Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Kamis, 20 Januari 2011

Sale dan Madeung dalam tradisi pengobatan di Aceh

Sun, Dec 5th 2010, 09:30

Apresiasi

Sale dan Madeung dalam tradisi pengobatan di Aceh

TIGA siswa SMPN 1 Banda Aceh, Afif Widhi Ananto, Ghina Luqiyana Rusman, dan Nadila Anindita, melakukan penelitian suatu tradisi pengobatan Aceh yang sudah lama tertimbun “sampah Budaya Aceh”,yakni Sale dan Madeung. Mereka meraih Medali Perunggu pada “Lomba Penelitian Ilmiah Remaja ( LPIR ) SMP Tingkat Nasional yang  diselenggarakan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional ( 27 September — 2 Oktober 2010). Sayang mereka tak bisa berangkat semua ke Yogyakarta, karena tak cukup biaya.

Salè sinonim dari bersalai atau berdiang-dengan cara dipanaskan, dikeringkan, didekatkan ke api atau diasapi. Cara itu bukan asing lagi dalam masyarakat Aceh. Maka ada penganan cukup terkenal seperti pisang salè dan ikan salè. Cara pengobatan dengan sale, diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit seperti sakit lutut, tulang, betis, dan itu telah berusia sekitar 177 tahun. Biasanya kayu yang digunakan (dibakar) untuk bersaleh, adalah bak Redeup (kayu dadap.

 Jadi, salè  sebuah teknik pengobatan sederhana. Cukup menggunakan Tempat tidur atau dipan dan bagian bawah tertutup, hanya  memiliki pintu untuk memasukkan angglo atau tungku sebagai alat pembakar bahan yang lainya adalah  arang, dan kayu dadap. Teknik ini sudah dilakuka secara turun temurun.

Sementara Madeung adalah teknik pengobatan yang lazimnya dilakukan wanita Aceh yang baru selesai melahirkan. Hanya saja kayu bakar dicampur dengan daun dan rempah-rempah tertentu yang mengandung aroma harum serta berkhasiat untuk kesehatan, rempah-rempah yang digunakan ini termasuk dalam daftar jamu empat puluh empat,atau “aweueh peuet ploh peuet” — biasa juga disebut dengan rempah ratus. Ureung madeung ini, biasanya menyebutnya “ureung didapu”(orang yang membaringkan dirinya di ruangan dapur.

Ketika seorang wanita habis melahirkan melakukan Madeueng. Caranya: menyediakan tunggul-tunggul kayu untuk dibakar.  selama empat puluh empat hari. Ini disebut “Tungoe”,  setelah itu dipersiapkan juga balai-balai atau dipan yang dibuat dari batang bambu yang cukup tua atau batang pinang atau batang kelapa atau batang nibung yang telah dibelah memanjang selebar kurang lebih tiga jari, dewasa ini karena bahan-bahan tersebut sudah agak sulit ditemukan, maka dipersiapkanlah balai atau dipan untuk orang yang masih melakukan ritual madeung dengan menggunakan papan atau kayu yang dibelah memanjang dengan lebar sekitar lima sentimeter, disusun memanjang dengan jarak antara satu bilah papan dengan papan yang lain berjarak 2 cm (agar asap dan panas bisa masuk melalui celah-celah tersebut) dan dipan yang digunakan biasanya berukuran panjang disesuaikan dengan tinggi tubuh seseorang, agar orang tersebut dapat tidur dengan nyaman dan leluasa, lebarnya minimal 75 cm atau tergantung selera dan kebutuhan serta tingginya lebih kurang 1 meter, dibawah dipan itu ada yang menggunakan pembakaran model tungku, bahannya ada yang terbuat dari semen dan pasir ada juga gerabah dari tanah liat seperti anglo yang  diisi dengan “teungo” atau kayu,dengan melalui proses pembakaran dari api berubah menjadi bara merah, barulah diatasnya diletakkan kayu-kayu kecil yang mengandung obat, seperti: kayu dadap, kayu rambutan, kayu cendana dll. Selain itu juga disediakan juga batu kali sebesar tempurung kelapa sebanyak tiga buah yang berbentuk agak gepeng (pipih) dan bisa juga berbentuk bulat, sehinggga mudah untuk disandarkan pada perut perempuan yang tidurnya miring (menyisi).

Ada kalanya dimulai pada hari ketiga setelah bersalin, biasanya sekitar jam sepuluh pagi setelah sang ibu selesai mandi. Prosesnya selama 7 hari berturut-turut,tetapi ada juga yang dilakukan oleh orang-orang tertentu selama empat puluh empat hari berturut-turut (selama masa nifas) yang biasanya selesai ritual madeung ini sang ibu akan melaksanakan “manoe peut ploh peut” atau mandi suci.

Selanjutnya dilakukan proses bakar batu Toet Batee (pemanasan batu),batu yang telah dipanaskan lalu diangkat dan dibungkus dedaunan tertentu,seperti “Oen Nawah” (daun jarak) lalu dibalut kain beberapa lapis hingga panasnya masih dapat dirasakan tetapi tidak menimbulkan bahaya.Gulungan batu tersebut lalu disandarkan pada perut perempuan yang sedang berbaring di balai-balai tersebut, jika batu pertama sudah dingin,maka akan digantikan oleh batu kedua yang dibuat serupa dengan batu pertama, dan begitu juga dengan batu yang ketiga yang dipakai setelah batu kedua dingin terus-menerus secara bergantian, batu dipanaskan di dapur di bawah balai tersebut yang terus menerus berapi, api dari tungku kayu itu tak boleh terlalu besar, maka dari itu apinya perlu dijaga..

Yang bertugas sebagai penjaga dilakukan secara bergantian yaitu: orang tua,mertua,dan tetangga atau kerabat.Ini juga adalah sebagai ajang kebersamaan dan mempererat silaturahmi.Sewaktu menjaga,mereka disuguhi makanan berat dan makanan ringan.Di sebuah daerah Aceh yang bernama Takengon, yang terletak di Dataran Tinggi Gayo termasuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Tengah, yang bertugas menjaga orang madeung itu adalah suaminya dan orang laki-laki yang masih kerabatnya sendiri,kebiasaan tersebut bernama “melee-melee.” Mereka begadang semalam suntuk tidak tidur sambil minum-minum kopi dan berdiang di sekitar dipan atau balai tersebut..

Selama empat puluh empat hari menjalani prosesi madeung, makanan yang boleh dimakan hanyalah nasi putih dengan lauk pauk yang diolah secara khusus sehingga bebas lemak, seperti ikan yang direbus bisa juga dipanggang, atau dikukus dan digoreng setengah matang.Yang boleh mereka minum hanyalah air putih saja, makanan dan minuman yang lainnya tidak diperbolehkan sama sekali untuk dikonsumsi, karena menurut mitos orangtua zaman dahulu, meraka berpesan melalui nenek-nenek jika anak atau cucunya kelak bersalin, jangan sekali-kali  memakan telur ayam apalagi telur bebek, katanya, bisa berbahaya dan bila dimakan telur akan keluar telur (peranakan), demikian juga dilarang memakan pisang,karena makanan itu dianggap tajam.Tetapi hal tersebut sangat bertolak belakang jika ditinjau dari segi medis.

 Setelah empat puluh empat hari lamanya, barulah diperbolehkan untuk acara turun mandi yang diistilahkan dengan  “manoe peut ploh peut” artinya mandi suci atau mandi hadas besar yang dilaksanakan setelah hari ke empat puluh empat, yang biasanya dipandu oleh orang tua atau dukun/bidan gampong atau biasa disebut Ma Blien.

 Usai acara mandi Wiladah dan mandi nifas setelah suci dari melahirkan atau mandi adat setelah 44 hari, barulah sang ibu diperbolehkan untuk menjejakkan kakinya diatas tanah, karena dianggap telah suci. Pengalaman yang diungkapkan oleh Narasumber tentang Madeung.

Proses Madeung ( salè, toet bate atau bakar batu, dan ramuan tradisional ) ini bisa disebut juga alat KB Tradisional, karena dengan melakukan serangkaian proses Madeung bisa mengatur jarak kelahiran karena pada jaman dahulu belum ada program keluarga berencana (KB) yang modern seperti sekarang ini.

Madeung dan Salè mempunyai beberapa fungsi, yaitu: dapat mengeringkan peranakan, tubuh menjadi singset, dapat mengecilkan perut, dapat mengatur jarak kelahiran, dan mendatangkan aroma harum pada tubuh.

Serangkaian prosesi tersebut saya lakukan 14 tahun yang lalu, ketika kelahiran anak tunggal saya, tetapi manfaatnya masih saya rasakan sampai sekarang. Antara lain, sebagai  berikut : badan selalu fit dan tidak mudah lelah, Badan tidak melar/tidak gemuk dan singset, Tidak mudah terserang penyakit, Selalu kelihatan awet muda ( jauh berbeda dengan yang tidak melakukan proses madeung, seperti adik kandung saya yang tidak melakukan proses itu, sekarang dia terlihat menjadi gemuk dan badannya melar, serta mudah lelah dalam mengerjakan suatu pekerjaan)

Mdeueng lebih hebat dari mandi uap, dalam tradisi Aceh disebut Ukoep. Sebelum prosesi Ukoep, terlebih dahulu harus disiapkan bahan-bahan berupa ramuan daun-daunan dan rempah-rempah, misalnya: “Oen Kuyun” (daun jeruk nipis) dan “Oen Mee” ( daunasam jawa ), bisa juga dengan “Oen Limeeng Engkoet” ( daun belimbing wuluh ), “Oen Ranuep” ( daun sirih ), “Bak Rheu”( batang serai ), “Kuleet Bak Geurundoeng” ( kulit batang kuda-kuda ), “Kuleet Maneh” ( kayu manis ), “Bungoeng Lawang” ( bunga cengkeh ), “Boh Pala” ( biji pala ), “Boh Langkueuh”( umbi lengkuas ), “Oen Sekee Puloet” ( daun pandan ).

Jika Ukop ini dilakukan secara berkala dan teratur, Insya Allah berat tubuh seseorang akan selalu ideal, bukankah ini yang menjadi dambaan bagi semua orang khususnya kaum perempuan. Orang yang berat badannya ideal biasanya sehat. Antara lain dapat mengobati penyakit inflensa dan demam ( meriang)

* T.A. Sakti, dosen Unsyiah dan pemerhati obat tradisional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar