Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Kamis, 20 Januari 2011

Becermin ke Negeri Lancang Kuning

Sun, Jan 16th 2011, 08:31

Apresiasi

Becermin ke Negeri Lancang Kuning

* Catatan Seminar Nasional Bahasa Indonesia di Riau

Dari mulut ke telinga kita selalu beretorika: yang burit itu kendi, yang merah itu saga, yang baik itu budi, yang indah itu bahasa; bahasa menunjukkan bangsa; gadöh aneuk mupat jirat, gadöh adat pat tamita.

Provinsi Riau, dengan ibu kota Pekan Baru, merupakan pusat tamaddun Melayu. Kemajuan di segala bidang cukup kentara terlihat di Bumi ancang Kuning ini. Data konkret tentang segala informasi penting terkini dan terhangat yang berkaitan dengan Provinsi Riau, Kota Pekan Baru, dan ekitarnya dengan mudah dan cepat dapat kita temukan melalui portal pusat informasinya yang telah menyediakan akses informasi online secara lengkap. Selain memiliki sumber daya alam yang melimpah, provinsi ini juga kaya akan peradaban;bahasa, sastra, dan budaya.

Semuanya terbina dengan sangat baik. Saya hendak berbagi sekelumit cerita tentang sebuah kesan yang berbeda mengenai political will pemerintah di bidang pemberdayaan bahasa, sastra, dan budaya di daerah ini. Pada 21-23 Desember 2010, Pemda Riau mengundang pakar bahasa sastra dan budaya, gubernur, rektor, ketua DPRD, kepala dinas pendidikan dari seluruh Indonesia, dan undangan lainnya dari negeri jiran. Saya termasuk yang terundang dalam event tersebut.

Rupanya, sang penguasa provinsi kaya migas itu punya hajatan besar, yakni menyelenggarakan sebuah Seminar Nasional Bahasa Indonesia. Tak tanggung-tanggung, miliaran rupiah dialokasikan untuk itu. Seluruh peserta seminar yang diundang, pembiayaannya, mulai dari transportasi, akomodasi, dan konsumsi, serta fasilitas lain berkelas VIP; bintang lima, sepenuhnya ditanggung Pemda Riau. Sangat apresiatif untuk sebuah kegiatan yang tak banyak disukai orang ini.

Dasar pemikiran kegitan tersebut sederhana saja. Mereka sangat apresiatif terhadap bahasa, sastra, dan budayanya. Bahasa, sastra, dan budaya merupakan jatidiri suatu bangsa. Bahasa menunjukkan bangsa, sastra melukiskan estetika, dan budaya mencerminkan etika. Kesantunan berbahasa, bersastra, dan berbudaya menentukan harmonisasi bangsa. Terlebih lagi, bahasa Melayu Riau yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia, sehingga tulisan Utamakan Bahasa Melayu dipampang di sudut-sudut strategis wilayah dan kota mereka. Dalam rumusan hasil seminar nasional tersebut, antara lain, digelindingkan kesepakatan penting bahwa bahasa Indonesia direkomendasikan menjadi bahasa Perserikatan Bangsa-Bangsa dan akan segera dibangun monumen bahasa Melayu di Riau. Luar biasa.

Dalam seminar tersebut, antara lain, berkembang wacana bahwa karyakarya besar berbahasa Melayu justru sangat banyak tercipta di Aceh. Sastrawan besar Aceh tempo dulu berhasil menelorkan karya-karya agung monumental yang substansinya berbicara tentang petuah-petuah bijak yang semuanya dirangkai dengan bahasa Melayu yang mendayu-dayu, santun, dan penuh pesona makna. Tersebutlah, di antaranya, NuruddinArraniry dengan “Tajus Salatin”-nya, Hamzah Fansuri dengan “Syair Perahu”-nya, Syamsuddin as-Sumatrani dengan “Kitab Martabat Tujuh”-nya, dan Abdurrauf al-Singkili dengan “Miratuth Thullab”-nya. Aceh memiliki sastrawan besar yang berkarya dengan bahasa Melayu yang banyak dibandingkan dengan pemilik bahasa Melayu itu sendiri. Di Riau, yang sangat terkenal mungkin Raja Ali Haji dengan “Gurindam Dua Belas”-nya. Berdasarkan kenyataan tersebut, semestinya, Acehlah yang lebih apresiatif terhadap pembinaan, pengembangan, pelestarian tradisi baca-tulis ini.

Ada beberapa catatan yang terpetik dari apa yang dilakukan oleh Pemda Riau tentang wujud kepeduliannya terhadap kemajuan bahasa, sastra, dan budayanya. Pertama, mereka sangat apresiatif terhadap eksistensi bahasa daerahnya, yakni bahasa Melayu Riau di samping bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Hal ini tecermin dari komunikasi nonformal mereka yang bangga dan penuh percaya diri menggunakan bahasa daerahnya.

Bahkan, dalam komunikasi formal punmereka kerap meng-insert kosakata bahasa daerahnya. Kedua, mereka sangat peduli terhadap eksistensi lembaga-lembaga daerah, seperti Lembaga Adat Melayu (LAM), Komunitas Sastra Melayu, Yayasan Tenas Effendy, dan Yayasan Sagang. Pemberdayaan lembaga-lembaga seperti itu mendapat prioritas dari pemerintah. Mereka sangat yakin dan percaya bahwa simbiosis mutualime dari kepedulian dan kemitraan harmonis ini, buahnya adalah dari lembagalembaga tersebut terorbit budayawan, sastrawan, dan seniman yang dapat menjadi pihak pengekpos, pembuka akses, yang mengartikulasikan dan melestarikan kearifan-kearifan lokalnya.

Ketiga, mereka menjunjung tinggi adat lokalnya. Dalam setiap momentum, bukan hanya dalam perhelatan lokal kedaerahan, melainkan dalam setiap perhelatan nasional kenegaraan pun, mulai dari para undangan, peserta, dan panitia kegiatan, konsisten memakai pakaian adat beratribut daerah. Mereka hakkul yakim bahwa upaya penguatan kapasitas kelembagaan lembagalembaga daerah ini berdampak sangat positif terhadap kemajuan daerah, dan ini merupakan aset besar yang sangat potensial dalam percaturan regional, nasional, dan internasional.

Aceh juga memiliki lembaga lokal, seperti MPU, MDP, MAA, Pusbada, Pusat Kajian Melayu, dan JKMA yang juga akan berperan strategis dalam memublikasi Aceh di kancah regional, nasional, dan internasional. Masalahnya adalah belum terlihat kepedulian serius pemerintah dalam upaya pemberdayaan lembaga-lembaga tersebut secara optimal sehingga terlihat “tajinya”. Khusus dalam hal pembinaan bahasa, sastra, dan budayanya juga tak terlihat komitmen yang berarti. Tampaknya, kemauan politik belum terlihat menusuk secara serius ke jantung sektor abstrak ini. Berdasarkan kenyataan yang teramati, langit apresiasi bahasa, sastra, dan budaya di di Tanah Rencong ini masih bergayut mendung kelabu.
Tidak seperti Bumi Lancang Kuning, yang praktis cerah tak berawan. Beberapa indikator berikut merupakan bukti kemendungkelabuan atmosfer bahasa, sastra, dan budaya kita. Satu, pada saat Aceh masih memiliki banyak uang dari berbagai donatur, Pusat Studi Bahasa Daerah (Pusbada) gagal melaksanakan Semiloka Pembakuan Ejaan Bahasa Aceh tersebab tak ada anggaran. Padahal untuk suksesnya acara tersebut, hanya diperlukan uang tak sampai setengah miliar. Kegiatan ilmiah tersebut sangat mendesak demi menyatukan berbagai varian bahasa masyarakat Aceh dalam bahasa tulisnya.

Dua, berkaitan dengan pembangkitan minat baca masyarakat, pada saat BRR NAD-Nias sedang merehap rekon Aceh pascatsunami, pernah ada pembiayaan beberapa proyek penelitian kebijakan tentang pentingnya pembangunan taman bacaan di berbagai wilayah di Aceh. Setahu saya, sampai hari ini, rekomendasi penelitian tersebut belum terealisasi satu pun. Laporanlaporan penelitian tersebut hanya menjadi bahan dan laporan satgas tertentu saat itu demi cairnya uang dari kran-kran anggaran.

Tiga, beberapa tahun silam di Universitas Syiah Kuala telah terbentuk sebuah lembaga kajian yang diberi nama Pusat Studi Bahasa Daerah (Pusbada). Namun, sampai sekarang lembaga ini tidak dapat berbuat apa-apa tersebab tak ada alokasi dana dari pihak-pihak yang berkompeten, baik dari internal kampus maupun pemda. Yang lebih sedih lagi, sekretariatnya pun belum “membumi”; masih berjalan-jalan. Jangankan uang, kantor pun enggan diberi. Sekali lagi, tak ada yang tertarik menginfestasikan modalnya di sektor abstrak ini.

Terakhir, sebagaimana terekspos di ruang surat pembaca Serambi Indonesia Edisi 29 Desember 2010, berkaitan dengan pelaksanaan Seminar Internasional Sastra Nusantara di MPBSI PPs Unsyiah, terlihat bahwa sesama pelaku sastra belum terjalin komunikasi yang harmonis dalam membangun citra komunitas serumpun. Yang terartikulasikan malah cercaan yang bernada mendiskreditkan suatu pihak di sidang khalayak.

Riau memang negeri yang kaya akan sumber daya alam, sama seperti Aceh. Namun, kesadaran akan pentingnya peningkatan sumber daya manusia menjadi prioritas pembangunan.Misalnya, dalam rangka memantik minat baca, Riau telah membangun gedungperpustakaan yang sangat megah; diberi nama Perpustakaan Soeman HS (nama seorang sastrawan nasional yang berasal dari daerah itu); memiliki 300.000 koleksi buku; segala fasilitas penuh kenyamanan terdapat di gedung pencerahan publik ini.

Selain perpustakaan, ruang-ruang publik tumbuh subur di sana. Cukup banyak penerbitan yang terbit di daerah ini, antara lain, Koran Riau, Riau Pos, Riau Terkini, Riau Today, Detik Riau, Tribun Pekan Baru, Rakyat Riau, Riau Pesisir, Media Riau, Pekan Baru Pos, Batam Pos, Tribun Batam, Harian Pos Metro, Harian Batam New, Haluan Kepri, Koran Buruh, Suara Mahasiswa, dan Batamag. Dari mulut ke telinga kita selalu beretorika: yang burit itu kendi, yang merah itu saga, yang baik itu budi, yang indah itu bahasa; bahasa menunjukkan bangsa; gadöh aneuk mupat jirat, gadöh adat pat tamita. Ruh ungkapanungkapan penuh makna seperti itu tak pernah menyusup dalam jasad tersebab adab yang terjerembab. Selorohan berkesan dari seorang teman di sana, “Jangan datang ke negeri ini, kalau tak mau kantongmu kering; jangan lancang di negeri ini, kalau tak mau dirimu kuning” patut kita renungi. Saya sudahi sajalah tulisan ini, mengingat apabila banyak berkata-kata, di situlah jalan masuk dusta. Demikian sitiran sang pujangga Melayu, Raja Ali Haji.

* Azwardi adalah Dosen FKIP Unsyiah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar