Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Jumat, 08 Juni 2012

Budaya Wakaf di Nanggroe Indatu

Sun, Dec 6th 2009, 09:50

Catatan Aceh yang Tercecer

oleh. M Adli Abdullah -opini Budaya-Serambi Indenesia

BUDAYA wakaf bagi ureung Aceh, bukan hal baru. Ini sudah berlangsung ratusan tahun. Ada yang sifatnya umum—mewakafkan sebidang tanah untuk kemaslahatan umum, misal, untuk pasar, jalan, mesjid, meunasah, pendidikan, pemakaman dan sebagainya. Ada wakaf khusus, yaitu mewakafkan harta untuk keluarga dan turunannya.

Maka ketika ada sejumlah wakaf ureueng Aceh seperti di Mekkah dan Negara lain, dapatlah kita memahaminya. Ini bedanya dengan sekarang, ketika ada tanah warga yang diminta beberapa bagian untuk kepentingan umat, sering terjadi adu transaksi. Bahkan pemilik tanah mengakal-akali agar bisa dibayar mahal.

Kasus pembebasan tanah sekarang ini, tidak lagi dilihat dari upaya wakaf. Tapi selalu dikaitkan dengan pandangan ‘ganti rugi atau ganti untung.’ Saya masih ragu apakah kita pernah mendapat mandat kata ‘milik’ pada tanah. Karena itu saya menduga dulu orang tua-tua kita paham betul bahwa kalau tanah itu adalah milik Allah dan harus dimanfaatkan di jalan Allah untuk mencapai ridha-Nya.

Ketika saya menguak misteri tanah wakaf dan menyinggung nama Ketua MPU Aceh Utara Tgk. H Syeikh Syamaun Risyad, ternyata mendapat respon dari beberapa beberapa kalangan di Aceh. Tgk. H Syeikh Syamaun berulang kali menuturkan bagaimana perannya dalam menguak tabir Rumah Aceh di Mekkah. Sebagai salah seorang ulama Aceh yang menetap di Tanah Suci, Syamaun menuturkan bahwa beliau pernah ikut punya andil dalam terkuaknya informasi ke publik mengenai harta wakaf Aceh di Haramain Saudi Arabia.

Dari Informasi Tgk. H Syeikh Syamaun dikatakan bahwa upaya ini tidak mudah seperti membalik telapak tangan. Tidak sedikit rintangan yang dihadapinya dalam menyakinkan nadhir agar membolehkan mahasiswa Aceh yang belajar di sana dapat menempati rumah Aceh sesuai dengan amanah pewakaf Habib Bugak Asyi (Habib Abdurrahman Al Habsyi).

Di Arab Saudi seluruh tanah wakaf tercatat di Mahkamah Syar’iyyah bersamaan dengan ikrar wakaf. Maka ada peluang bagi siapa pun untuk menghilangkannya. Namum wakaf itu bisa dialih manfaat. Karenanya pemerintah Saudi membentuk Kementerian Haji dan Wakaf untuk memantau dan menjaga harta harta wakaf. Saya juga berharap Tgk. H Syeikh Syamaun bersama para ulama dan umara lainnya juga bisa membongkar tanah-tanah wakaf di Aceh saat ini, apalagi Syamaun sudah berpengalaman menguak Baital Asyi selama menetap di Saudi Arabia.

Perihal tanah wakaf orang Aceh, tak hanya di Arab Saudi. Di Pulau Penang Malaysia—tepatnya di Lebuh Aceh, ada juga harta wakaf orang Aceh. Tanah ini diwakafkan oleh Teungku Sayed Hussain Al Idid pada tahun 1792. Hussain beserta pengusaha Aceh lainnya ketika mereka membuka kawasan di Lebuh Aceh dan mendirikan masjid, rumah, deretan rumah kedai, Madrasah Alquran, dan kantor perdagangan.

Tengku Syed Hussain Al-Idid seorang pedagang Aceh yang kaya dan sukses. Beliau berada di kota Penang, satu kota dagang yang dibuka oleh Kapten Sir Francis Light pada akhir abad ke-18.. Kompleks tersebut sekarang ini menjadi sengketa. Meski statusnya sebagai tanah wakaf yang tidak dapat diperjualbelikan, letaknya yang strategis di pusat kota dan tingginya nilai lahan di Georgetown ini menjadikan kompleks bangunan di sekeliling Masjid Lebuh Aceh banyak diincar. Isu-isu manajemen tanah wakaf, konservasi alam, dan kepentingan beberapa pengusaha di Penang mencuat ketika mereka ingin ‘mengalihkan’ fungsi tanah wakaf pengusaha Aceh tersebut. Permasalahan ini cukup merisaukan, mengingat kompleks masjid ini merupakan warisan arsitektur sekaligus saksi sejarah bangsa Aceh pada Malaysia yang merdeka pada tahun 1957.

Nah, di Aceh pun, tanah wakaf banyak sekali. Ada yang masih produktif atau yang telah yang telah beralih fungsi seperti dibangunnya toko toko atau tujuan komersil lainnya di pertapakan di tanah wakaf. Demikian pula, sekolah-sekolah yang berasal dari tanah wakaf telah ditukar guling oleh pihak pengembang.

Di Peusangan Bireuen, misal ada tanah wakaf yang masih wujud wakafnya, antara wakaf Teuku Tjhik Peusangan-lebih dikenal nama Ampon Syik Peusangan yang diwakafkan Pada 14 November 1929 untuk tujuan memajukan pendidikan di Aceh. Di atas tanah wakaf tersebut kemudian dibangun sebuah kampus Yayasan Pendidikan Al Muslim yang dipimpin oleh Teungku Abdul Rahman Meunasah Meutjab. Yayasan ini merupakan yayasan pendidikan tinggi pertama di Sumatra.

Kampus Al Muslim ini sampai sekarang masih eksis. Biasanya, bahwa di sekitar lembaga pendidikan pasti ada pasar dan masjid sebagai bagian tanah wakaf. Maka untuk membongkar tanah wakaf ini tidaklah sulit, karena di sekitar segitiga emas (lembaga pendidikan, pasar, dan masjid) yang muncul sebelum Indonesia merdeka pasti itu adalah tanah wakaf. Kecuali segitiga emas ini terpisah satu sama lain, seperti munculnya masjid yang jauh dari pasar atau lembaga pendidikan umat.

Adat kebiasaan masyarakat Aceh mewakafkan tanahnya sebagai bentuk ta‘abbud kepada Allah. Ini bagian tamadun Aceh bernafas Islami. Maka jangan heran, jika banyak tempat tempat umum, rumah ibadah, jalan raya, sekolah berdiri di atas tanah wakaf. Ini lagi bedanya dengan karakter “orang” Aceh sekarang yang enggan bahkan tak mau mewakafkan hartanya. Seperti pengalaman Mustafa Tami (mantan Bupati Aceh Tengah) yang berencana membangun sarana jalan raya dari Belang Kolak ke Paya Tumpi Takengon. Karena Pemda Aceh Tengah tidak memiliki anggaran untuk pembebasan tanah maka meminta warga agar mewakafkan tanahnya (Tabloid Modus Aceh, September 2008). Sebagian masyarakat tidak setuju dan ngotot minta “ganti untung” yang sampai sekarang jadi beban pemerintahan Ir H Nasruddin, MM (bupati Aceh Tengah).

Kehilangan entitas
Orang Aceh sekarang mengalami degradasi entitas (cirri diri), seperti memiliki budaya wakaf. Maka jika benar-benar mengerti dan memahami makna tanah wakaf, saya menduga banyak program pembangunan Aceh bisa terlaksana. Sebab tidak harus ‘ganti rugi’ yang sering berbuntut konflik social. Dan saya pastikan kasus pembangunan jalan raya Banda Aceh Calang yang sebagian masyarakat mengklaim bahwa ganti rugi belum selesai, bisa cepat selesai.

Kenapa sekarang, masyarakat sulit mewakafkan tanahnya untuk kepentingan public? Jawabanya karena tidak percaya pada pemerintah (nadhir wakaf). Dulu orang berbondong-bondong mewakafkan tanah untuk kepentingan publik, karena pemerintahnya amanah, dan wakaf menjadi investasi akhirat. Kecuali itu, budaya wakaf menjadi luntur, sejak arus kapitalisme masuk. Agaknya, pemerintah perlu menyadari hal itu. Mungkin perlu meniru apa yang dipraktikan oleh Pemerintahan Saudi Arabia.

Pemerintah Aceh dapat menginventarisir wakaf-wakaf yang selama ini tak jelas dan tersebar di mana-mana. Nah di sini perlunya penguatan Baital Mal. Peluang dilaksanakan ada, apalagi dalam pasal 191 UU No 11 tahun 2006 ayat (1) Zakat, harta wakaf, dan harta agama dikelola oleh Baitul Mal Aceh dan Baitul Mal kabupaten/kota dan dalam Qanun Aceh No 10 Tahun 2007 tentang Baitul Mal diberi kewenangan untuk mengelola dan mengembangkan zakat, wakaf, harta agama dengan tujuan untuk kemaslahatan umat.

Pemerintah Aceh perlu belajar dari sejarah, bagaimana dulu bisa menjaga dan mengawal dan memanfaatkan wakaf secara benar dan member pemahaman bagi masyarakat. Sejarah mencatat, rakyat Aceh menyumbangkan satu telur hingga dapat dibeli dua pesawat untuk perjuangan. Budaya wakaf perlu dihidupkan kembali, Kita berharap akan ada Habib Bugak, Teungku Syed Hussain Al Idid, Teuku Tjhik Peusangan yang baru di Aceh. Sosok mereka mewakafkan harta untuk kemaslahatan umat karena harta itu adalah milik Allah yang hanya perlu dijaga dan ditata dengan baik. Entahlah!

* Penulis; M. Adli Abdullah (peminat sejarah dan budaya Aceh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar