Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Rabu, 09 April 2014

Membangun Aceh ala PUSA

Oleh Hasanuddin Yusuf Adan- Kamis, 30 Januari 2014
http://aceh.tribunnews.com/2014/01/30/membangun-aceh-ala-pusa
PERSATUAN Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang lahir pada 12 Rabiul Awal 1358 H/5 Mei 1935 M, merupakan satu organisasi besar dan kuat di Aceh pada era 1950-an. PUSA diprakarsai dan didirikan oleh para ulama modernis, seperti Tgk Abdurrahman Meunasah Meucap, Ayah Hamid Samalanga, Tgk Abdullah Ujong Rimba, Tgk Muhammad Daud Beureu-éh, dan lain-lain. Tujuan utama pembentukan organisasi ini antara lain dimaksudkan untuk memajukan dunia pendidikan dan memperkuat ukhuwah Islamiyah di Aceh. Pengurus PUSA terbentuk dari hasil musyawarah yang dilaksanakan bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di Komplek Al-Muslim, Matang Geulumpangdua, pada 12 Rabiul Awal 1358 H/5 Mei 1935 M dengan komposisi: Tgk Muhammad Dawud Beureueh sebagai Ketua I, Tgk Abdurrahman Meunasah Meucap (Ketua II), Tgk M Nur El Ibrahimy (Sekretaris I), Tgk Ismail Jacub (Sekretaris II), TM Amin (Bendahara) yang kemudian digantikan oleh Tgk H Mustafa Ali. Selanjutnya, TM Amin menjadi Sekretaris Pengurus Besar PUSA tatkala Tgk M Nur El Ibrahimy menjadi pimpinan Normal Islam Institut di Bireuen. Kepengurusan PUSA ini dibantu oleh beberapa ulama kenamaan, seperti Tgk Abdul Wahab Seulimuem, Tgk H Sjech Abd Hamid, Tgk M Daud, Tgk Usman Lampoh Awé, Tgk Jahja Baden, Tgk Mahmud, Tgk Usman Laziz, dan Tgk Ahmad Damanhuri Takengon. Sementara uleebalang Peusangan dipercayakan sebagai penasihat PUSA. Para pemimpin PUSA yang terdiri dari ulama-ulama berpaham modernis yang mengutamakan ibadah sesuai dengan sunnah Rasulullah saw dan menjauhi segala jenis bid’ah dan khurafat, pernah memimpin Aceh dalam beberapa periode dalam kurun waktu tahun empat puluhan dan lima puluhan. Dengan demikian terkenallah pemerintah di Aceh waktu itu dengan nama pemerintahan PUSA karena yang duduk dalam jajaran pemerintahan umumnya terdiri dari kader-kader PUSA, baik dari sipil, polisi maupun militer. Utamakan pendidikan Beberapa poin penting yang menarik dicatat dalam masa kepemimpinan PUSA, yang barang tentu berbeda dengan Pemerintah Aceh hari ini, antara lain: Pemerintah PUSA mengutamakan pendidikan untuk anak bangsa Aceh; menarik hati bangsa Aceh dengan gerakan dakwah dari satu wilayah ke wilayah lainnya; mengikat ukhuwah yang sangat akrab dengan rakyat Aceh; menghidupkan ekonomi rakyat dengan memberikan berbagai fasilitas untuk rakyat Aceh; dan mengikat hubungan dengan organisasi nasional yang berakar di ibu kota Jakarta seperti Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) dan Majelis Islam Akla Indonesia (MIAI), serta organisasi-organisasi Islam dunia di berbagai Negara seperti Ikhwanul Muslimin dan lainnya. Upaya memajukan pendidikan yang dilakukan PUSA adalah dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, dan mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan yang sudah lebih dulu ada, antara lain: Lembaga pendidikan Al-Muslim di Matang Geulumpangdua yang didirikan oleh Tgk Abdurrahman Meunasah Meucap; Normal Islam Institut di Bireuen yang didirikan PUSA; Madrasah Diniyah Idi (Madni) di Idi yang didirikan Tgk M Nur El Ibrahimy; Madrasah Diniyah Abdiyah di Blang Paseh yang didirikan Tgk Muhammad Daud Beureueh; JADAM yang didirikan Ayahanda di Montasik; Dan, Sekolah Menengah Islam (SMI) di Blang Padang (Banda Aceh) yang didirikan PUSA. Hasil dari pendidikan yang diprakarsai PUSA betul-betul dapat menjawab tantangan zaman, sesuai dengan maksud dan tujuan PUSA kala itu. Betapa tidak, hampir seluruh lulusan Al-Muslim, JADAM, Diniyah Abdiyah menjadi guru dan menjadi pejabat tinggi di Aceh. Mereka mampu membaca dan menerjemah kitab kuning dengan lancar, mampu berhasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya dengan baik. Demikian pula para lulusan Normal Islam Institut Bireuen, umumnya menjadi tokoh masyarakat nasional dan internasional seperti Abdullah Arif, Ismuha, Hasan Tiro, Zainal Abidin Tiro, Ismail Thaib Paya Bujok, AR Hasyim, Hasan Saleh, dan lain-lain. Di bidang dakwah, pemerintah PUSA tidak henti-hentinya berdakwah kepada segenap bangsa Aceh baik secara langsung ketika menjalankan tugas pemerintah ke daerah-daerah kabupaten/kota maupun secara tidak langsung ketika para pejabat Aceh pulang kampung, berkunjung kepada rumah dan tempat-tempat tertentu. Dengan demikian setiap turun ke daerah para pemimpin Aceh dari kalangan pemerintah PUSA selalu berdakwah dan membaur dengan masyarakat. Umumnya mereka tidur di rumah-rumah para pejabat kabupaten/kota (bukan di hotel atau penginapan) sambil berdialog tentang Islam. Dengan demikian ukhuwah Islamiyah tegak dalam masyarakat antara pejabat Aceh dengan orang-orang kampung dari rakyat jelata. Para pejabat Aceh ketika pergi ke daerah selalu membawa dakwah, pendidikan dan sumbangan atau shadaqah sehingga wibawa dan gezah pemerintah PUSA sangat besar di mata masyarakat tatkala itu. Sumbangan atau sedekah yang dibawakan para penguasa Aceh waktu itu lebih mengarah kepada pemberdayaan ekonomi rakyat sesuai dengan profesi masyarakat tempatan masing-masing. Kalau masyarakat tani selalu diberikan modal bibit dan pupuk, kalau para nelayan dibantu pukat dan perahu (boat), kalau masyarakat pedagang diberikan modal usaha dan seumpamanya. Para penguasa Aceh dari kader-kader PUSA dulu tidak rakus, tidak mengutamakan kaum sendiri dengan menyisihkan kaum lain, tidak memaksa orang-orang agar mendapatkan proyek secara kasar, tidak menculik orang yang berbeda partai dengannya, tidak membajak dan menurunkan bendera/spanduk/baliho partai lain yang sedang dikibarkan, dan sangat menjaga ukhuwah dengan rakyat dan masyarakatnya. Yang tidak kurang menariknya adalah para pemimpin PUSA membuka diri dalam bingkai ukhuwah Islamiyah dengan menjalin hubungan dengan organisasi-organisasi Islam lain baik di dalam maupun di luar negeri. Di dalam negeri PUSA bermitra dengan MASYUMI dan MIAI sehingga apa saja informasi secara nasional PUSA cepat mendapatkannya. Di luar negeri PUSA punya link dan aliansi informasi dengan Ikhwanul Muslimin dan jaringannya di seluruh dunia. Dengan demikian baik para pemimpin maupun rakyat PUSA menjadi orang-orang yang peka dengan informasi nasional dan internasional, sehingga para kader dan pemerintah PUSA tidak ada waktu untuk meneror kontraktor meminta persen dari hasil proyek pemerintah yang dikerjakannya. Mereka juga tidak ada waktu untuk memusuhi orang-orang yang tidak seide dan tidak sejalan pemikiran dan tata cara ibadah dengannya, karena wawasan dan jangkauan pemikirannya sudah dewasa, arif, dan mendunia (kon lagee cangguek di yub bruek). Kilas balik Rasanya perlu kita renungkan kembali secara bersama akan kilas balik kepemimpinan pemerintahan PUSA tempo dulu untuk menjadi cermin buat kita dan anak cucu kita di zaman kini dan masa mendatang. Ketika PUSA berkuasa di Aceh dulu, para pemimpin PUSA tidak punya musuh yang dapat menghancurkan Aceh, melainkan mereka dipolitisir oleh pemerintah RI. Kala itu, Jakarta tampaknya tidak begitu senang dengan pemerintah pimpinan PUSA di Aceh yang berlandaskan pada ajaran-ajaran Islam. Pemerintah PUSA pun kemudian ‘diadu’ dengan kalangan ulama tradisioanal dan para uleebalang. Dari sinilah awal Aceh berantam sesama Aceh, saling memojok, saling memboikot dan saling ku-ëh mengku-ëh sesama bangsa Aceh sendiri. Padahal pada awalnya pemerintahan PUSA di Aceh hanya punya tantangan nasionalisme Indonesia yang pro Komunis dari aliran pemikiran presiden Soekarno, sementara di Aceh sendiri tidak ada pergolakan apa-apa. Namun apa hendak dikata sudah nasib bangsa kita yang mudah di-adudomba, mau menang sendiri dan mau menjadi raja sendiri walaupun tidak ada negeri. Ke depan bagaimana upaya mewujudkan kekompakan bangsa sebagaimana ia sudah pernah wujud dalam pemerintahan PUSA yang syariat Islam berjalan lancar di sana, pendidikan Islam maju jaya di dalamnya, ukhuwah Islamiyah tersosialisasi rapi kepada bangsanya, dan ekonomi rakyat maju jaya sehingga tidak ada rakyat Aceh yang mencuri, merampok, menipu dan meneror para kontraktor yang sedang membangun proyek pemerintah di Aceh. Bagaimana kita wujudkan pemimpin dan rakyat Aceh yang berakhlak karimah, sehingga mereka lebih takut kepada Allah daripada Amerika dan Eropa, agar mereka lebih mengharapkan rezeki dari Allah ketimbang investor luar, dan seterusnya. * Hasanuddin Yusuf Adan, Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh, dan Dosen Siyasah pada Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Email: diadanna@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar