Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Kamis, 20 Januari 2011

Acehkah Gayo?

Sun, Feb 21st 2010, 09:04

Catatan Aceh yang Tercecer

Acehkah Gayo?

MUNGKIN  berlebihan di tengah rakyat Aceh jika saya mengatakan ada persoalan keberadaan suku bangsa Gayo berkait pesisir. Pengalaman ketika  saya mendampingi - Prof Dr Nabil Chang Kuan Lin dari National Cheng-Chi University Taipe, Taiwan dalam lawatannya ke beberapa situs sejarah di Pasai dan Peureulak (1-4 Februari 2010)  juga dalam satu seminar di Lhokseumawe beberapa hari lalu, ada peserta yang mempertanyakan apa benar suku bangsa Gayo itu orang Aceh atau Acehkah Gayo?

Permasalahan yang dihadapi oleh orang  Gayo juga dialami orang Pidie.  Saya tidak berargumen mengenai status itu. Sebab dari perspektif sejarah tidak ada bukti Aceh, Gayo dan Pidie terpisah. “Sebutan” itu adalah trik adu domba oleh kolonial Belanda untuk menghancurkan pejuang Aceh. Dan Belanda sukses menanam pemahaman masyarakat Aceh pesisir bahwa orang Gayo adalah suku Batak 27 dan orang Pidie suku bangsa yang tidak bisa dipercaya. Cara ini ditempuh oleh Belanda untuk mengurangi pengaruh Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman yang sudah menguasai sebagian besar Aceh Besar.

Belanda melalui kaki-tangannya mengatakan Teungku Chik  di Tiro dan pengikutnya yang sebagian besar para ulama di Pidie seperti Teungku Chik Pante Kulu, Teungku Chik Pante Geulima, Habib Samalanga sebagai “pancuri”. Istilah yang terkenal kala itu yaitu “Ulama di Pidie sa lagee pancuri di Aceh Raya”. Namun rakyat Aceh tidak terpengaruh dengan tipu muslihat Belanda. Rakyat siap syahid bersama Teungku Chik di Tiro dan pengikutnya..

Renggali dan Seulanga
Masyarakat Aceh pesisir Gayo, mengutip istilah Yusra Habib Abdul  Gani (Serambi, 2 Februari 2008) “bak bunge renggali (Aceh Gayo) dan Seulanga  (Aceh Pesisir).” Russel Jones dan Hill, A.H mengatakan suku bangsa Gayo adalah penduduk asli negeri Pasai yang lari ke hulu sungai Peusangan karena tidak mau masuk agama Islam (Russel Jones, 1999; Hill, A.H 1960). Kisah ini bermula saat Syeikh Ismail dari Mekkah datang ke Samudra Pasai dan mengislamkan Meurah Silu yang kemudian bergelar Malikussaleh. Kemudian Syeikh Ismail meminta Meurah Silu  mengumpulkan semua hulubalang dan rakyat Samudra Pasai untuk memeluk agama Islam.

Selain Meurah Silu, saat itu juga memeluk Islam Tun Seri Kaya yang bergelar Sayid Ali Ghiyatuddin dan Tun Baba Kaya bergelar Syeikh Semayamuddin. Sedangkan sebagian penduduk yang tidak mau masuk Islam mengungsi ke pedalaman hulu Peusangan nama lain dari Negeri Gayo. Ini adalah catatan sejarah yang paling klasik, walaupun mengenai kesahihan cerita ini perlu kajian komprehensif.

Begitu pun, dalam sejarah diaspora puak Melayu disebutkan bahwa suku bangsa Gayo berasal dari golongan Melayu Tua yaitu bangsa yang pertama sekali menduduki negeri Aceh. Hal ini dibuktikan dari penemuan pakar archeolog baru-baru ini di kampung Mendalé, dekat tepi Laut Tawar, sejak 3000 tahun lalu sudah ada peradaban manusia, bahkan di daerah Serbajadi berdekatan dengan Temiang diperkirakan 6000 tahun lalu sudah ada peradaban manusia. Kedua lokasi itu sebagai wilayah orang gayo.

Sekarang, suku bangsaa Gayo bermukim pada lima  wilayah. Pertama,  Gayo Laut mendiami di sekitar Danau Laut Tawar. Kedua,  Gayo Deret mendiami Linge Isaq. Ketiga,  Gayo Lues di wilayah Blang Kejeren Kabupaten Aceh Tenggara. Keempat,  Gayo Sumamah mendiami wilayah Serba Jadi Sembuang Lukup Kabupaten Aceh Timur. Kelima,  Gayo Kalul mendiami Pulo Tiga di bagian Timur Kabupaten Aceh Timur. Ajaran Islam pada waktu itu telah berkembang di Gayo dan telah terbentuk Kerajaan Islam Linge. Adapun penyesuaian adat istiadat dengan ajaran Islam berlangsung secara berangsur-angsur ( Dr. Haji Roeslan Abdulgani:1980)

Peran Suku bangsa Gayo sangat besar bagi penyebaran Islam dan membangun kerajaan Islam Aceh Darussalam. Maka tidak asing dalam catatan sejarah Aceh sering kita jumpai  gelar “Meurah” untuk melambangkan bahwa raja itu berasal dari bahasa Gayo seperti Meurah Sinubung, Meurah Silu, Meurah Pupuk, Meurah Bacang, Meurah Putih dan Meurah Item, Meurah Jernang. Semua mereka itu adalah anak anak raja Lingga yang menjadi raja di pesisir timur dan barat Aceh. Bahkan Meurah Johan anak Adi Genali yang dari kerajaan Lingga adalah pendiri kota Banda Aceh (Sejarah Kota Banda Aceh:1988).  Meurah Johan adalah Sultan Aceh pertama setelah berasil mengalahkan kerajaan Hidu Indra Purba bersama gurunya Syeikh Abdullah Kan’an dan menjadi Sultan Acheh Darussalam, Jum’at, 1 Ramadhan tahun 601-631 H (1205-1234 M) dengan gelar Sultan Alaidin Johan Syah (A Hasjmy: 1976)

Cetak uang di Gayo
 Masa Sultan Alaidin Riayatsyah Al Qahhar (1537-1565M) suku bangsa Meurah Johan digolongkan dalam Suku (Sukee) Lhee Reutoh yang diumpamakan aneuk drang, yang berarti seperti pohon padi yang tumbuh kembali setelah musim panen. Penggambaran suku Gayo ini sangat dominan di Aceh dulunya dibandingkan dengan  Sukee Ja Sandang (berasal dari India) digambarkan sebagai  jeurah haleuba, sukee tok bate (campuran, kaum pedagang) na bacut-bacut, sukee imuem peut (kaum ulama) yang gok-gok donya”. Hadih maja ini sering dilantunkan oleh penyanyi Aceh yakni  Rafly. Sukee berarti suku sehingga hadih maja ini menggambarkan beragam etnik di Kerajaan Aceh Darussalam yang disatukan oleh Sultan Alaidin Riayatsyah Al Qahhar (1537-1565) dalam bingkai keislaman.

Sultan Aceh memberi hak penuh kepada raja-raja di seluruh Aceh untuk mengatur negerimasing-masing. Ini termasuk dengan memberi hak kepada Reje Linge mencetak uang Aceh [Ringgit] yang dipercayakan kepada ”Kupang Repèk” di Takèngon, khusus untuk keperluan hantaran uang dalam perkawinan dan transaksi perdagangan lokal. Hak ini diberi, atas pertimbangan sarana transportasi dan komunikasi yang sukar dijangkau pada masa itu. Reje Linge, akan melaporkan jumlah uang yang dicetak ke istana di Banda Aceh (Yusra Habib Abdul Gani: 2008).

Basis perjuangan Aceh
Hubungan bunge renggali —seulanga bagaikan  tubuh yang satu yang dibangun dalam bingkai keislaman. Ketika perang Aceh-Belanda yang dimulai pada 26 Maret 1873, Belanda kewalahan menghadapi mujahid Aceh walaupun laut telah diblokade. Pada tahun 1902 Snouck Hurgronje membuat laporan kepada Belanda di Amsterdam bahwa untuk dapat menduduki dan menguasai kerajaan Aceh tidak cukup menguasai wilayah pesisir tatapi wilayah pedalaman Aceh  yang berada kawasan Bukit Barisan yakni Gayo dan Alas untuk memutuskan hubungan logistik pejuang Aceh di pesisir.

Kawasan ini, menurut Snouck menjadi basis logistik bagi  pejuang Aceh menyerang Belanda setelah membumihanguskan Batee Iliek (Bireuen sekarang) pada tahun 1901 oleh Van Heutz, maka diperintahkan kepada  Overste GCE Van Daalen untuk menyiapkan pasukannya melakukan operasi  di Gayo dan Alas. Tujuannya adalah menyerang pejuang pejuang Aceh disana yang dimulai pada 8 Februari 1902-23 Juli 1904. Dalam perang ini Van Daalen berucap “menyerah atau semua mati.” Van Daalen dan pasukannya melancarkan operasi di dataran tinggi Aceh selama dua tahun. Akibat operasi sapu bersih ini menyebabkan paling kurang 2.902 pejuang Aceh di Gayo dan Alas syahid. Sekitar 1.159 korban perang ini terdiri dari perempuan dan anak-anak.

Ketika GAM bergolak, tanah Gayo kembali jadi basis dan tempat berlindung ketika ratusan gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini terdesak di Aceh Utara. Mereka berlindung di rimbunan Renggali sebagai jantungnya Seulanga.  Maka jika ingin melihat budaya dan kait kelindan Aceh dalam sejarah, maka renggali adalah titik permulaan. Pertanyaan, mengapa hingga kini masih dijalankan politik adu domba yang memisahkan Gayo dengan Aceh?

Riwayat sejarah begitu jelas dan dimulai dari tengah. Jika sejarah Aceh dimulai dari Renggali, sejarah pesisir pun terkuak. Di sinilah mengapa kekentalan Aceh pada awalnya bermula dari Bumi Antara itu, karena wilayah itu benteng terakhir Aceh, dan kebudayaan otentik yang tersisa.  Perlu diperhatikan persepsi dan imajinasi terhadap identitas di Aceh sudah diaduk-aduk atasnama sejarah perang dan sejarah adu domba. Sehingga kerikil kebudayaan Aceh diupayakan dipisah-pisahkan seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan Hukum Adat yang dipelopori oleh Van Vollen Hoven yang memisahkan adat di pedalaman (Gayo)  dari adat Aceh secara keseluruhan.Ini harus menjadi kesadaran yang harus disatukan ulang agar peradaban Aceh yang islami kembali bersemi, bukan sekedar karena nation states (negara bangsa). Bunge Renggali harus jadi bahan wajib di sekolah dan perguruan tinggi melanjutkan semangat yang dibangun oleh Sultan Alaidin Riayatsyah Al Qahhar. (Penulis, M Adli Abdullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar