by hanif sofyan
Saya pernah beberapa kali berkunjung ke kantor Harian Serambi Indonesia dan berpapasan, bertemu tanpa obrolan dengannya ketika masih berkantor di pojokan Lamprit di sebuah gedung tua diawal-awal penerbitannya. Setiap kali aku mengantar naskah cerpen dan puisi ke ruang rubrik budaya yang dikomandoi bang Ameer Hamzah.
Sesekali diantara rasa penasaran aku berharap bisa mengobrol dengan si kreator Gam Cantoi, tokoh kartun rekaan Muhammad Sampe Edward, yang dalam bahasa sederhana Gam Cantoi diartikan sebagai Gam, panggilan laki-laki di Aceh dan Cantoi yang berarti “kenes”. Karena aku ketika itu juga penyuka seni yang sedang didaulat menjadi ilustrator di Majalah Mahasiswa Ekonomi Perspektif Unsyiah. Ketika itu Gam Cantoi sudah menjadi ikon yang identik dan tak dapat dipisahkan dengan Harian Serambi Indonesia.
Kali kedua saya bertemu di Training Jurnalistik Mahasiswa Majalah Detak Unsyiah di gedung Gelanggang Mahasiswa Prof. A.Madjid Ibrahim, sebelum gedung itu di bom dan terbakar dimasa konflik sedang berkecamuk di ditahun 2000, tepatnya 3 Juli 2000. Ketika itu, Muhammad Sampe Edward hadir sebagai kartunis, yang didaulat sebagai narasumber sekaligus membuat sketsa cepat sosok Gam Cantoi, dengan semua ciri eksentriknya, terutama jambul sehelai rambut yang menjadi ciri dan kekuatan karakternya. Lukisan itu sekarang menjadi salah satu kepingan sejarah perjalanan panjang karirnya mengenalkan Gam Cantoi sebagai sosok penyeimbang berita berat dan ringan menjadi lembut melalui goresan kanvas jati dirinya yang dituang dalam sosoknya Gam Cantoi.
Seperti tokoh kartun lain, Panji Koming di Harian Kompas, Gumarapus di Waspada Medan, Gam Cantoi menyampaikan kritik satir, akan kegelisahan, kegamangan, ketidakadilan sosial, ketidakmapanan, ketidakbecusan, hampir semua persoalan kehidupan dengan gaya bahasa da tutur serta laku yang menyentuh rasa namun halus mengena. Sehingga siapapun yang tersentuh justru akan tersenyum, tertawa terbahak menertawakan diri sendiri atau sekedar mengganguk meng-iyakan apa kata Sampe Edward melalui "sahabatnya" Gam Cantoi. Sehingga dengan cepat Gam Cantoi merebut hati banyak pembaca, membuat rindu dan menunggu-nunggu parodi dan otokritiknya. Apalagi yang akan disajikan keesokkan harinya. Sehingga kerinduan menunggu Koran Serambi Indonesia hadir di teras rumah juga menjadi kerinduan menunggu Gam Cantoi berceloteh.
Meski berbilang tahun ketokohannya makin menguat, makin membuat penasaran dan ketiadaannya menjadi kerinduan dan tanda tanya besar. Namun seperti kisah beberapa maestro lainnya, ketika ketidakhadirannya lama tak terberitakan, antara rindu dan bingung kita cuma bertanya-tanya ada apa gerangan?, namun ketika pertanyaan itu terjawab Sabtu, 30 Januari 2013, dibubuhi dengan berita duka cita. Tiba-tiba kita kehilangan keduanya, sosok Gam Cantoi dan sosok kreatornya M. Sampe Edward sekaligus, yang gemilang membawa pesan kehidupan, pesan kemanusiaan dan perdamaian kepada banyak orang, kepada semua lapisan kalangan tanpa dinding, tanpa kerumitan.
Sungguh kita kehilangan atas semua ini. Sebuah episode sedih dari panjangnya langkah hidupnya, karena sesungguhnya jika bukan dia yang melangkah jauh, kita mungkin ada diurutan berikutnya karena semua kita hanya pengelana yang meminjam dunia, untuk pada akhirnya pergi menuju Arsy-Nya. Begitupun dengan, teman, sahabat, guru dan orang tua kita ini.
Di masa akhir hayatnya, sepeti dikisahkan istri tercintanya drh. Cut Intan Manfadzi, M. Sampe "Gam Cantoi" Edward, meminta istri terkasih memberinya secarik kertas dan pena, dan menggoreskan sosok Gam Cantoi untuk terakhir kalinya. Sampe Edward seperti pamitan dan tak mau kehilangan kesempatan terakhir untuk menyampaikan kerinduannya akan sosok kartun rekaannya. Dengan linangan air mata sang istri, karya itu menjadi goresan terakhir sang maestro karikatur Gam Cantoi, karena setelahnya istri, anak semata wayangnya Alwafi Hafizan, keluarga besar Serambi Indonesia, keluarga besarnya diseantero Indonesia kehilangan sosoknya untuk terakhir kalinya.
Kehadiran Gam Cantoi melalui garis-garis penanya adalah wujud suara hati, kecintaann pada Aceh sebagai negeri keduanya, meski bernama asli Edward Sipahutar, kemudian bermetamorfosa, baik fisik dan hati menjadi Muhammad Sampe Edward Sipahutar. Menjadikannya pribadi yang tak bisa dilepaskan dari Aceh yang terbentuk dalam darahnya. Karena siapapun yang belum mengenalnya akan menduganya sebagai orang Aceh karena seolah paham benar dengan ke-Acehan-an berani benar menggugat apapun yang ada di Aceh, dalam konflik dan damai sekalipun. Kepedulian itu ditunjukkan dengan goresan yang setiap hari memberi dan menjadikan Aceh-nya menjadi sebuah negeri yang terus belajar,berbenah dan memperbaiki dirinya lebih baik dengan segala dinamikannya.
Barangkali Sampe adalah satu-satunya orang di Aceh yang dapat dengan mudah menjadi siapa saja dengan ketokohan Gam Cantoi-nya. Bahkan lebih populer dari para tokoh di Aceh. Sesekali menjadi toke, guru, politikus, Orang Kaya Baru (OKB), bapak yang baik, suami-suami takut istri, bahkan menjadi calon gubernur pernah diwujudkannya dalam sosok Gam Cantoi yang mencalonkan diri menjadi Aceh-1. Ketika para cagub malu-malu dan tak dapat memprediksi dengan pasti siapa kelak yang akan memimpin nanggroe Aceh tercinta. Dan Gam Cantoi hadir denga jas perlente suatu hari di kolom kartunnya mendaulat dirinya menjadi Aceh-1, mendahului siapapun yang berkeinginan kuat menjadi Aceh-1 ketika itu. Dan itu dimungkinkan dengan ketokohan Gam Cantoi yang tak terbantahkan oleh sesiapapun.
Barangkali itu merupakan salah satu kebanggaan terbesar Sampe Edward, yang dapat mencalonkan dirinya menjadi pemimpin Aceh tanpa sungkan dan malu bahkan narsis. Karena ketika gagasan dan ide "gila" itu diwujudkan, semua orang setuju, bergembira dan tiba-tiba melupakan kisruh perseteruan perebutan kursi kuasa dan menyadari bahwa barangkali Gam Cantoi sajalah kiranya yang dapat memenuhi ekspektasi dan harapan orang akan sosok gubernur Aceh nantinya. Namun sesungguhnya itu adalah sebuah satir, sebuah harapan sebuah sentilan, sebuah jeweran telinga bagi siapapun yang sedang berebut tampuk dan tumpok untuk memikirkan apakah memang sudah seharusnya Gam Cantoi ikut turun tangan memimpin nanggroe?, sosok yang bisa gentlemen, sableng, aneh, lucu, lugu dan bahkan kadang-kadang jahil yang akan memimpin negeri Aceh nantinya?.
Hadirnya menjadi renungan, lakunya menjadi pikiran dan kejahilannya menjadi sentilan yang menggugah hati, menyembuh sakit, penyemangat lara dan pelipur duka. kehadirannya diterima dari anak hingga dewasa bahkan dari politisi paling atas hingga rakyat di akar rumput , bahkan nyak gule di pasar Peunayong dapat saja tersenyum simpul mengartikan laku dan mimpi Gam Cantoi melalui goresan Sampe Edward.
Kini didalam darahnya mengalir dua kecintaan akan kampung halamannya di Sumatera Utara dan kecintan yang tak terkira pada tanah kelahiran keduanya Aceh, yang telah mempertemukan dan memberinya cinta hangat dan dalam, istri yang baik dan anak semata wayang Alwafi Hafizan yang sangat dicintainya, juga menjadi rumah peristirahatan terakhirnya di Paya Bujok, Langsa, yang telah mengisi seluruh nafas hidupnya dengan Aceh yang digambarkan dengan caranya sendiri melalui tokoh idola semua idola Gam Cantoi.
Semenjak mulai absennya di tahun 2008, sungguh pernah terbersit,mengapa pada akhirnya Gam Cantoi menghilang, sempat terpikir adakah hal masygul yang memisahkan Serambi dan Gam Cantoi yang karib bersahabat?, Adakah sesuatu di luar sana, cerita dan kisah yang tak dapat dijangkau telinga kita, tentang kehilangan yang tiba-tiba. dan ketika khabarnya adalah sakitnya yang parah, darah kita membersit, dan ketika itu kita hanya bisa berdoa untuk kesembuhannya.
Kemudian kita terpekur, berduka ketika mendengar kabar kepergiannya, berusaha berdoa dengan sebisa cara yang kita bisa dan berharap Allah Azza Wajala memberinya tempat indah di syurga Jannatun Naim, untuk membalas semua cintanya akan Aceh, akan keluarga, akan kita semua dengan satir yang mengingatkan,merenungkan hati dan membuat kita tersadar.
Selamat jalan Bang, semoga segala keluhuran, kecintaanmu pada Nanggroe Aceh akan menjadi ingatan semua orang dan mendapat setimpal balasan dari penguasa jagat yang memberimu karunia dengan sosok Gam Cantoi yang pasti akan dirindukan semua orang. Innalillahiwainna ilaihi rajiun, allahummaghfirlahu, warhamhu, waafini wakfu’anhu. [hans-2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar