Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Sabtu, 14 Desember 2013

Ekonomi Biru Dan Laut Aceh

oleh hanif sofyan

Setelah di bulan November 2013, Pemerintah Pusat menyetujui wilayah ekplorasi dan ekploitasi migas lepas pantai, dari 12 mil-200 mil, Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Kembali Pemerintah Pusat mendelegasikan penerbitan izin wilayah tangkap ikan, 12 mil-200 mil di wilayah lepas pantai Aceh, dalam bentuk dekonsentrasi kepada Gubernur Aceh, pada Desember 2013 ini. Dua kewenangan baru itu adalah “buah” implementasi UU Otonomi Khusus Aceh Nomor 11 tahun 2006.


Dekonsentrasi dipahami sebagai pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di daerah. Rujukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, serta PP No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Pasal 165 ayat d UU Otonomi Khusus Aceh Nomor 11 tahun 2006, menyebutkan bahwa Aceh diperbolehkan menerbitkan izin penggunaan operasional kapal ikan dalam segala jenis dan ukuran. Pelimpahan kewenangan ini juga membantu Pemerintah Aceh dalam menjalankan program percepatan pembangunan perikanan tangkap lautnya, baik bagi nelayan lokal maupun investor yang ingin menanamkan investasinya dalam bidang usaha perikanan tangkap di Aceh. Karena sebelumnya gubernur hanya memiliki kewenangan memberikan izin tangkap ikan di bawah 12 mil, sedangkan lebih dari batas 12 mil, harus melalui persetujuan Menteri Kelautan dan Perikanan di Jakarta.

Dan cikal bakal menjadikan Aceh sebagai sentra daerah produksi ikan terbesar di Sumatera telah digagas dengan pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) seluas 51 Hektar berdekatan dengan Pelabuhan Perikanan Lampulo di Banda Aceh. Ditambah dengan beberapa pelabuhan perikanan skala menengah dan besar untuk membantu pemasaran hasil tangkapan nelayan dan pemenuhan suplai kebutuhan logistik nelayan. Terutama di wilayah Idi, Aceh Timur; Calang, Aceh Jaya; Meulaboh, Aceh Barat, serta Sabang. Dengan dukungan pengalokasian anggaran untuk pengadaan kapal tangkap ikan long line berkapasitas besar yang bersumber dari APBA dan APBN 2013 ini.

Kabar gembira ini menjadi dorongan bagi pembangunan pesisir dan kelautan yang berbasis perikanan, mengingat selama ini pembangunan kelautan menjadi “alternatif kelas dua” , dibandingkan pembangunan wilayah daratan.

Wacana Ekonomi Biru
Pembangunan perekonomian yang diarahkan pada sektor kelautan dan perikanan sebagai penggerak pertumbuhan dan pengelolaan yang ramah lingkungan menjadi tumpuan harapan baru, terutama dengan kehadiran gagasan ekonomi biru yang digulirkan sebagai alternatif solusi ketahanan pangan dan perikanan yang berkelanjutan. Wacana yang diadopsi dari ide dan pemikiran ekonom Belgia, Gunter Pauli menjadi rujukan banyak negara untuk mendorong pertumbuhan dan optimalisasi menggali potensi kelautan menjadi kekuatan baru mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan nelayan tradisional.

Dan Aceh menjadi bagian dari gegap gempita itu, terutama paska dikeluarkannya izin kewenangan izin tangkap ikan di atas 12 mil plus izin ekplorasi dan ekploitasi migas lepas pantainya. Namun hal ini sekaligus juga dapat menjadi bumerang dan ancaman, karena persoalan yang sedang dihadapi para nelayan hari ini adalah ketiadaan kemampuan daya saing dan kedaulatan dalam penguasaan wilayah perairan. Dimana kewenangan dalam pegelolaan laut saja tidak memadai jika tidak didukung oleh adanya gerakan untuk menfasilitasi nelayan dengan berbagai “tambahan” kekuatan untuk merebut potensi pasar dibanding para pesaing. Disamping kemampuan mengolah sumber daya alam kelautan lebih maksimal, dan tidak hanya mengandalkan komoditi ikan segar sebagai mata jualan utama, namun juga pengolahan keseluruhan proses produksi, termasuk limbahnya kearah nirlimbah (zero waste).

Sehingga dibutuhkan pelatihan pengolahan ikan, kemudahan akses permodalan bagi perikanan tangkap, dan penguatan regulasi ekspor-impor agar pelaku perikanan menjadi “tuan” di negerinya sendiri. Prioritas harus diberikan kepada konsumsi domestik, penguatan sistem logistik, agar ongkos produksi lebih murah dan daya saing perikanan meningkat. (BM Lukita, 2013).

Dalam Forum APEC Bali 2013 disebutkan bahwa potensi kekayaan laut Indonesia mencapai 1,2 triliun dollar AS per tahun, dan potensi tersebut meliputi sumber daya alam, pelayaran maritim, dan potensi tambang di laut. Mengingat Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua didunia setelah Kanada (202.080 kilometer), dengan panjang 104.000 kilometer meliputi 17.499 pulau (kompas, 2013).

Bagaimana mendorong pertumbuhan pembangunan berbasis kelautan, perikanan adalah persoalan tersendiri, meskipun secara umum telah dilakukan hanya saja masih terdapat titik lemah disana-sini yang membutuhkan penanganan secara maksimal dan berkelanjutan. Terutama pada penguatan industrialisasi perikanan untuk pengelolaan hulu-hilir perikanan secara berkelanjutan, dimulai dari proses produksi, pengolahan, distribusi dan pemasaran. Namun persoalan utamanya adalah mendorong perikanan rakyat lebih berdaya saing dan berdaulat. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGI), Riza Damanik, “ekonomi biru secara konseptual hanya dimaksudkan merombak pengelolaan ikan menjadi lebih efisien dan efektif, tetapi tidak mengoreksi tata penguasaan pengelolaan perikanan kita.”

Sehingga meskipun realitas menunjukkan potensi yang sangat besar, namun kontribusinya minim terhadap produk domestik bruto (PDB) yang hanya berkisar 22 persen. Hal ini dikarenakan titik lemah pada besarnya angka kemiskinan nelayan dan pembudidaya, dimana 95 persen dari 2,7 juta keluarga nelayan merupakan nelayan kecil dan tradisional, yang menggantungkan mata pencahariannya hanya dari hasil tangkapan tradisional, karena tidak memiliki daya saing dan kedaulatan sebagai “pengelola” lautan.(kompas, 2013)

Ketidaksiapan tersebut menyebabkan para nelayan kita tak mampu menjangkau laut lepas, meskipun memiliki kewenangan mengelola 12 mil-200 mil lepas pantai. Lautan kita justru menjadi “jarahan” pemilik kapal besar dari negara tetangga. Yang tidak saja menimbulkan kecemburuan dan konflik, namun juga melahirkan timbulnya ketidakpuasan yang ditumpahkan kepada pemerintah yang tidak memberikan stimulan bagi para nelayan untuk mampu bersaing dengan nelayan besar yang memiliki tidak saja modal yang kuat namun juga armada kapal penangkap ikan yang besar.

Ketahanan Dan Kedaulatan Pangan
Isu dunia yang terus dihembuskan dan menjadi perbincangan salah satunya adalah persoalan ketahanan pangan, disamping perubahan iklim dan penanganan kelompok rentan anak, ibu dan lansia terhadap berbagai pengaruh perubahan dunia hari ini. Ketahanan pangan mencakup semua aspek yang dapat memberikan kontribusi bagi pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi, termasuk laut salah satunya.

Faktor tersebut didasarkan pada besarnya potensi kelautan yang masih dapat diolah yang dapat mendorong mengikis kemiskinan dan membagi kesejahteraan pada 2,7 juta keluarga nelayan yang tinggal di pesisir yang menggantungkan pemenuhan kebutuhan ekonomi sepenuhnya dari laut.

Persoalan yang melingkupi persoalan perikanan adalah tingkat kemiskinan dan belum optimalnya pemanfaatan hasil olahan laut bagi peningkatan kesejahteraan nelayan tradisional yang hanya bertumpu pada hasil tangkapan dan olahan ikan berorientasi tradisional dan masih “menyumbang” kerusakan lingkungan melalui penggunaan bahan peledak dan racun dalam usaha penangkapan ikan skala kecil.

Dan prioritas yang harus didorong, tidak saja berpatokan pada efisiensi dan efektifitas pengelolaan perikanan dan kelautan, namun juga harus menjawab tantangan kedaulatan perikanan dan kelautan serta memperkuat industri perikanan.

Dalam perspektif yang penuh harapan, BM Lukita Grahadyarini menyebut, “sebuah terobosan lebih mendasar dinantikan, lebih dari sekadar wacana ekonomi biru. Perubahan yang mendukung keadilan perikanan, kedaulatan pangan, dan kesejahteraan nelayan.”[hans-2013].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar