Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Jumat, 08 Juli 2011

Mentroe Malik Mahmud Al Haytar

foto by hanif sofyan ; july, 6 2011

Berperawakan besar, dengan baju bermotif kotak, bahkan satu kancing atas dibiarkan terbuka, kesannya bahkan bersahaja bagi seorang "mentroe". Di luar konstelasi politik, sosoknya menarik.


bersama teman setianya Dr. Zaini Abdullah
Bagi yang pertama kali mengenal mungkin akan berpikir, beliau orang formal, kaku, tapi ternyata tidak juga. Beliau merupakan sosok yang hangat, perhatian dan menyenangkan. Pria berdarah Aceh, kelahiran Singapura dan besar di Malaysia ini, selalu menunjukkan ekspresinya dengan lugas dan apa adanya setiap kali mendengar informasi yang menurutnya "tak sesuai hatinya". Kesan itu melekat, karena keramahan juga muncul dalam mimik wajahnya.

Beliau tak sungkan berbicara tentang apa saja, terutama tentang Aceh, tentang kekayaan Aceh yang terpendam dan melimpah, tentang Sabang, tentang politik yang kini telah berubah "haluan". Bahkan beliau juga tahu banyak soal hutan bakau, hutan Aceh yang kaya dengan plasma nutfah, tentang Leuser bahkan, pilot project Ulu Masen dan hingar bingar kasus Lhoong Setia Mining vs Masyarakat Lhoong yang tergusur dan teraniaya di tanahnya sendiri[hnf]

 

Malik Mahmud

Mengembalikan Kejayaan Budaya Aceh 

malik mahmud
Mengenal Malik Mahmud, bukanlah hal yang mudah. Kesan pertama yang timbul saat bertemu Perdana Menteri Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini, ia adalah orang yang tegas, agak kaku, dan penuh pertimbangan. Setiap kata-kata yang akan diluncurkan, dipikirkan dengan dalam. Beberapa hal yang sangat sensitive, seperti soal Aceh, ia terlihat sangat hati-hati dalam memberikan statement.


Beberapa kali dalam wawancara awal dengan Media, ia tampak sedikit tegang.
“Saya harus berhati-hati, karena masalah Aceh masih sangat sensitive. Sedikit perbedaan persepsi, akan menimbulkan dampak yang sangat besar,” jelasnya. Tangan kirinya  berkali-kali mengusap-usap dahinya yang sudah mulai mengerut , sementara tangan kanannya memain-mainkan digital recorder mini milik Media yang terletak di dekat tangan kirinya.

Tapi ketegangan ini pelan-pelan meluruh. Setelah terlibat banyak percakapan, Malik merupakan sosok yang hangat, perhatian dan menyenangkan. Seperti saat mengantar Media kembali ke hotel, pria berambut tipis dan sedikit ikal ini terus bercerita tentang segala rupa. Tentang dirinya, tentang masa lalunya, tentang Hasan Tiro, tentang budaya Aceh yang kaya raya, tentang makanan Aceh dengan imbuhan bumbu dari gaun ganja, dengan santai, ringan, dan menarik dengan bahasa Indonesia yang sangat baik.

Tapi lagi-lagi tak mudah untuk mengorek masa kecil pria yang empat tahun terakhir ini tinggal di Swedia. Ia terlihat agak tertutup. Tak banyak diceritakannya kecuali bahwa ia dilahirkan dari sebuah keluarga Aceh yang berpendidikan, tinggal di perantauan, dan sangat kuat menjaga tradisi ke-aceh-annya.

Ayahnya seorang tokoh pejuang Aceh, berasal dari daerah Aceh Besar, yang memiliki hubungan persahabatan dengan Teungku Hasan Tiro, sang Pemimpin GAM. Banyak keilmuan dan intelektualitas diturunkan ayahnya padanya. Salah satunya melalui surat-surat politik dari rekan-rekan ayahnya yang selalu diminta untuk untuk dibacakannya.

Selain itu, karena pria Aceh kelahiran Singapura ini juga memiliki kemampuan dalam menulis, iapun sering diminta untuk membalas seluruh surat-surat yang ditujukan untuk Ayahnya. Tentu saja dengan dikte dari ayahnya. “Ayah saya sering meminta saya membaca dan membalaskan surat-suratnya,” tukasnya sambil tersenyum mengingat beragam kenangan di masa kecilnya.

Diantara sekian banyak surat-surat yang mengalir untuk ayahnya di masa itu, hanya surat Teungku Hasan Tirolah yang sangat berkenan di hatinya. “Saya suka sekali membaca surat-surat Teungku Hasan. Beliau itu sangat hebat. Saya sangat terkagum-kagun dengan tulisannya, meskipun saya belum pernah bertatap muka sekalipun,” ungkap Malik membuka cerita perkenalannya dengan Hasan Tiro.

Apalagi tuturnya, Hasan Tiro merupakan keturunan langsung tokoh Aceh yang sangat disegani olehnya, Teuku Cik Di Tiro. “Sudah ada kedekatan emosional sejak pertama kali saya membaca surat Teungku,” kisah Malik yang kini juga dipanggil Teungku oleh para anggota GAM ini. Apalagi ketika itu ayahnya pernah berpesan padanya, agar ia iku jejak langkah Hasan Tiro. “Ia bakal menjadi orang besar di Aceh,” Malik menirukan kata-kata ayahnya.

Menurut Malik, ada kepercayaan Aceh yang menyatakan bahwa darah pejuang akan mengalir melalui keluarga tertentu yang berpengaruh, sepeti Tiro. Karena itulah rasa hormat itu kian menumpuk di hati Malik, hingga ia memutuskan untuk bersumpah setia mengikuti perjuangan Hasan Tiro.

Pertemuan Malik dan Hasan secara langsung terjadi di tahun 1964. Tepatnya ketika Hasan Tiro pulang dari Amerika dan langsung mendatangi kediaman keluarganya. “Kami sekeluarga terkaget-kaget melihat kehadiran Hasan Tiro di rumah kami. Wajahnya sangat karismatis dan intelek. Meskipun berpendidikan barat, namun soal sopan-santun sangat dijaga. Bahkan terkesan sangat aristocrat. Iapun fasih menggunakan bahasa Aceh yang sangat halus,” Malik mengungkapkan kekagumannya pada sosok Hasan Tiro yang membuka wawasan berpikirnya.

Belum lagi soal perilaku hangat dari pemimpin yang dikagumi ini terhadap keluarganya, membuat Malik semakin yakin akan pilihannya untuk bergabung bersama Hasan Tiro. “Ketika itu, ia langsung masuk ke dapur dan bertanya pada ibu saya tentang masakan yang tengah dibuatnya,” pria bertubuh tinggi tegap ini mengingat kisahnya. “Padahal beliau merupakan tamu kehormatan di rumah kami.” Sejak tahun 1964, ia resmi bergabung dengan Hasan Tiro, hingga kini.

Tak banyak disinggung tentang pendidikan yang pernah dilaluinya. Ia memilih untuk bercerita soal lain yang menurutnya “lebih esensial” untuk dibicarakan saat ini.

Kini  Malik sudah “pindah” ke Swedia. Namun ia tidak melakukan kerja formal seperti Zaini Abdullah dan Bakhtiar Abdullah. “saya full konsentrasi untuk GAM saja,”ia menegaskan. “Kalau saya punya kerja tetap, nanti saya nggak ada waktu untuk baca laporan sedemikian banyaknya,” ia tertawa lepas.

“Jangan ditanya, beban saya sangat berat. Berat tanggung jawabnya.,” tuturnya tentang tugasnya sebagai perdana menteri GAM saat ini. Setiap kebijakan yang dikeluarkan olehnya akan memberi dampak yang sangat besar. “Apalagi sekarang ini kan program darurat. Kalau aman, semuanya bisa lancer dan tertentu. Tapi kita dalam kondisi perang, tukasnya taktis.  Banyak hal yang sangat dalam yang benar harus dipikirkan, karena selain memikir strategi perang, kami juga memikir situasi rakyatnya. Itu semua menjadi beban yang harus ditanggungnya saat ini. “Sejarah kelak akan mencatat, apa yang telah saya lakukan memberikan manfaat atau justru merugikan suatu bangsa. Itulah yang sangat berat buat saya,” nada suaranya memberat.

Tentang proses perdamaian yang tengah terjadi saat ini, Malik Soal perdamaian yang tengah terjadi ini, sebuah sejarah masa depan ditorehkan. Tak hanya untuk Aceh, tapi juga rakyat Indonesia yang lain. Kalau perjajnjian ini bia dihasilkan sesuai yang dimaksud, semua rakyat, Tapi juga menentukan rakyat Indonesia yang lain.

Masyarakat Aceh adalah kaum perantau seperti dirinya, tukas Malik. Meskipun tubuhnya tak berada di wilayah konflik itu sejak puluhan tahun lalu, namun hati dan jiwanya senantiasa terpagut di tanah air Aceh. “Aceh adalah asal-usul saya. Kami sangat cinta, rindu dan segala hal mengenai Aceh sangat dalam dalam jiwa saya,” Malik mengungkapkan perasaannya.

Apalagi belakangan ini, perasaan rindu itu kian menyeruak di hati  petinggi GAM ini. “Saya terkenang dengan semua teman-teman yang telah berjuang di hutan-hutan. Banyak yang syahid (meninggal). Mereka adalah masyarakat yang penuh dedikasi untuk bangsanya,” tukasnya. Begitu juga dengan masyarakat Aceh yang sedang ada di perantauan, paparnya, bagi Malik, orang perantau seperti dirinya, merupakan orang orang tak sudi dijajah oleh bangsa lain. Mereka itu juga pejuang untuk menegakkan harkat dan martabat bangsa Aceh.

Karena itu, Malik terkenang saat salah satu televise swasta di Indonesia menayangkan tayangan interaktif antara dirinya, pemerintah Indonesia, dengan masyarakat Aceh secara langsung. “Saya merasa terharu, akan ketulusan dan kesabaran masyarakat Aceh dalam menghadapi semuanya. Karena itu, tekad saya semakin besar untuk saling mewujudkan kedamaian di bumi Aceh.”

Hal yang ingin dilakukan Malik apabila semua telah berjalan damai adalah mengumpulkan dan mengembangkan kekayaan budaya Aceh yang kini mulai sirna. “Peradaban tinggi suatu bangsa terletak pada budayanya. Aceh merupakan bangsa yang sangat kaya peradabannya. Bayangkan saja, di masa lalu, busana tradisional Aceh sudah sedemikian mewahnya, terbuat dari beludru yang pada masa itu harganya sudah sangat mahal. Bayangkan saja arsitektur Aceh yang semikian indah dan stylenya. Juga soal makanannya,” tuturnya menggebu-gebu.  “Saya ingin mengembangkan kembali kejayaan kebudayaan Aceh yang sudah banyak hilang itu,” ia menuturkan harapannya.


Suasana kian mengalir. Waktu meluncur tajam tak terasakan saat berkumpul bersama mereka. Tak ada satupun pengawal bersenjata laras panjang yang mengitari meja kami. Tak ada senjata yang terkokang di sepanjang perjalanan menuju markas GAM di Albi. Tak ada rompi anti peluru yang diletakkan di dalam ruangan itu. Yang ada hanyalah kehangatan suasana kekeluargaan, dengan secangkir the manis serta kue manis khas Swedia.

(Pemandangan ini tentu saja terasa mengejutkan bagi Media yang pada bulan Mei lalu sempat bertandang ke Aceh. Media dikawal oleh 38 pasukan dari kepolisian dan ABRI lengkap dengan senjata dan rompi anti peluru untuk menghindari serangan GAM di lapangan. Kondisi di lapangan pun terasa sangat mencekam. )

Meskipun yang mereka lakukan merupakan sebuah strategi mengadapi peperangan, namun tak satupun pemimpin terlihat dalam kondisi stress atau underpressure. Bukan berarti para pemimpin ini tidak memikirkannya, namun satu hal pasti dijaga oleh para pemimpin ini adalah managemen kondisi fisik dan psikologis para pemimpinnya dengan prima. Tak ada grusa-grusu (ceroboh), yang ada mengkomunikasikan satu hak dengan hal lain dengan sangat bijaksana.

Situasi ini terpotret ketika Media bersama mereka, beberapa kali kontak dilakukan dari lapangan. Lantas mereka membahasnya bersama-sama di meja tersebut. Malik memberikan instruksi balik ke lapangan (dengan bahasa Aceh tentunya, karena sifatnya sangat rahasia. Digital recorderpun harus dimatikan). Ia telah melakukan koordinasi secara serentak. (Rustika Nur Istiqomah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar