Oleh Dr. Murni, S.Pd,I., M.Pd, Wakil Ketua III STAI Tgk. Chik Pante Kulu
https://aceh.tribunnews.com/2021/10/21/nilai-edukasi-maulid-nabi-muhammad-saw?page=all
Maksud penyelenggaraan kenduri maulid untuk memperingati kelahiran Pang Ulée (penghulu alam) Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan (Rusdi Sufi, 2004: 85-86).
Dahulu masyarakat Aceh melaksanakan maulöd dalam tiga tingkatan, yaitu (Soelaiman, 2011: 166): Di tingkat meunasah atau gampong dilaksanakan kenduri mauled pada Rabiul Awwal disebut maulöd awai (maulid awwal) dimulai dari tanggal 12 Rabi‘ul Awwal sampai berakhir bulan Rabi‘ul Awwal . Di tingkat kemukimam kenduri maulid dilaksanakan pada bulan Rabi‘ul Akhir disebut maulöd teungoh (mauled tengah), dimulai dari tanggal 1 bulan Rabi‘ul Akhir sampai berakhirnya bulan.
Selanjutnya, di rumah ulée balang (keturunan raja) kenduri maulid dilaksanakan pada bulan Jumadil Awwal disebut maulöd akhé (maulid akhir) dan dirayakan sepanjang bulan Jumadil Akhir. Pada kesempatan itu raja atau ulee balang makan kenduri bersama dengan masyarakat.
Betapa berat perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyeru umat manusia keseluruhannya dan mengajak mereka untuk menerima kekuasaan Allah SWT tanpa menyekutukan-Nya dalam bentuk apapun. Saat berdakwah, Rasulullah kerap dilempari kotoran, diludahi, diboikot, dilempari batu bertubi-tubi hingga kakinya berdarah, dihina, dituduh gila, dicaci maki, diancam pembunuhan, dsb, tapi beliau tetap bersabar.
Lalu Allah memerintahkan Rasulullah untuk hijrah dari Makkah menuju Madinah yang jauhnya mencapai kurang lebih 490 Km. Tanggal 27 Safar /12 September 622 M, di tengah kegelapan malam, Rasulullah keluar dari rumah sahabatnya Abu Bakar. Bersama Abu Bakar, mereka berjalan dengan ujung jari-jari kaki agar tidak meninggalkan jejak yang dapat ditelusuri saat menuju Gua Thur. Beristirahat selama 3 hari 3 malam di dalam Gua yang penuh risiko.
Kafir Quraish hampir saja menemui mereka. Allah Maha penolong. Perjalanan dari Makkah ke Madinah dengan menunggangi Onta. Selain jauh, beliau harus melewati padang pasir, gunung terjal bebatuan yang panas terbakar sinar matahari. Ketika malam tiba, berjalan dalam kegelapan dengan cuaca dingin, sedangkan di siang hari udara sangat panas.
Perjalanan Rasulullah ternyata diperberat lagi dengan adanya orang-orang kafir yang mengejar dengan maksud ingin membunuhnya. Maka sangat wajar kita menitikkan air mata dalam mengenang perjalanan sejarah Rasulullah. Betapa berat dan berisiko tinggi yang harus ditanggung beliau tatkala memperjuangkan Islam dan rela meninggalkan tempat tinggalnya.
Sehingga Allah memberi gelar istimewa kepada beliau yaitu Ulul ‘Azmi (ketabahan dan kesabaran Rasul yang banyak mengalami berbagai cobaan dan penderitaan ketika menyampaikan ajaran Allah).
Rasulullah adalah sosok yang berakhlak mulia, ia tetap tegar dalam menghadapi semua cobaan yang datang bertubi-tubi, karena beliau yakin bahwa setiap ujian yang diberikan, pasti Allah SWT akan memberikan jalan keluarnya. Sehingga, sejarah tak akan mampu mengingkarinya betapa bagusnya akhlak dan budi pekerti Rasulullah. Banyak dalil Alquran yang menerangkan hal ini salah satunya adalah, Allah berfirman: “dan Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak yang agung.” (QS. al-Qalam [68]: 4).
Begitu juga salah satu dari banyak dalil hadits, Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Sayyidatina Aisyah ra tentang akhlak Rasulullah SAW, Aisyah menjawab, “Akhlak Nabi SAW adalah Alquran.” (HR. Muslim).
Begitu Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah ‘azza wa Jalla, beliau diberi kelebihan sangat luar biasa. Rasulullah diutus untuk mengayomi dan merahmati alam semesta, bukan hanya untuk manusia saja, malaikat, jin, hewan, dan tumbuh-tumbuhan akan tetapi kepada seluruh alam semesta dari sejak terciptanya sampai akhir zaman nanti, yaitu hari kiamat sebagaimana Allah berfirman: “dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. al-Anbiyaa' [21]: 107).
Pada tahun 1099 M, tentara salib berhasil merebut kota Yerusalem dan Masjid al-Aqsa diubah menjadi gereja. Sultan Salahuddin al-Ayubi berpendapat bahwa Kekalahan demi kekalahan dialami umat dikarenakan, pertama, umat Islam saat itu telah kehilangan ruh semangat perjuangan dan kedua, hilangnya ukhuwah Islamiyah. Atas dasar itulah, pada tahun 580 H/1184 M, Salahuddin untuk pertama kalinya merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad. Setelah tiga kali menyelenggarakan Maulid, tepatnya 583 H/1187 M.
Semangat jihad umat Islam berkobar-kobar dan berhasil menghimpun kekuatan, Yerusalem ditaklukkan oleh Salahuddin al-Ayyubi dari tangan bangsa Eropa, dan Masjid al Aqsa kembali ke tangan umat Islam, menjadi masjid kembali sampai hari ini.
Ada beberapa nilai edukasi yang terkandung dalam memperingati maulid Nabi Muhammad SAW di antaranya: 1). Ketaatan kepada Allah. Dalam arti bahwa, mengikuti dan mencintai Rasulullah merupakan perintah Allah SWT yang harus ditaati. 2), Kecintaan kepada Rasulullah. Setiap umat Muslim harus mampu menumbuhkan dan menambah rasa cinta pada Rasulullah dengan memperingati maulid. Luapan kegembiraan terhadap kelahiran Rasulullah merupakan bentuk cerminan rasa cinta dan penghormatannya terhadap beliau pembawa rahmat bagi semesta alam.
Allah berfirman, “dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiyaa 39; [21]: 107).
3). Perintah bershalawat untuk Nabi. Dalam peringatan maulid pasti dikumandangkan ucapan-ucapan shalawat dan salam bagi junjungan kita Nabi Muhammad. Sebagaimana Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab [33]: 56).
4). Nilai Moral. Moral adalah nilai yang dipetik dengan menyimak akhlak terpuji dan nasab mulia dalam kisah teladan Rasulullah, mempraktikkan sifat-sifat terpuji yang bersumber dari Rasulullah adalah salah satu tujuan dari diutusnya Rasulullah. Dalam peringatan maulid juga bisa mendapat nasihat dan pengarahan dari ulama agar selalu berada dalam tuntunan dan bimbingan agama.
5). Keikhlasan. Pengorbanan baik harta, tenaga dan waktu pada saat mempersiapkan acara memperingati maulid adalah bentuk keikhlasan. 6). Sebagai upaya untuk menjalin tali silaturahmi. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya, dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi.” (HR. Muttafaqun ‘alaih).
Memuliakan undangan yang hadir dari masing-masing meunasah, gampong dan kemukiman serta memberikan jamuan makanan kepada para tamu adalah bentuk terjalinnya tali silaturahmi dan, 7). Memberi makan, menyantuni fakir miskin dan anak yatim saat kenduri maulid termasuk golongan beriman kepada Allah.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin Yaa Rabbal’alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar