Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Senin, 23 Februari 2015

Pendidikan Islami, Membebaskankah?

Oleh Affan Ramli
http://aceh.tribunnews.com/2014/11/24/pendidikan-islami-membebaskankah
SATU pertanyaan sentral dalam Sosiologi Pendidikan adalah apa peran lembaga-lembaga pendidikan dalam masyarakat modern dewasa ini? Jawaban mengejutkan pertama sekali datang dari Samuel Bowles dan Herbert Gintis (1977) bahwa sekolah-sekolah dan universitas-universitas dikembangkan untuk melayani kepentingan tatanan kapitalistik. Pendidikan mereproduksi nilai-nilai yang menjustifikasi ketimpangan dalam sistem sosial masyarakat dan membangun karakter kaum terdidik yang jinak patuh pada pemilik modal. Tapi apakah lembaga pendidikan Islami memainkan peran yang berbeda?


Diskusi topik ini di Aceh penting atas dua alasan. Pertama, arus dorongan islamisasi sistem pendidikan Aceh sebagai bagian dari syariatisasi seluruh kehidupan masyarakat Aceh terasa sangat kuat. Setidaknya ada tiga bukti terkait ini, yaitu Qanun Penyelenggaraan Pendidikan Aceh 2002 dan 2008, Rencana Strategis Pendidikan Aceh 2007-2012, dan rekomendasi Seminar Evaluasi Pelaksanaan Dinul Islam Dalam Rangka Tahun Baru Islam 1435 H. Ketiganya menginginkan pendidikan di Aceh harus diselenggarakan sesuai konsep pendidikan Islami. Satu dari 9 masukan penting dalam evaluasi syariat Islam itu adalah islamisasi pendidikan (Serambi, 26/11/2013).

Kedua, gagasan-gagasan seputar pendidikan Islami yang sudah dikembangkan sejak tahun 70an oleh para cendikiawan terkemuka gagal menjelaskan peran-peran emansipatoris dari lembaga pendidikan dalam masyarakat Muslim. Dalam pendidikan Islami, isu kesadaran kritis, keadilan sosial, dan demokratisasi tidak mendapat perhatian. Hal itu karena, seperti disampaikan Rosnani Hashim (2004), para filsuf penggagas konsep pendidikan Islami fokus pada pengembangan individu, bukan masyarakat.

Menciptakan manusia saleh
Terbukti, Naquib Al-Attas (1980) sebagai filsuf paling berpengaruh dalam diskursus pendidikan Islami berulangkali menegaskan dalam karya-karyanya bahwa tujuan pendidikan adalah menciptakan manusia saleh (insan saleh). Mengingat masyarakat adalah kumpulan individu-individu, maka kumpulan orang-orang saleh dengan sendirinya akan membentuk masyarakat yang baik atau masyarakat yang adil. Begitupun, fondasi filsafat pendidikan Islami hanya didasarkan pada dua hal: hakikat pengetahuan (the nature of knowledge) dan hakikat manusia (the nature of human). Lagi-lagi, hakikat masyarakat dengan segala kompleksitasnya terabaikan begitu saja.

Bukan hanya Al-Attas, 350 cendikiawan muslim terkemuka yang berkumpul pada World Conference on Muslim Education di Mekkah, pada 1977 menyepakati tujuan pendidikan Islami adalah pengembangan individu dengan segala potensinya. Lebih dari 30 paper otoritatif yang disusun dalam rangka bina nadhariah at-Tarbiyati al-Islamiyati (membangun teori Pendidikan Islami) di Amman Jordania pada 1990 juga mengabaikan isu kompleksitas dan ketimpangan dalam masyarakat dan bagaimana pendidikan islami membuka mata kaum tertindas untuk melawan. Sebagaimana perkara ini diperbincangkan panjang lebar dalam konsep pendidikan kritis Paolo Freire. Pendidikan islami karenanya besar kemungkinan tidak terhindar dari apa yang disimpulkan Bowles dan Gintis, bekerja melayani kepentingan kapitalisme. Bekerja memproduksi tenaga kerja jinak.

Menurut saya, ada dua kemungkinan mengapa pendidikan islami berhenti sampai pada pengembangan individu saja. Pertama, simplistik dalam memahami ide tentang masyarakat. Penggagas pendidikan islami berpikir masyarakat hanyalah kumpulan individu, sebuah asumsi yang dipertanyakan oleh para ilmuan sosial. Jika masyarakat cuma kumpulan orang-orang, bagaimana kita menjelaskan tentang pola dan tatanan yang mengontrol hidup kita? Jelaslah ide tentang masyarakat jauh lebih kompleks yang meliputi relasi-relasi individu-kelompok, cara masyarakat diatur, pola hubungan dan struktur sosial, identitas bersama, negara-bangsa, norma dan peran-peran sosial (Rey Jureidini cs, 2000).

Kedua, negara-negara muslim sebagian besarnya diperintah oleh rezim otoriter. Konsep pendidikan islami bisa diterima oleh pemerintahnya sejauh tidak membicarakan kesadaran kritis rakyat, ketidakadilan sosial, dan ketimpangan distribusi sumberdaya dalam masyarakat muslim. Apalagi konferensi-konferensi dunia untuk mengonstruksi teori pendidikan islami sejak awal berturut-turut diadakan di negara-negara yang pemerintahnya tiran. Di Arab Saudi (1977), Pakistan (1980), Bangladesh (1981), dan Indonesia (1982-masih rezim Orba).

Kemungkinan kedua lebih kuat. Para pemikir pendidikan islami tidak memiliki keberanian intelektual untuk membongkar struktur-struktur kuasa dan merumuskan peran pendidikan yang membebaskan dalam struktur kuasa yang timpang itu. Maka lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola dengan konsep pendidikan islami pun tetap memainkan peran tradisionalnya sebagai soft-control atas rakyat. Membutakan pandangan kaum tertindas dari realitas ketertindasan mereka.

Melihat persoalan ini, saya menyarankan Aceh agar mengkonstruksikan teori pendidikan islaminya sendiri yang keluar dari mainstream. Para pakar pendidikan islami Aceh harus berani mengembangkan teori sendiri yang kemudian diterjemahkan ke dalam pedoman praktis oleh Majelis Pendidikan Daerah (MPD), diturunkan dalam bentuk program-program oleh Dinas Pendidikan, dan dijalankan oleh sekolah-sekolah dari TK sampai perguruan tinggi. Terlalu minder

Selama ini para pakar pendidikan Aceh terlalu minder berhadapan dengan lembaga-lembaga besar yang dominan dalam pembentukan wacana keilmuan terkait pendidikan islami, seperti International Institute of Islamic Thougt (IIIT), Islamic Academy, Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO), The International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), dan International Islamic University Malaysia (IIUM). Mungkin karena lembaga-lembaga ini memang secara konsisten sepanjang 30-an tahun terakhir terus memproduksi dan mengembangkan konsep pendidikan islami melalui buku-buku dan jurnal-jurnal mereka.

Meskipun lembaga-lembaga tersebut sangat produktif dan berpengaruh dalam konstruksi teori pendidikan islami, tidak berarti di kalangan mereka sendiri bebas dari perdebatan dan pertarungan. Di antara pemikir yang konsisten menjadi oposisi bagi arus-utama konsep pendidikan islami adalah Yedullah Kazmi, pengajar Islamic Critical Pedagogy di IIUM. Bagi Kazmi, pendidikan islami adalah pendidikan kritis yang membebaskan. Pendidikan yang membuka belenggu soft-control (candu) masyarakat dan membangun kesadaran pada relasi-relasi kuasa timpang di sekitar mereka.

Pendidikan islami, kata Kazmi, dalam rangka memproduksi ‘Abd. Beda dari insan salihnya Al-Attas, konsep ‘Abd-nya Kazmi diletakan dalam konteks relasi-relasi kuasa di masyarakat. Abd karenanya bukan individu-individu atau kumpulan individu beradab pembentuk masyarakat yang adil seperti dalam pikiran Al-Attas. Seseorang gagal menjadi ‘Abd ketika gagal memainkan peran-peran emansipatoris bersama anggota masyarakat lainnya yang terus menerus berjuang mencapai keadilan dan hak.

Singgungan terkait Yedullah Kazmi di sini hanyalah sebagai contoh, untuk membuktikan bahwa sangatlah mungkin bagi para pakar pendidikan islami Aceh keluar dari arus-utama konstruksi gagasan ini yang telah dibangun dalam 30 tahun lebih sejak 1977. Lagi pula, selama ini para pakar pendidikan kita memang belum terhubung baik dalam pergaulan kontestasi wacana keilmuan pendidikan islami di dunia. Meskipun guru kita, Prof Darwis Sulaiman telah menggagas pendidikan islami (di tingkat konsep dan praktik) 10 tahun lebih duluan dari Al-Attas. Namun, sedikitnya publikasi terkait isu ini telah menghalangi cendikiawan dunia untuk melirik ide ini dari versi Aceh

Sekarang bolanya di tangan para akademisi kita. DPRA telah memerintahkan melalui Pasal-pasal Qanun No.5 Tahun 2008, pendidikan Aceh harus diselenggarakan secara islami. Akademisilah yang menentukan; apakah pendidikan islami Aceh mampu membangun kesadaran kritis dan membebaskan, atau hanya menjinakkan kaum terdidik agar patuh setia pada tatanan timpang saat ini?

* Affan Ramli, Jurubicara Jaringan Masyarakat Sipil Peduli Syariat (JMSPS). Email: fan.imamiah@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar