Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Minggu, 30 Januari 2011

Metamorfosis Sabang; Membangun Positioning, Differensiasi, Dan Brand

by hanif sofyan

Sabang, dari semua sisi potensi menimbulkan banyak kekaguman. Tapi, seberapa banyak potensi menjanjikan itu yang tergali dengan “benar”?. Me-manajemen-i Sabang dengan tepat adalah tantangan besar. Persoalan mindset, adalah sisi paling kritikal bagi Pemda, yang harus mendapat porsi perhatian paling besar untuk suksesnya “menjual “ Sabang.

Mengukur Sabang menjadi Sabang yang berbeda, juga membutuhkan pembanding. Dengan melihat bagaimana Senggigi, Bunaken, Wakatobi, Raja Ampat membangun konsep marketing places-nya, dengan Platform Pemasaran Daerah-nya, baru bisa kita mengukur dimana posisi “Sabang kita” hari ini dan bagaimana kita akan “bersaing”.

Seharusnya UU No. 22 Tahun 1999 mengenai Otonomi Daerah, memberikan ruang “jelajah” lebih besar dan lebih luas, untuk memberdayakan konsep Marketing places-nya Sabang menjadi sebuah “ikon” baru. Tidak hanya buat Aceh, tapi minimal untuk kawasan Segitiga IMT-GT, sebelum melangkah ke Asean, Asia, bahkan dunia, menjadi tumpuan devisa.

Perubahan besar di lanskap makro, “mengarak” daerah menuju pasar global. Pertama dengan efektifnya pemberlakuan UU No. 22 dan 25 Tahun 1999, tentang otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah, menandai sebuah pergeseran perspektif pola manajemen pemerintah dari manejemen pemerintah yang “sentralistik-eksploitatif ke desentralistik-partisipatif. Kedua perubahan konstelasi politik orde baru 1998, dari sistem politik “otoritarian-bebal” ke “demokratik-akomodatif”. Ketiga di tingkat regional-global, efektifnya NAFTA, menuntut berbagai negara untuk mulai menggeser orientasi mereka dalam pengelolaan kawasan dari local orientation ke global orientation. Dengan perubahan besar ini, berbagai daerah di Indonesia dihadapkan pada persaingan dengan daerah dan kota lain di seluruh dunia. Sabang, tak lagi hanya bersaing dengan, Bunaken, Raja Ampat, Phuket etc, tapi sekaligus juga dengan Great Barrier Reef, di Australia. Perubahan besar ini memaksa Pemda, untuk meninjau ulang pendekatan dan cara pandang mereka dalam mengelola daerah.

Dimana dan Bagaimana Posisi Sabang seharusnya?

Sederhananya, mungkin tergantung “niat”, apakah sungguh-sungguh ingin “berubah”, atau sekedar masuk menjadi bagian dari paket “Indonesian Visit Year (VIY)”. Sejak digagas 17 tahun lalu, hingga jeda di tahun 1991, di era Susilo Sudarman, praktis program VIY mengalami “karat kronis”. Baru ketika Jero Wacik, didaulat jadi menteri, VIY “bersinar” lagi dengan capaian 6,4 juta wisman di ujung tahun 2008, dengan raupan devisa mencapai US$7.377.390.000 dan belanja turis mencapai US$1.178/orang. Spektakuler. Kita harusnya juga menjadi bagian dari “euforia” ini, karena kita juga Indonesia. Lalu dimana kita ketika “pesta devisa” berlangsung?. Kita masih gagap dalam “kungkungan” era reformasi dan birokrasi, yang dipenuhi para “pengecam” dan pesimistis VIY, pelabuhan kita masih begini, taksi juga begitu, banjir masih ber-langganan dan suara-suara pesimis lain.

Secara Institusional, menempatkan the right strategy and policy on the right situation and condition, adalah sebuah keharusan. Disamping the right man on the right place, untuk manusianya.

Rosabeth Moss Kanter, menawarkan 3Cs; (Concept, Competence, Connection), sebagai “jembatan” kita berpartisipasi dan mengambil keuntungan maksimal dari ekonomi yang “mendunia”. Concept, memaksa kita melakukan positioning, menghasilkan ide yang bernilai pasar. Jogya menjual “never ending Asia”, Jakarta, dengan “Enjoy Jakarta”, bahkan kita tak asing dengan jualan Singapura “Uniquely Singapura”, atau “Truly Asia”-nya Malaysia. Sabang akan menjual apa dalam kompetensi itu?.Competence, memposisikan kita sebagai penghasil atau penyedia layanan dengan kompetensi secara quality, cost, delivery (QCD) yang kokoh. Dengan kapasitas bentang alam pelabuhan yang memadai dan sangat strategis, kita berada didepan para pesaing. Bahkan Singapura sebenarnya “takut” berhadapan dengan potensi Sabang ini. Hanya saja konstelasi politik menggiring Sabang dari posisi yang sangat strategis, sebagai “bagian” dari dua benua dan dua samudra menjadi underdog. Bebas-nya Sabang merupakan sebuah “Phobia” bagi Jakarta di era Orde Baru. Singapura, melenggang karenanya sebagai pengambil keuntungan, “tsunami devisa” (Iful Mahdi-Globe Jurnal 2009). Dari sisi Connection, Sabang harus memposisikan dirinya sebagai hub, penghubung yang memungkinkan interaksi seluruh jagad dalam membangun jaringannya. Dengan posisi di lintas selat tersibuk di dunia dengan volume lalu lintas kapal tertinggi, Sabang butuh “cara memamerkan potensi diri”, agar lebih “dipandang” dunia.

Reorientasi Sabang
"Transformasi super besar", adalah satu-satunya cara membuat Sabang menjadi beda. Pertama, Perubahan pendekatan dan cara pandang Pemda Sabang dalam mengelola “Sabangnya”, dari bureaucratic-monopolistic goverment menjadi entrepreneurial-competitive goverment mungkin membutuhkan revolusi. Sebagai Entrepreneurial, pemerintah harus memainkan peran sebagai “penangkap” peluang yang jeli untuk menaikkan kualitas hidup masyarakatnya. Sementara dari sisi Competitive, menantang pemerintah daerah menjadi pendorong munculnya kompetisi bagi penyedia layanan publik untuk menyajikan excellent service bagi konstituennya. Kisah Mazat Amirul Tamim, Walikota Bau-Bau, membersihkan sungai dengan konsep ”sungai sebagai halaman depan”, merupakan sebuah kejelian menangkap peluang sekaligus solusi kota marina. Gagasannya melebarkan jalan di pinggir sungai, menjadikan area sungai menjadi “halaman depan” ruang publik yang bisa dijual, menjadi landmark seperti halnya Venesia “memainkan” kanal-kanalnya.

Perubahan kedua mengharuskan Pemerintah bermetamorfosis, dari pemda yang “cuek-bebal” menjadi pemda yang berorientasi pelanggan (customer-driven goverment) dan bertanggungjawab (accountable goverment). Pemda berorientasi dan responsif pada kebutuhan dan keinginan untuk kepuasan pelanggan. Pelanggan Pemda dalam hal ini tentu masyarakat daerahnya, dan multistakeholder lain yang memiliki “minat” dan membutuhkan layanan publik yang memadai. David Osborne, pakar manajemen menyebut pemerintah semacam ini, dengan ungkapan, ”Put the customer in the driver’s seat,” (Hermawan Kertajaya, 2005).

Langkah perubahan ketiga, mendorong Pemda untuk meng-evolusi diri dari pemerintah yang hanya memiliki Local Orientation menjadi pemerintah yang memiliki Global-Cosmopolit Orientation. Do and Act Globaly, membuka diri dan peluang, sejauh itu semua memiliki kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Platform Pemasaran Sabang
World is flat, dunia tak lagi bulat karena akses jelajah komunikasinya yang sudah sangat mudah. Tantangannya tentu bagaimana mengantisipasi perubahan besar dunia yang terus berubah dalam hitungan detik dan menit.

Daerah sebagai sebuah institusi, harusnya juga mengarahkan pandangnya kearah perubahan itu, dengan memposisikan diri sebagai sebuah “perusahaan kecil” dalam dunia yang global. Membangun daya saing dan memasarkan daerah adalah dua soal, yang memusingkan banyak para kampiun ekonomi. Pemasaran daerah erat kaitannya dengan bagaimana men-desain suatu daerah agar mampu memenuhi dan memuaskan keinginan dan ekspektasi banyak orang. Masyarakat dilini pertama, berikutnya TTI; trader, tourist, investor, dari dalam maupun luar daerah, TDO; Talent (SDM berkualitas), developer (pengembang), organizer (even organizer).

Sedangkan disisi lain, bagaimana membangun daya saing, menurut maha guru strategi Michael Porter, intinya adalah bagaimana meningkatkan produktifitas, agar berdampak positif untuk peningkatan standar hidup masyarakat.

Sabang-pun berada dalam dilema yang sama ketika dihadapkan pada dua soal itu. Apa yang harus diperbuat?, bagaimana konsepnya?, tool apa yang bisa dijadikan patokan untuk mengukur kualitas kinerja?, siapa pelaku pemasaran daerah?, siapa pelanggan daerah?, dan agenda apa yang harus dilakukan daerah untuk mengembangkan daya saingnya?.

Setidaknya butuh tiga langkah strategis bagaimana menterjemahkan jawaban 2 pertanyaan besar, membangun daya saing, sekaligus memasarkan daerah. Pertama Be a good host (menjadi tuan rumah yang baik) bagi pelanggan daerah. Kedua, treat your guest properly (memperlakukan mereka secara baik) dan Ketiga membangun sebuah “rumah” yang nyaman bagi mereka (building a home sweet home). Hermawan Kertajaya dan Siswohadi (MarkPlus 2005).

Menjadi tuan rumah yang baik, mengharuskan adanya kolaborasi kohesif--masyarakat dan, wirausaha dan pemerintah. Ketika masyarakat welcome dan wirausaha leading di lini depan, pemerintah mengimbanginya dengan mendorong agar kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan mampu mendukung kondusifnya iklim bisnis dan investasi. Semisal terbukanya peluang import mobil eks Singapura, harus diiringi kebijakan dan bea serta pajak yang proporsional.

Perlakuan terbaik bagi Pelanggan, Treat your guest properly, meliputi liveability, investability dan visitability, perbaikan fasilitas umum dan layanan publik, peluang investasi dan tersedianya SDM yang “mumpuni” dan menyediakan fasilitas transportasi akomodasi yang kompetitif, untuk menciptakan convenience/kemudahan dan suasana aman dan nyaman. Kabupaten Jembrana, merupakan daerah pertama yang menerapkan pelayanan publik, kesehatan gratis, dengan relokasi subsidi untuk obat-obatan RSUD menjadi asuransi, sehingga memungkinkan pelayanan gratis menjangkau semua lini.

Membangun “rumah”, berupa akses penunjang operasional yang mudah, tampilan atraksi menarik, dan bahkan untuk menjadikan Sabang sebagai longterm home base, organizer perlu merancang pertemuan yang rutin untuk memancing mereka terus datang. Gelar tahunan Ubud Writer Competition, misalnya, telah melambungkan Ubud, tak hanya sekedar aktifitas desa kecil di Bali, tapi telah menyihir banyak orang datang dengan gengsi-nya karena hadirnya para penulis besar dunia. Sabang juga mampu menyandingkan dengan gelaran diving tahunan di Rubiah atau Iboih, dengan mengundang para penyuka olah raga bawah air dunia, seperti halnya Sail Bunaken, kenapa tidak. Ini gagasan “seru” dan brilian.

Segitiga PDB; Strategic-entrepreneurial vs birokratis
Kaku dan tidak peka, dua kata yang mewakili gambaran laku birokrasi kita. Orientasi pada prosedur dan aturan baku menyebabkan daerah kehilangan kepekaannya terhadap kebutuhan pelanggan-nya.

Dibutuhkan pendekatan pragmatis, peka peluang dan peka perubahan secara makro, untuk memposisikan Sabang dengan segala potensi sumber dayanya. Tidak hanya menjual sisi strategis Sabang sebagai Free trade zone, unsich. Tapi sisi lain semisal westest tick point of Indonesia, historis Sabang merupakan bahan “jualan” yang menawarkan sisi beda dari yang lain.

Strategi entrepeneurial, merupakan pilihan terbaik. Terutama dalam merencanakan mau jadi seperti apa Sabang ke depan, dengan melengkapi potensi sumber daya, dengan visi dan rencana jangka panjang. Menghidupkan lagi “denyut nadi dan nafas” budaya entrepeneurial ke--semua lini SDM yang pernah “terkubur” gegap gempita freeport diera 80-an.

Dan lebih spesifik lagi, Pemda Sabang harus melakukan perumusan “strategi pemasaran daerah” yang solid (Strategic Place Triangle). Hermawan Kertajaya dkk, biasa menyebutnya dengan Segitiga PDB Daerah; positioning, differensiasi dan brand. Sabang harus membangun positioning, membangun posisi berbeda di benak “pelanggan”. Lalu melakukan differensiasi, membedakan diri dengan pemberian value proposition yang unik dan menjadi pembeda dari para pesaing. Dan terakhir sebagai sebuah “perusahaan kecil” dalam sebuah dunia global, Sabang harus membangun brand (merek), untuk membangun awwareness dan menciptakan loyalitas merek. Terserah apakah mau menyebut diri sebagai; Sabang New Gateway, Sabang Tick Point Archipelago, Sabang Westest Point Indonesia, merek dan sebutan yang tepat akan membangun image orang untuk “terkenang”. Sabang sebagai homeland for all. Kapan? tergantung seberapa serius kita berusaha meraihnya. Mungkin dengan Sabang Vision 2015, atau 2020, why not!. [hans].

1 komentar:

  1. perubahan mindset,adalah pijakan awal untuk melangkah, bahkan melompat jauh, menjadi Sabang yang berbeda.
    saleum

    BalasHapus