tahan yang lebih baik dibanding “anak rumahan”. Namun konteks ini berlaku pada kondisi aktivitas bermain, lingkungan kota yang tidak terkontrol bahayanya, kecelakaan, kejahatan penculikan, kekerasan seksual bahkan pembunuhan dengan beragam motif.
Dalam banyak pengalaman, anak-anak sekolah yang sedikit bandel, memiliki kemampuan berteman dan di kemudian hari menemukan jalan suksesnya dengan memanfaatkan “jaringan” pertemanannya, dibandingkan sisi intelektualitasnya. Sementara anak-anak yang cenderung “akademis”, menemukan kesuksesan intelektualnya, namun pertemanannya terbatas pada kelompok dan lingkungan tertentu. Ini tentunya tidak menjadi basis argumen untuk membenarkan bahwa pemberian kebebasan serta merta memberi dampak positif pada mental anak, sementara pembatasan otonomi akan serta merta melemahkan mental anak. Karena lingkungan juga beradaptasi dengan perubahan.
Lingkungan berubah
Di antara ruang otonomi anak yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan, model dan modus kejahatan juga bermetamorfosis. Perkembangan tehnologi juga menyumbang jenis kejahatan baru melalui ruang maya yang rentan kejahatan, namun sulit diawasi dan dideteksi. Dunia maya di masa kini dapat menghubungkan antara korban dengan pelaku kejahatan dalam modus yang hampir tidak terdeteksi sebagai bentuk kejahatan pada awalnya. Kecuali ketika korban dan pelaku bertemu dan kejahatan terjadi kemudian karena peluang dan kesempatan yang lebih besar yang tercipta setelahnya.
Bentuk kejahatan tidak melulu pencurian, penipuan, namun juga bisa berbentuk bullying, kekerasan melalui tindakan (action), maupun melalui kata-kata (verbal), namun dalam banyak kasus menyebabkan korban anak-anak bunuh diri karena rasa malu dan tertekan karena dikucilkan lingkungan pergaulan dan kelompoknya. Namun yang lebih fatal adalah ketika anak-anak digiring oleh “teman maya” untuk memenuhi ajakan bertemu dan kemudian berakhir dengan bermacam kasus kejahatan, seperti perampokan, pelecehan seksual maupun pembunuhan.
Pengaruh lain adalah pemahaman anak terhadap realitas yang berubah, fantasi film maupun games memberikan pemahaman baru yang radikal terhadap anak-anak dalam memandang realitas. Sehingga sesuatu yang semu dapat menjadi sangat realistis, sebaliknya yang realistis dapat menjadi semu. Peperangan menjadi aksi yang umum ketika anak-anak terbiasa mengakses “fantasi perang” dalam dunia virtualnya. Perkelahian menjadi hal yang jamak dan dimaknai sebagai sesuatu yang bisa dilakukan ketika dibutuhkan.
Lebih buruk ketika fantasi seksual juga menjadi bahan tontonan dan contoh yang tidak bernilai bahaya bagi tubuhnya secara fisik maupun biologis. Sehingga kasus married by accident alias hamil diluar nikah, menjadi hal yang tidak dapat ditangkal dengan mudah. Harus ada pemahaman yang umum dan intens diberikan kepada anak-anak untuk penguatan pemberian ruang otonomi anak. Seiring berkembangnya jenis bahaya yang mengintai anak-anak, pemahaman itu harus selalu diberikan, terutama oleh para orang tua dan sekolah.
Belum lama berselang kasus kejahatan seksual anak di sebuah sekolah internasional di Jakarta, membuat prihatin kita semua. Lingkungan yang notabene dilengkapi dengan segala macam aturan dan jaminan bahwa lingkungan sekolah adalah “rumah kedua” yang aman bagi anak. Kenyataannya justru menjadi ruang kejahatan yang fatal. Jauh dari jangkauan orang tua yang telah menyerahkan tanggung jawab sejak jam masuk hingga jam keluar sekolah.
Pemahaman tentang solusi mengatasi persoalan kejahatan seksual anak yang selama ini cenderung diabaikan kemudian menjadi isu yang hangat dibicarakan. Pemahaman anak-anak tentang urusan seks dan sebagainya menjadi tuntutan yang mulai harus ditanamkan pada anak dalam pendekatan religius. Anak-anak harus memahami atonomi tubuhnya untuk mengetahui apa yang dapat membahayakan, perilaku yang mengarah pada kejahatan atas tubuhnya. Sehingga sekedar ‘berteriak’ dan marah ketika ada bagian tubuhnya yang sensitif diganggu menjadi hal yang harus sudah dipahami anak-anak sejak dini.
Berbagai jalan keluar dilakukan dengan medium kurikulum sekolah, maupun materi pembelajaran yang sedikit banyak memberikan penjelasan tentang tubuh, organ intim dan bahaya yang mengintainya. Anak-anak perempuan menjadi salah satu subyek yang memiliki kekuatiran lebih besar. Sekalipun anak laki-laki juga rentan dari kejahatan seksual, seperti sodomi.
Menurut Jared, sekalipun pandangannya didasarkan pada pengalamannya melihat berbagai jenis kelompok bangsa dan suku tertentu dalam beradaptasi dan memberikan ruang otonomi pada anggota suku, klan dan keluarganya. Pada akhirnya otonomi dalam kadar tertentu dibutuhkan anak sebagai bagian dari otonomi individualnya. Untuk memberikan ruang belajar dan pembelajaran tentang hidup dan kehidupan. Dengan memahami realitas kehidupan yang sebenarnya, dengan bimbingan lingkungan keluarga, sekolah, alam melalui internalisasi nilai-nilai religius dalam semua jenis medium yang memungkinkan bisa terkoneksi, baik realitas maupun nirkabel yang tanpa batas. Selamat Hari Anak Nasional!
* Hanif Sofyan, mahasiswa program Magister UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh. Email: acehdigest@gmail.com
Label
#
(2)
100 buku
(1)
1001 Cerita membangun Indonesia
(1)
2016
(1)
2019 prabowo presiden
(1)
2019 tetap jokowi
(1)
2020
(1)
2021
(2)
21 tahun
(1)
21 wasiat Sultan untu Aceh
(2)
49 tahun IAIN Araniry
(2)
99 buku
(1)
a ceh bahan buku
(1)
Abu Mudi
(1)
aceh
(11)
Aceh Barat
(2)
aceh digest
(1)
aceh history
(2)
aceh kode
(2)
aceh kopi
(1)
Aceh Singkil
(1)
aceh tengah
(3)
Aceh Tourism
(2)
Adat Aceh
(3)
agama
(25)
Air Bersih
(2)
aisya
(1)
Alue Naga
(1)
amazon
(1)
aminullah
(1)
anehnya negeriku indonesia
(3)
anggaran nanggroe aceh
(1)
anies
(1)
APBA
(6)
apresiasi serambi indonesia
(1)
arsip
(1)
artikel hanif
(74)
artikel kompas
(1)
artikel nabil azra
(3)
artikel rini
(4)
Artikel Serambi
(9)
artikel serambi-tokoh sastra melayu
(2)
artikel Tanah Rencong
(1)
artikel trans89.com
(1)
artikel/opini Modus Aceh
(1)
arundati roy
(1)
asia
(1)
asuransi
(2)
atlas of places
(1)
australia
(1)
Ayam
(1)
bacaan hari raya
(1)
bahan buku
(106)
bahan buku aceh
(1)
bahan buku kolaborasi
(2)
bahan buku.
(12)
bahan tulisan
(1)
bahana buku
(1)
bahasa
(2)
Banda Aceh
(1)
Bank Aceh syariah
(1)
Bank syariah Indonesia
(1)
batu
(1)
bawaslu
(1)
bencana alam
(7)
bendera dan lambang
(1)
Berbagi
(1)
berita nabil
(1)
berita serambi
(1)
berkeadilan
(1)
BHR
(1)
Bie Da Rao Wo Zhong Tian
(1)
bill gates
(2)
Bioscoop
(1)
Bioskop
(1)
birokrasi
(1)
birokrasi politik
(1)
Blogger Competition 2017
(1)
Blogger Indonesia
(1)
BMA 2023
(3)
Bola Kaki
(1)
book
(1)
BP2A
(1)
BPBA
(1)
BSI
(1)
budaya
(83)
budaya aceh
(12)
budaya massa
(1)
budaya tradisional
(2)
bukit barisan
(1)
buku
(7)
buku covid anak
(1)
Buku kapolri
(1)
bulkstore
(2)
bullying
(1)
bumi
(2)
bumi kita
(1)
bumi lestari
(2)
bumiku satu
(1)
Buyakrueng tedong-dong
(1)
cadabra
(1)
cerdas
(1)
cerita
(2)
cerpen
(2)
child abuse
(1)
climate change
(3)
Connecting Happiness
(3)
ConnectingHappiness
(1)
Cormoran Strike
(1)
Corona
(1)
corona virus19
(2)
covid
(1)
Covid-19
(1)
covid19
(9)
CSR
(1)
cuplikan
(1)
Cut Nyak Dhien
(1)
dakwah kreatid
(2)
Dana Hibah
(2)
dara baroe
(1)
Data
(1)
dayah
(4)
De Atjehers
(1)
demam giok
(1)
Democrazy?
(5)
demokrasi
(10)
demokrasi aceh
(6)
diaspora
(1)
dinasti politik
(3)
diplomasi gajah
(1)
Ditlantas Meupep-pep
(1)
diva
(1)
DKPP
(1)
Don’t Disturb Me Farming
(1)
DPRA
(1)
dr jeckyl
(1)
Drama
(1)
drive book not cars
(2)
dua tahun BSI
(1)
Dusun Podiamat
(1)
earth hour
(2)
earth hour 2012
(2)
ekonmi islam
(1)
Ekonomi
(52)
Ekonomi Aceh
(51)
ekonomi biru
(1)
ekonomi Islam
(7)
ekonomi sirkular
(2)
ekoomi
(1)
Ekosistem kopi
(1)
eksport import
(1)
Elizabeth Kolbert
(1)
essay
(1)
essay keren
(1)
essay nabil azra
(1)
falcon
(1)
fiksi
(1)
Film
(6)
Film animasi
(1)
film china
(1)
film cina
(1)
film drama
(3)
Film jadul
(1)
film lawas
(1)
filsafat
(2)
fir'aun
(1)
forum warga kota
(1)
forum warung kopi
(2)
FOTO ACEH
(2)
fourth generation university
(2)
GAIA
(1)
gajah sumatera
(1)
gam cantoi
(2)
gambar
(1)
ganjar
(1)
Garis Wallacea
(1)
garis Weber
(1)
Gas Terus
(1)
GasssTerusSemangatKreativitasnya
(1)
gempa
(2)
gender
(3)
generasi manusia
(1)
germs
(1)
gibran. jokowi
(1)
Gillian Rubinstein
(1)
god
(1)
goenawan mohamad
(1)
gramedia
(1)
groomer
(1)
grooming
(1)
gubernur
(2)
guiness book of record
(1)
guru
(1)
guru blusukan
(1)
guru kreatif
(1)
guru milenial
(1)
H. Soeprapto Soeparno
(1)
hacker cilik
(1)
Hadih Maja
(1)
Halodoc
(1)
Halue Bluek
(1)
hanibal lechter
(1)
hanif sofyan
(7)
hardikda
(1)
hari Air Sedunia
(3)
hari bumi
(2)
Hari gizi
(1)
hari hoaxs nasional
(2)
harry potter
(1)
hasan tiro
(1)
hastag
(1)
hemat energi
(1)
herman
(1)
Hikayat Aceh
(2)
hoaks
(2)
hoax
(2)
hobbies
(1)
hoegeng
(1)
HUDA
(1)
hukum
(3)
humboldtian
(1)
hutan indonesia
(5)
ibadah
(1)
ide baru
(1)
ide buku
(2)
idelisme
(1)
ideologi
(1)
idul fitri 2011
(1)
iklan
(1)
Iklan Bagus
(2)
indonesia
(4)
Indonesia city Expo 2011
(1)
industri
(1)
inovasi
(1)
Inovasi Program
(1)
intat linto
(1)
intermezo
(5)
internet dan anal-anak
(1)
investasi
(2)
investasi aceh
(1)
Iran
(1)
isatana merdeka
(1)
Islam
(1)
islam itu indah
(3)
Islamic banking
(1)
ismail bolong
(1)
Ismail Fahmi Lubis
(1)
IT
(4)
jalur Rempah
(2)
Jalur Rempah Dunia
(2)
Jalur rempah Nusantara
(2)
jeff bezzos
(1)
Jejak Belanda di Aceh
(1)
jepang
(1)
jk rowling
(2)
JNE
(5)
JNE Banda Aceh
(1)
JNE33Tahun
(1)
JNEContentCompetition2024
(1)
joanne kathleen rowling
(1)
jokoei
(1)
jokowi
(1)
juara 1 BMA kupasi 2023
(1)
juara 1 jurnalis
(1)
juara 2 BMA kupasi
(1)
juara 3 BMA kupasi 2023
(1)
jurnal blajakarta
(1)
jurnal walisongo
(1)
jurnalisme warga
(1)
kadisdik
(1)
kaki kuasa
(1)
kalender masehi
(1)
kambing hitam
(1)
kampanye
(1)
kampus unsyiah
(4)
kamuflase
(1)
karakter
(1)
kasus kanjuruhan
(1)
kasus sambo
(1)
kaya
(1)
KBR
(1)
kebersihan
(1)
Kebudayaan Aceh
(7)
Kebumen
(1)
kedai kupi
(1)
kedai-kopi
(1)
Kedokteran
(1)
kedokteran Islam
(1)
kejahatan anak
(1)
kejahatan seksual anak
(1)
kekuasaan.
(1)
kelas menulis SMAN 5
(4)
kelautan
(4)
keluarga berencana
(1)
Keluarga Ring Of Fire
(1)
kemenag
(1)
kemiskinan
(2)
kemukiman
(2)
kepemimpinan.
(2)
kepribadian
(1)
Kepribadian Muslim
(1)
kerajaan Aceh
(2)
kerja keras
(1)
kesehatan
(13)
kesehatan anak
(4)
keuangan
(1)
keuangan aceh
(1)
khaled hosseini
(1)
Khanduri Maulod
(1)
khutbah jumat
(1)
king maker
(1)
kirim naskah
(1)
Kisah
(1)
Kisah Islami
(1)
kite runner
(1)
KKR
(2)
KoescPlus
(1)
koleksi buku bagus
(4)
koleksi foto
(2)
Koleksi Kontribusi Buku
(1)
koleksi tulisanku
(2)
kolom kompas
(1)
kolom kompas hanif sofyan
(2)
kolom tempo
(2)
kompetensi siswa
(1)
Komunikasi
(1)
komunitas-serambi mihrab
(1)
konsumerisme
(1)
Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku
(3)
Kopi
(2)
kopi aceh
(5)
kopi gayo
(2)
kopi gayo.kopi aceh
(1)
kopi libri
(1)
Korupsi
(7)
korupsi di Aceh
(4)
kota masa depan
(1)
kota yang hilang
(1)
KPK
(2)
KPU
(1)
kredo
(1)
kriminal
(1)
krisis air
(2)
ku'eh
(1)
Kuliner Aceh
(2)
kultum
(2)
kupasi
(1)
kurikulum 2013
(1)
kwikku
(1)
Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh
(1)
lain-lain
(1)
lalu lintas
(1)
lambang dab bendera
(4)
laut
(1)
Laut Aceh
(1)
Laut Biru
(1)
lebaran 2025
(1)
legenda
(1)
Li Zhuo
(1)
lian hearn
(1)
Library
(1)
Library Gift Shop
(2)
lifestyle
(1)
limapuluah koto
(1)
Lin Xian
(1)
lincah
(1)
Lingkungan
(42)
lintho
(1)
listrik aceh
(1)
LNR
(1)
Lomba artikel 2016
(4)
Lomba blog 2016
(1)
lomba blog unsyiah 2018
(1)
Lomba Blogger Unsyiah
(2)
lomba JNE
(1)
lomba mneulis asuransi
(1)
LSM-NGO
(3)
M nasir Fekon
(1)
Maek
(1)
maekfestival
(1)
magazine
(1)
makam
(1)
malcom gladwell
(1)
manajemen
(2)
manipulatif
(1)
manusia
(2)
marginal
(1)
Masyarakat Urban.
(1)
Mauled
(1)
maulid
(2)
Maulod
(1)
Media
(1)
megawati
(1)
Melinjo
(1)
Memberi
(1)
menhir
(1)
Menyantuni
(1)
mesjid baiturahman
(2)
Meulaboh
(1)
MH Amiruddin
(1)
migas
(1)
mimbar jum'at
(1)
minangkabau
(1)
Misbar
(1)
misi
(1)
mitigasi bencana
(5)
molod
(1)
moral
(1)
More Than Just A Library
(2)
motivasi
(1)
MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry
(1)
MTSN4 Banda Aceh
(1)
mukim
(2)
mulieng
(1)
museum
(2)
museum aceh
(2)
Museum Tsunami Aceh
(4)
music
(1)
Music show
(1)
musik
(1)
muslim produktif
(1)
musrenbang
(1)
Nabi Muhammad
(2)
naga
(1)
nagari seribu menhir
(1)
narkotika
(1)
naskah asli
(3)
Naskah Kuno Aceh
(2)
Negeri rempah terbaik
(1)
nelayan
(1)
new normal
(1)
Nina Fathdini
(1)
novel
(1)
Nubuah
(1)
Nusantara
(1)
off road
(1)
olahraga
(2)
one day one surah
(1)
opini
(5)
opini aceh tribun
(2)
opini analisadaily.com
(1)
opini bebas
(1)
Opini di lentera
(1)
opini hanif
(1)
opini hanif di serambi indonesia
(4)
opini hanif sofyan
(1)
Opini Hanif Sofyan di Kompas.id
(1)
opini hanif sofyan di steemit
(1)
opini harian aceh
(4)
Opini Harian Waspada
(1)
opini kompasiana
(2)
opini lintas gayo
(11)
opini lintas gayo com
(1)
opini LintasGayo.co
(2)
opini majalah tanah rencong
(1)
opini nabil azra
(1)
opini rini wulandari
(1)
opini serambi
(43)
opini serambi indoensia
(4)
opini serambi indonesia
(169)
opini siswa
(4)
opini tabloid lintas gayo
(5)
opini tempo
(1)
otsus
(1)
OYPMK
(1)
pandemi
(1)
pandemi covid-19
(9)
papua
(1)
Pariwisata
(3)
pariwisata aceh
(1)
parlemen aceh politik aceh
(8)
pawang
(1)
PDAM
(1)
PDIP
(1)
pelosok negeri
(1)
Peluang Pasar
(1)
pemanasan global. green energy
(1)
pembangunan
(29)
pembangunan aceh
(1)
pemerintah
(4)
pemerintahan
(1)
pemilu 2014
(5)
pemilu pilkada
(1)
pemilukada
(9)
Pemilukada Aceh
(14)
penddikan
(2)
pendidikan
(29)
pendidikan Aceh
(27)
penjahat kambuhan
(1)
penyair aceh
(1)
Penyakit kusta
(1)
Perbankan
(3)
perbankan islam
(3)
perdamaian
(1)
perempuan
(8)
perempuan Aceh
(5)
perempuan dan ibu
(1)
perempuan dan politik
(2)
perikanan
(1)
perpustakaan
(2)
perputakaan
(1)
personal
(2)
personal-ekonomi
(1)
pertanian
(2)
perusahaan ekspedisi
(1)
perusahaan logistik
(1)
perwira tinggi polri
(1)
pesantren
(2)
Pesta Demokrasi
(1)
pidie
(1)
pileg
(1)
pileg 2019
(2)
pilkada
(14)
pilpres
(2)
pilpres 2019
(3)
pilpres 2024
(2)
PKK Aceh
(1)
plastik
(1)
PNS
(1)
polisi
(2)
polisi jahat
(1)
politik
(115)
politik aceh
(160)
politik indonesia
(3)
politik KPK versus korupsi
(4)
politik nasional
(4)
politis
(1)
politisasi
(1)
politk
(5)
Polri
(1)
polri presisi
(1)
popular
(1)
poster.
(1)
prabowo
(2)
prediktif
(1)
presiden
(1)
presiden 2019-2024
(1)
PRESISI POLRI
(1)
produktifitas
(1)
PROFIL
(1)
propaganda
(1)
psikologi
(2)
psikologi anak
(1)
psikologi pendidikan
(1)
psikologis
(1)
Pulo Aceh
(1)
PUSA
(2)
pustaka
(1)
qanun
(1)
qanun Anti rentenir
(1)
Qanun LKS
(2)
Qu Meng Ru
(1)
ramadan
(1)
ramadhan
(2)
Ramadhan 2011
(4)
ramadhan 2012
(2)
rawa tripa
(1)
recycle
(1)
reduce
(1)
reformasi birokrasi
(1)
religius
(1)
Resensi buku
(3)
Resensi Buku hanif
(2)
resensi film
(2)
resensi hanif
(2)
residivis
(1)
resolusi. 2021
(2)
responsibility
(1)
reuse
(1)
review buku
(1)
revolusi industri
(1)
robert galbraith
(1)
rohingya
(1)
Romansa
(1)
romantisme kanak-kanak
(1)
RPJM Aceh
(3)
RTRWA
(2)
ruang kelas
(1)
rujak u grouh apaloet
(1)
rumbia aceh
(1)
sains
(1)
Samalanga
(1)
sampah
(1)
satria mahardika
(1)
satu guru satu buku
(1)
satwa liar
(1)
secangkir kopi
(1)
sejarah
(9)
sejarah Aceh
(28)
sejarah Aceh.
(3)
sejarah dunia
(1)
sejarah-bahasa
(5)
sekda
(1)
sekolah
(1)
sekolah terpencil
(1)
selfie politik
(1)
Servant Leadership
(1)
setahun polri presisi
(1)
setapak perubahan
(1)
sigit listyo
(1)
sikoat
(1)
Sineas Aceh
(2)
Sinema Aceh
(2)
sinovac
(1)
situs
(1)
snapshot
(1)
sosial
(14)
sosiologi
(1)
sosiopat
(1)
SOSOK.TOKOH ACEH
(3)
spesies
(1)
statistik
(1)
Stigma
(1)
Stop Bajak Karya Online
(1)
sultan iskandar muda
(1)
sumatera barat
(1)
sustainable laundry
(1)
syariat islam
(7)
TA sakti
(1)
tahun baru
(2)
tambang aceh
(1)
tambang ilegal
(1)
tanah rencong
(1)
tantang IB
(1)
Tata Kelola pemerintahan
(4)
tata kota
(2)
TDMRC
(1)
Tehani Wessely
(1)
tehnologi
(5)
televisi
(1)
Tenaga kerja
(2)
terbit buku
(1)
the cucko'scalling
(1)
Thriller
(1)
timor leste
(1)
tips
(3)
tokoh dunia
(1)
tokoh kartun serambi
(2)
tradisi
(2)
tradisi aceh
(2)
tradisional
(1)
transparansi
(1)
tsunami
(9)
Tsunami Aceh
(9)
Tsunami story Teller
(2)
tuan hide
(1)
tukang obat
(1)
tulisan ringan
(1)
TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI
(1)
TV Aceh
(1)
tv dan anak-anak
(3)
uang haram
(1)
ujaran kebencian
(1)
ulama aceh
(7)
UMKM
(1)
Unsyiah
(2)
Unsyiah Library
(3)
Unsyiah Library Fiesta 2017
(3)
upeti
(1)
upeti jin
(1)
ureung aceh
(1)
vaksin
(2)
viral
(1)
visi
(1)
Visit Aceh
(2)
Visit Banda Aceh
(7)
Visit Banda Aceh 2011
(4)
walhi goes to school
(1)
wali nanggroe
(3)
walikota 2014
(1)
wanita Iran
(1)
warung kupi
(2)
wirausaha aceh
(1)
Wisata Aceh
(5)
wisata spiritual
(2)
wisata tematik jalur rempah
(1)
Yayat Supriyatna
(1)
youtube
(2)
YouTube YoYo English Channel
(1)
YPBB
(1)
zero waste
(2)
Zhuang Xiao Man
(1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar