
Mungkin berlebihan jika disebut testimoni, meskipun yang saya maksud di dalamnya juga memuat "klarifikasi" atas berbagai berita simpang siur yang muncul ke publik soal, "Mengapa" Abu di diagnosa terjangkit covid19?. Apakah ini sebuah rekayasa yang ditujukan untuk membatasi aktifitas beliau di pesantren dan diruang publik, utamanya ruang ibadah?.
Bukan tanpa alasan diagnosa Abu Mudi diperdebatkan publik. Terutama karena hingga saat ini meskipun di Aceh reaktif dan penderita positif covid19 telah mencapai angka diatas 400, namun banyak orang masih meragukan keberadaan covid19 sebagai sebuah pandemik. Apakah anda termasuk diantaranya?.


Fakta pendukung lainnya yang dianggap sebagai salah satu alasan penguat adalah, ketika ruang ibadah mendapat pembatasan secara ketat dan represif, justru mall dan ruang publik lainnya seolah mendapat dispensasi dapat digunakan lebih leluasa. Hal ini makin menguatkan keyakinan sebagian orang bahwa "covid19" hanyalah sebuah permainan rekayasa belaka.
Kembali pada visual tayangan Abu Mudi, beliau menegaskan tentang upaya ihktiar atas apa yang sudah dialami dan mesti dilakukan oleh banyak orang untuk meyakini dan mempercayai fenomena pandemik yang saat ini sedang berlangsung, sebagai sebuah kebenaran. Beliau meyakini bahwa berbagai gejala yang dialami adalah pertanda gejala covid19, dan dengan dukungan perawatan intensif, beliau dapat dengan cepat tersembuhkan.
Tentu saja kita tidak pernah berharap beliau akan menjadi martir covid19, Nauzubillah Summa Nauzubillah, barulah kita kemudian meyakini pandemik tersebut sebuah kebenaran!. Justru dengan kesembuhan beliau atas dukungan medis, doa kita semua dan tentu saja Allah jualah yang berkehendak, beliau tetap bugar dan menjadi penyampai pesan kepada banyak khalayak yang masih meragukan keberadaan pandemic covid19 sebagai sebuah fenomena pandemik yang mesti diwaspadai.
Mutasi Genetika

Hingga saat ini covid19 terus bermutasi dan dalam beberapa temuan kasus di Myanmar, Vietnam, yang sebelumnya juga menyebar ke Islandia, wujud virus ini telah mengalami perkembangan genetis yang makin kuat dan dapat menyebabkan orang terjangkit lebih cepat dan makin sulit disembuhkan.
Maka kewajiban sebagai orang yang beriman adalah tetap berikhtiar dengan sekecil apapun upaya yang dapat kita lakukan. Menjaga diri dan tentu saja menjaga orang lain sebagai sebuah pahala yang dapat kita raih jika ikhlas melakukannya.
Maka mengikut protokol kesehatan, dengan memakai masker, menjaga jarak, menjaga kerumunan, menjaga kontak fisik berlebihan adalah wujud ihktiar yang digambarkan oleh Abu Mudi sebagai bagian dari upaya kita menjaga keselamatan orang lain selain diri sendiri.
Diantara ada dan tiada, kita tetap meyakini bahwa Allah pastilah benar telah menciptakan mahluk ukuran mikro dan nano ini untuk menguji kita. Menguji keyakinan kita agar tetap ingat, agar tetap bersyukur dengan nikmat sehat dan menjadi cara kita menjadi Muslim yang lebih baik, karena lebih bersih dan lebih menjaga kesucian dalam konteks "bersih" diatas semuanya.
Semoga kita bisa belajar dari banyak kisah pandemik, agar semua cepat berlalu dan kita dapat menjalani "new normal" yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar