By hans acehdigest
Sepulang dari kota satelit Jantho, kami terjebak dalam kemacetan mengular. Untung kami sempat singgah di masjid Baiturrahman, menikmati jeda waktu dengan shalat maghrib dalam senja jingga yang temaram tanpa hujan.Pelataran yang sunyi lalu lalang mendadak sesak. Jamaah berbaur dengan wisatawan yang mengisi malam tahun baru dengan duduk santai menikmati purnama di awal tahun.
Jalanan, pasar, mall, kafe, sesak. Tak lagi terasa bahwa kita tengah dalam pandemi covid19 yang konon bahkan tengah dalam gelombang kedua dengan varian baru mungkin covid 21 yang lebih " aneh" pandeminya.
Euforia tahun baru kelihatannya menghapus semua cemas. Mungkin kita meyakini tahun baru hadir dengan rasa baru dan pandemi seperti hilang dengan sendirinya.
Mungkin orang banyak berujar pandemi ini cuma sejenis flu belaka. Toh dibanding flu burung, sars, tak lebih banyak korbannya.Mungkin juga orang mengobati cemas karena vaksin juga segera datang, daya tahan tubuh juga bisa menjadi penangkal sakit. Maka seperti inilah kita sekarang. Berada dalam pusaran kemacetan, kerumunan orang memburu diskon akhir tahun, menikmati keramaian mall dan kafe dan menikmati malam menjelang ganti tahun miladiah 2021 di blang padang yang dipenuhi lautan manusia.Benarkah new year berarti the real new normal?, atau kita tergesa mengambil keputusan karena euforia belaka?.
Minggu pertama januari menjadi masa awal anak- anak kembali ke bangku sekolah, semoga awal tahun ini, tidak menjadi mimpi buruk, bahkan preseden buruk karena salah memutus kebijakan.
Karena new normal sejak beberapa bulan lalu ternyata tak pernah normal dan selalu dihantui pandemi layaknya komoditas belaka. Entah itu demi politik, politik kepentingan, pilkada, atau sekedar untuk bisa korupsi berjamaah secara legal dengan menjadikan pandemi sebagai alatnya. Nah lho.Mudah- mudahan itu hanya pesimisme murahan karena tahun baru, tergantung siapa yang meyakininya haruslah dimulai dengan resolusi baru, tapi belum cukup kalau cuma bisa lebih kaya, lebih maju, lebih pintar, lebih peduli, lebih baik, tapi haruslah lebih beriman dan bertaqwa di atas semua ikhtiar kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar