Selasa, 27 September 2011
by hanifsofyan-acehdigest

tak ada maksud apa-apa dengan judul, kecuali sebuah keinginan menyimpan lembar catatan Aceh dalam apapun kisahnya, kedalam sebuah dokumenter yang punya nuansa Aceh. terlalu banyak hal yang terlewat dalam catatan kita yang seharusnya menjadi sumber ide dan pembelajaran di masa depan.
Jika mau membuat daftar, panjang rasanya, bisa mulai dari mana saja tergantung selera, mungkin bisa dimulai dari sejarah yang bisa jadi "membosankan" bagi sebagian orang. Seperti bernostalgia dan terkurung dalam kejayaan masa lalu. Mungkin dari sisi Pengrajin rencong, bentuk rencong yang hari ini banyak dipasaran, bandingkan dengan begitu banyak jenis rencong yang kita miliki dulu, bagaimana pengrajin, menurunkan "kedigjayaan" dalam membuat rencong pada generasi setelahnya. Itu baru secuil, Atau mulailah dari sisi yang lebih humanis,tentang warung kopi yang bertabur dan bagaimana itu menjadi ikon hari ini. Dimana kupi cita rasa asli yang bisa mewakili kejayaan kopi masa lalu. Ulhee Kareng-kah? atau Beurawe?.. Atau bagaimana para pendulang garam berjibaku meng-asinkan kulinari kita yang nasibya tak pernah jelas juntrungannya dan tetap asin seperti garam. pembuat-garam-tradisional

Gagasan Eagle Award yang jadi trade mark MetroTV, harus! menjadi bagian penting perhatian kita hari ini. Sindikat Pekerja Film Aceh, sudah memberi "rumah" bagi tempat berkumpulnya para sineas Aceh yang punya banyak ide dan bakat. Kita juga mulai menjajal beratnya kompetisi Eagle Award. Harusnya tak cuma 1 yang lolos dalam ajang bergengsi itu, karena terlalu banyak ide di rumah kita hari ini yang membutuhkan sentuhan midas para sineas Aceh. Dukung sineas Aceh; Film dokumenter "Garamku Tak Asin Lagi" utk Film Favorit Pemirsa di Eagle Award Metrotv: Eagle(spasi)Garam kirim ke 9899. SINDIKAT PEKERJA FILM ACEH. Semoga sukses!. Bravo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar