Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Rabu, 03 November 2021

Bioscoop Lawas bin Jadul

Diposting oleh Ismail Fahmi Lubish-Jumat, 24 Juli 2020

https://indonesiancinematheque.blogspot.com/2020/07/kebumen-gombong-karang-anyar-purworedjo.html

Pembuat Film Indonesia 1900-1992, Blog ini tentang pembuat film Indonesia, mulai dari Isu, peristiwa, sosok, dibalik layar, berita, bioskop, analisa, kritikus, undang-undang film, film negara, bintang film, sutradara, Cinematographer, produser, sosok yang berpengaruh, sang legend, aktor, aktris, perkembangan film Nasional, jadul, lawas, nostalgia, jaman, kejayaan, keemasan, mereka yang membuat film, penonton, situasi sosial saat itu, perjuangan, kemerdekaan, era Belanda, Jepang.

Orang Kebumen tentu mengenai nama dua bioskop yang berjaya di tahun 1950-an dan 1980-an, yaitu “Bioskop Indrakila” atau “Bioskop Gembira” di Jl. Pemuda dan “Bioskop Star” di Jalan Ahmad Yani. Namun di tahun 1929, ternyata telah ada aktivitas menonton film sekalipun minim informasi.

Sekalipun informasi ini berasal dari sebuah berita menyedihkan karena berkaitan dengan kematian seseorang, namun orang yang meninggal dengan nama Mesland ternyata seorang perwakilan/agen dari Banjoemasche Electriciteit Maatschappij dan pemilik bioskop lokal di Keboemen sebagaimana dilaporkan De Indische courant (09 September 1929) dan De Sumatra post (16 September 1929).

Menariknya, kisah kematian ini menimbulkan kontroversi. Jika De Indische courant (09 September 1929) dan De Sumatra post (16 September 1929) melaporkan peristiwa kematian ini berkaitan dengan dugaan tindakan peracunan serbuk hitam alias mata yang dimasukkan ke dalam kopi Mesland (Teguh Hindarto, Bioskop Kebumen dan Peristiwa Kopi Beracun Tahun 1929), maka berbeda dengan koran Tilgburgsche (09-09-1929) yang justru membuat judul pendek, Arsenicum in een glass bier?

Karanganyar

Tidak banyak yang diketahui mengenai bioskop di Karanganyar yang sebelum tahun 1936 masih berstatus kabupaten tersendiri sebagaimana Kebumen. Hanya sebuah artikel pendek dengan judul Uit Karanganjer yang dimuat koran De Locomotief (08-10-1919) sebagai berikut:

Tidak disebutkan nama bioskop dan berlokasi di mana, namun dari berita pendek tersebut memberikan kita keterangan berharga bahwa pemutaran film dan keberadaan bioskop dimulai di Karanganyar tahun 1919 mendahului Kebumen dan Gombong. Tahun 1919, Gombong adalah distrik (kecamatan) bagian dari Karanganyar.

Gombong-Moelia Bioscoop Gombong

Berbeda dengan Kebumen dan Karanganyar yang minus informasi mengenai aktivitas pemutaran film dan keberadaan bioskopnya di era kolonial. Di Gombong, begitu banyak berita mengenai pemutaran film dan jatuh bangunnya perusahaan bioskop pada waktu itu.

Tahun awal keberadaan bioskop di Gombong tampaknya dimulai tahun 1929. Dalam sebuah artikel berjudul In Het Hart van Java oleh koran Nieuwsblad van het Noorden (23-11-1929) disebutkan demikian:

“Kemudian sebuah bioskop keliling (reizende bioscoop) datang untuk menunjukkan kepada kami film-film antik, yang sepertinya diambil dalam hujan yang sangat deras, mereka begitu bergaris-garis dan pecah (Gombong sekarang memiliki bioskop permanen - Gombong is nu een vaste bioscoop rijk). Dan setahun sekali sirkus mendirikan tenda di sana).

Dalam sebuah artikel berjudul Toch Bioscoop in Gombong yang dimuat koran De Locomotief (16-02-1933), disebutkan adanya wacana penutupan bioskop (kemungkinan gulung tikar karena masyarakat bosan dengan film-film bisu) namun ditunda untuk sementara waktu.

Bulan berikutnya sebuah artikel dengan judul Sluiting Cantine-bioscoop te Gombong yang dimuat koran De Locomotief (11-03-1933) menuliskan mengenai rencana penutupan Bioskop Kantin pada 1 April 1933. Kemungkinan keberadaannya di sekitar Fort Cochius atau Van der Wijck sekarang. 

Namun beberapa bulan berikutnya, yaitu Juli, dikabarkan bioskop akan tampil kembali sebagaimana dilaporkan koran De Locomotief (10-06-1933). Bahkan dalam artikel tersebut, muncul nama group Laras Djawi yang berjawa menampilkan pertunjukan wayang orang di ruangan pasar Gombong.

Dari analisis pemberitaan koran mengenai perkembangan menonton film dan bioskop di Gombong, tahun 1933 adalah tahun penting dan penuh dinamika. Mengapa? Pertama, selain berita penutupan bioskop sekaligus pembukaan kembali bioskop, pada tahun ini dibentuk sebuah asosiasi perbioskopan.

Sebagaimana dilaporkan dalam sebuah artikel berjudul Een Bioscoopvereeniging te Gombong, dilaporkan demikian: “Untuk beberapa waktu Gombong tidak memiliki bioskop. Setelah pertunjukan di Societeit Militer (de Militaire Sociëteit) pertama kali dihentikan, bioskop pasar (de Pasar-bioscoop) segera menyusul. Di kota kecil, di mana sudah ada begitu sedikit hiburan, kurangnya bioskop terasa...” (De Locomotief, 23-09-1933)

Kedua, berakhirnya penayangan film bisu dan titik balik penayangan film yang dapat berbicara (sprekende film). Pada November, sebuah berita dengan judul Sprekende film in de cantine te Gombong menjelaskan, “Rencana, yang telah ada selama beberapa waktu untuk menunjukkan film berbicara di Cantine di Gombong, sekarang sedang direalisasikan” (De Locomotief, 08-11-1933).

Apa yang direncanakan tersebut akhirnya dapat direalisasikan. Beberapa minggu kemudian muncul berita dengan judul Heropening Cantine-Bioscoop te Gombong dan memberikan keterangan sbb:

“Pada hari Minggu malam, film yang berbicara direkam untuk pertama kalinya di soos (societeit alias tempat hiburan) militer di Gombong... diharapkan film yang dapat berbicara ini menjadi istirahat malam Minggu yang menyenangkan baik bagi tentara maupun warga sipil. Judul film tersebut adalah “Trader Horn” (De Locomotief (22-11-1933).

Keramaian menonton film khususnya di tempat terbuka seperti alun-alun masih berlangsung hingga tahun 1937 dan bersandingan dengan kegiatan kebudayaan tradisional sebagaimana dilaporkan sebuah berita dengan judul Gombong: Oranjefeest sbb:

“Défilé dan aubade oleh anak-anak sekolah, pertandingan sepak bola, pertandingan rakyat, hiburan publik seperti ketoprak, bioskop terbuka, wayang akan diselenggarakan. Wedono kami, yang baru-baru ini ditempatkan di Gombong, membuat pendopo dan halamannya tersedia untuk pertunjukan panggung dan persiapan untuk perayaan. Pertemuan itu diikuti oleh pertemuan ramah, dengan Dewi Ayu dan Wedono menawarkan mereka yang hadir makan malam berjalan. Para tamu tinggal bersama sampai larut malam” (De Locomotief, 14-12-1937)

Bahkan foto “Bioscoop Moelya” di Gombong 1947 dalam sampul judul artikel ini memperlihatkan bagaimana menonton film masih menjadi aktivitas keseharian masyarakat menjelang tahun 1947.

Bagaimanakah riwayat gedung-gedung film atau bioskop tersebut saat ini? Bioskop Gembira (Jl. Pemuda) dan Bioskop Star (Jl. Ahmad Yani) di Kebumen telah lama gulung tikar. Diperkirakan sekitar tahun 1990-an keberadaan mereka telah berhenti dan hanya menjadi ingatan kolektif kelompok masyarakat berusia tertentu.

Bioskop Star-Bioskop Gembira

Demikian pula dengan Gombong Theatre (Jl. Yos Sudarso) Gombong yang akhirnya meredup dan kehilangan cahayanya pada tahun 1997-an setelah sebelumnya Bioskop Lestari dan Bioskop Rahayu (Pasar Wonokriyo) tutup usia sekitar tahun 1992-an. (Gombong Theatre dan Potongan Kisah Cinema Paradiso).

Gombong Theatre-Lestari Gombong

Akankah kejayaan film dan gedung-gedung bioskop yang menyisakan reruntuhan tembok atau malah justru telah beralih fungsi akan mengalami kebangkitan kembali? Sebuah pertanyaan yang tidak mudah mendapatkan jawabannya.

Di era digital yang makin meniscayakan menonton dan menikmati film di rumah sendiri melalui sejumlah saluran televisi berbayar (Fox Movies, HBO, Cinemax dll) dan hadirnya media sosial YouTube, rasanya makin sulit membayangkan hadirnya bioskop di kota yang bukan termasuk metropolis.

Kita tidak perlu tersandera dan meratapi masa lalu yang mungkin tidak akan kembali. Namun kita dapat membangun kembali kultur menonton dan menikmati serta mengapresiasi berbagai tayangan film. Di sinilah pentingnya pembangunan komunitas-komunitas pecinta film.

Purworejo-Bioskop bagelen

Bioskop Pusaka-Wates-Bioskop Mandala

Wates sebagai pusat kota Kulonprogo, dahulu penuh dengan sarana hiburan seperti bioskop Mandala Theater yang ada di Jalan Diponegoro, Wates, Kulonprogo. Bioskop Mandala Theater waktu itu menjadi daya tarik masyarakat dalam mencari hiburan di Wates. Namun menurutnya di tahun itu tidak hanya bioskop Mandala Theater Wates yang gulung tikar.

 Warga Galur mengatakan bioskop Mandala Theater waktu itu penuh dengan penoton. Terlebih saat pemutaran film gratis bagi pelajar. "Dulu film kesaktian Pancasila naik truk sama temen-temen. Seru dulu, waktu itu gak bayar karena filmnya kesaktian Pancasila," katanya. Bahkan saat itu banyak dari warga dari luar Wates menyempatkan waktu melihat film terbaru di era 90-an. Malam minggu hampir ramai di seputaran bioskop Mandala Theater ini.

 "Kalo sudah masuk akhir pekan wah ramai banget sampai depan bioskop," katanya.

Sementara itu Warga Pengasih, Pengasih, Pengasih Kulonprogo Surat mengatakan saat itu filmnya dari berbagai macam mulai dari pop hingga sejarah. "Filmnya sejenis perang, sejarah, perjuangan. Karena saya dulu karyawan pabrik es (pemilik bioskop) jadi ga bayar masuknya," katanya.

 Namun saat ini Bioskop Mandala Theater berubah fungsinya. Mulai dari tempat olahraga hingga menjadi gudang. "Setelah bioskop itu ada dipakai untuk futsal, baru kemudian dipakai untuk gudang KPU. Sekarang yang kelola ga tau," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar