Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Kamis, 20 Januari 2011

Ranup Ala Plan


hans-aceh digest
2nd winner-resensi buku Plan Aceh

Seperti halnya kopi atau coffee, Sirih atau ranub, bagi ureung Aceh tidak hanya sekedar sebuah suguhan, tapi juga sebuah bentuk “penghormatan” (peumulia jamee), setidaknya itu yang dipahami banyak orang soal ranub. Kesan itu pula yang muncul dalam benak ketika mula sekali saya menikmati sajian ranub-nya Plan Aceh.

Jika analogi kita beranjak pada suguhan sebuah produk kulinari, kita tengah disuguhi satu menu hidangan dengan satu nama, tapi punya dua rasa. (seperti nano-nano yang asam tapi juga manis). Menarik, itu yang pertama muncul soal gagasan. Meskipun realitasnya hanya se-puan ranub, tapi kedalaman arti “pemberian” itu yang lebih besar “muatannya”.


Bahwa apa yang mau disampaikan itu “sejenis annual report, yang notabene berat untuk dicerna bagi yang tidak mau serius menikmati hidangan berat. Agaknya kita masih diberi keleluasaan menikmati “rasa” makanan yang hanya “sebuah” tadi. Mau yang ringan, renyah dan gurih dengan karikaturnya, atau yang "penuh serat " dan karbohidrat untuk redaksinya.

Lihat saja di awal pembuka, dimulai dengan kutipan indah wise words-nya Dorothy (meski dengan terjemahan Aceh-nya yang pas-pasan),  plus ilustrasi, terasa klop benar dengan visinya Plan yang mengusung pesan, sebuah  “dunia dimana semua anak dapat mewujudkan potensinya dalam masyarakat yang menghargai harkat dan martabat manusia secara adil dan merata. Serta mencapai perubahan kualitas hidup anak-anak di negara berkembang, melalui proses menyatukan orang dari berbagai latar belakang budaya untuk membuat hidup mereka lebih bermakna.…betapa indahnya.

Kiranya, visi tadi akan menjadi benang merah dari keseluruhan rangkuman tulisan yang termuat dalam report ini. Untuk secara komprehensif memaknai dan membedah bagaimana visi tadi “diterjemahkan” sebagai sebuah misi mengupayakan meningkatnya kualitas hidup anak-anak melalui proses membangun serta memelihara hubungan demi saling pengertian antara orang-orang dari budaya dan bangsa yang berbeda, pemenuhan kebutuhan dasar, serta peningkatan kemampuan anak dalam ikut berpartisipasi dalam masyarakat, serta mempromosikan hak-hak dan minat anak-anak di seluruh dunia. Selanjutnya bagian per bagian paparan dalam rangka mewujudkan ‘niatan mulia” itu tadi yang akan kita temui dalam sajian “ranub’-nya Plan Aceh.

Di bagian pertama report, yang merupakan adopsi langsung dari versi “asli’-nya, yang berbahasa Inggris, sebagai misal kita disuguhi satu data soal kesehatan dan gizi, dimana 47 rumah sakit besar dan kecil, plus 44 pos kesehatan dan 240 rumah bersalin hancur. Belum lagi 700 orang tenaga medis meninggal, ini merupakan bagian dari kerja besar ditengah derasnya isu kritik yang mewarnai proses rehab rekons Aceh dan Nias. Belum lagi soal perlindungan anak yang menjadi salah satu konsennya Plan, dimana untuk membantu pemulihan anak dari trauma melalui children centers-nya, membutuhkan kerja tak main-main.

Namun sungguh sangat ironis, bahwa temuan persoalan yang membelit dalam organisasi yang mengurus soal anak di lapangan, ternyata masih berkutat  pada kurangnya pemahaman tentang hak-hak anak itu sendiri. Sehingga menimbulkan kekuatiran rentannya kemunculan pelanggaran hak-hak. Khususnya bagi anak-anak perempuan di beberapa tenda pengungsi dan huntara pada awalnya. Mereka tidak dilibatkan dalam perancangan tempat tinggal, pembangunan gedung sekolah, penerangan yang cukup di tenda dan lingkungannya, lokasi kamar mandi, bahkan dalam soal sederhana, seperti membangun tempat bermainnya.

Serba paradoks, ini adalah problem besar, yang ada dalam siklus pengelolaan  bantuan darurat, dimana pengelolanya sendiri belum “paham diri”. Bagian ini disorot Plan sebagai bagian dari “masukan” membangunnya. Problematikanya sangat sensitif, namun menariknya, gambar karikatur yang dijadikan pilihan Plan dalam laporannya, membantu “bekerja” mereduksi kritikan menjadi “sentuhan” lembut. Karena pada dasarnya dalam diri orang dewasa masih terdapat jiwa kanak-kanak, sehingga ketika sebuah kritikan disampaikan dengan gambar yang pas, sedikit banyak bisa menyentuh hati dan sense of humor-nya.

Disisi lain, Plan juga menemukan sebuah persoalan baru, selama rehab rekon. Dimana orang mulai kehilangan “jati diri”, rasa sensitifitasnya, lebih menakutkan lagi berubahnya pola pikir dan partisipatif mereka ( dari pola kerja ikhlas tanpa imbalan), menjadi kasarnya “matre”. Ini paradigma yang sangat berbahaya. Ketika orang berpikir nafsi – nafsi,  serba perhitungan dan tendensi uang jadi “raja”, donor sebagai “tangan perantara” bantuan, seperti dihadapkan pada pilihan memakan “buah simalakama”, dibantu, ibu mati tidak dibantu , bapak mati. Sehingga mau tidak mau, pilihannya harus kerja ekstra keras, mencari cara yang arif dan pendekatan persuasif untuk “menguasai” hati orang banyak. Ini menjadi pekerjaan rumah tambahan buat semua donor, sehingga tidak asal “menggelontorkan” bantuan, karena tekanan deadline laporan?.

Jalan keluar yang dipilih Plan adalah “bermain bagi peran”, melibatkan masyarakat sendiri sebagai pelaksana dan pengelola aktif, sehingga hasilnya lebih efektif. Melalui program terintegrasi dan penguatan hubungan kemasyarakatan melalui mitra lokal, yang lebih paham dirinya sendiri. Sedangkan Plan berusaha lebih fokus memikirkan bantuan kepada masyarakat korban tsunami yang berada dalam keadaan dan kondisi yang luar biasa parah alias emergency.

Hasilnya plan telah membangun sebuah sistem rujukan bagi child helpline (sistem telepon untuk pertolongan anak), telpon bebas pulsa, hotline “129″ — telpon sahabat anak, yang bisa dimanfaatkan 15.000 anak di seluruh Aceh Besar dan Banda Aceh. Dan ECCD (early childhood care and development atau ADITUKA-Asuhan Dini Tumbuh Kembang Anak), di 31 kamp dengan partisipasi lebih dari 2.500 anak. Ditambah dengan promosi program peningkatan kualitas sekolah, SIP (school improvement program), yang melibatkan begitu banyak komponen masyarakat.

Kalau hendak diringkas, melalui “suguhan ranub-nya” Plan memang menyajikan program yang tidak saja berpusat pada anak, termasuk juga isue pemberdayaan ekonomi. Bahkan melalui kerjasama dengan panitia pengarah antar lembaga IASC (inter agency steering committee), memperoleh kesempatan lebih baik untuk kerjasama dengan lembaga lain dan memperkecil terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanan kegiatan. Lebih jauh, bahkan membangun kerjasama dalam kelompok kerja untuk lingkungan hidup dan WES (water enviroment and sanitation). Termasuk salah satunya menjajaki kemungkinan kerjasama dengan WWF (World Wide Fund for Nature) untuk memperkuat kesadaran lingkungan, meski terasa jauh dari “wilayah” Plan berpijak.

Untuk kerja besar tersebut Plan juga mengimbanginya dengan pengembangan Project Officer di garis depan dengan pelatihan perencanaan proyek dan program yang SMART, specific, measureable, achievable, realistic dan time bound–spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistis dan adanya batas waktu tertentu. Untuk mencapai sasaran GBPP (garis besar program Plan) country program outline–hingga Juni 2009.

Akhirnya sebagai sebuah buku “mirip” laporan tahunan, tak pelak kita memang merasakan ada keleluasan jelajah yang meluas, sehingga dalam satu sajian dan dalam satu waktu kita diberi hidangan padat dan mengenyangkan. Sehingga  sajian ini, memang harus dinikmati pelan-pelan tak perlu buru-buru, mungkin bisa sambil menikmati secangkir kopi? Dan jangan tanya soal segmen pembaca, karena tak ada batasan bagi siapapun menikmati bacaan ini. Tapi dari muatan materinya, minimal bisa ditebak kira-kira siapa shadow reader-nya, karena soal bahasa laiknya annual report, memang tak pernah ringan. Selama esensinya masih bisa ditangkap dan diterjemahkan sebagai sebuah laporan, yang tentu saja tak bisa memuaskan semua orang, selama itu pula sajian ini masih bisa dinikmati.

Hal lain yang dapat terasa mengganjal adalah sajian karikaturnya, yang terkadang bermanuver lepas dan liar, sehingga beberapa kali dahi kita berkerut. Terlepas dari adanya tendensi atau “tekanan” dari luar buat sang kartunis yang terasa seperti terjebak dengan mainstream aceh, baik syariat Islam atau  kurang berhati-hati di beberapa isue sehingga kedodoran dan seperti kehilangan pijakan untuk meletakkan apakah pada tempatnya menertawakan sebuah kondisi miris atau berlebihan dengan realitas (gambar anak-anak dengan gizi buruk). Belum lagi persoalan isue jender yang diserempet, mungkin dengan tak sengaja, padahal jika dimainkan secara maksimal (tak sekedar sebuah kelucuan) karikatur bisa jadi media untuk mengajarkan kesetaraan jender, misalnya menyeimbangkan pola pikir bahwa sudah terlalu banyak urusan yang dikerjakan perempuan dan sudah saatnya pula laki-laki ikut andil dalam pekerjaan yang sebenarnya juga jadi bagian tanggung jawabnya tanpa harus kehilangan “derajat” ke-patriarkian-nya, semisal urusan posyandu, ke balee kegiatan anak, penyuluhan kesehatan anak (bisa bergambar bapak menggendong anak tak melulu harus ibu-ibu), meski secara keseluruhan, ilustrasi sebenarnya juga tak begitu terasa mengganggu, kecuali kita--kritis benar, dan serius--benar, sehingga kita lupa kita tengah "berusaha dan berjuang" menikmati bacaan ini, bahkan dengan segelas kopi yang sudah terlanjur dingin. ©hnf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar