oleh lontuanisme
Jika ada satu hal yang paling berharga dari ragam kebudayaan di tanah serambi mekkah, maka budaya minum kopi merupakan kekayaan budaya yang memiliki esensi tinggi. Kopi dengan segala yang berkenaan dengannya sudah menjadi identitas ke-Aceh-an yang paling khas. Masyarakat Aceh dan warung kopi, laksana dua sisi mata uang yang saling melengkapi.
Kultur kebudayaan Aceh banyak sekali yang terkontruksikan melalui peranan warung kopi. Sifat dan karakter orang Aceh yang ramah, mudah bergaul, suka berkumpul, juga gampang menjalin silaturahmi, membutuhkan sebuah ruang untuk bereksprekspresi. Sehingga, tak heran bilamana warung kopi dijadikan sebagai media untuk ragam aktifitas. Wajar bila muncul adagium; setelah rumah, mesjid atau meunasah, warung kopi adalah rumah ketiga bagi orang Aceh.
Dari sisi sosio kultural, keude kupi tak ubahnya laboratorium masyarakat Aceh. Keberedaan warung kopi sebagai ruang publik mampu merekam atau menggambarkan bagaimana karakter masyarakat Aceh itu sendiri. Warung kopi sebagai ruang publik, minum kopi dengan interaksi yang ada menjadi laboratorium sosial adalah dua hal utama yang kemudian menjadi lembaran pengetahuan untuk dipelajari.
Hal tersebut menjadi bangunan utuh terhadap sosial-ekonomi-kultural- politik atas nama kopi di Aceh. Maka, menulis tentang kopi di Aceh adalah ikhtiar dari pada cita rasa (Na Rasa (ada rasa); Narasa) dengan narasi; bentuk literasi dari secangkir kopi. Segala hal berkenaan dengan kopi telah terangkum dalam buku berjudul "Dengan Atjehers: Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi".
Pemberian judul tersebut memiliki alasan tersendiri, sebagaimana catatan Saiful Akmal dalam pengantarnya. Menurutnya kata De Atjehers itu historikal, sebutan yang digunakan Snouck Hurgronje dalam bukunya yang mencoba memahami sekaligus menjelaskan habitus orang Aceh. Namun, De Atjehers masa kini sudah jauh berubah. Yang paling terasa khususnya pasca tsunami; warung kopi menjadi solusi atau masalah.
Di Aceh, semua bisa selesai di warung kopi. Sesungguhnya buku ini merupakan kumpulan tulisan atau antologi dari para penulis tentang segala fenomena kosmologi kopi di Aceh. Dalam susunannya, buku ini terbagi ke dalam tiga bagian. Pertama, Kuphi Itam and Identity: Dimana banyak tulisan berkutat pada tema kopi sebagai alat perubahan sosial. Kedua, A Cup of Sanger: Kopi dan Budaya di Zaman Baru. Terakhir, di bagian ketiga, Espresso-Yourself: Kopinologi - studi tentang kopi di masa depan.
Kehadiran buku ini diapresiasi sekaligus mendapatkan banyak masukan, terutama untuk dilanjutkan pada jilid selanjutnya. Hal ini disampaikan saat diskusi dan bedah buku ini dilakukan, bersama dengan agenda intelektual Ar-International Conference on Islamic Studies (ARICIS) yang berkerjasama dengan International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS) Kehadiran buku De Atjehers: Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi diharapkan mampu memberikan sumbangsih dalam Khanzanah intelektual Aceh, sekaligus menambah pembendaharaan pembukuan terhadap dunia kepenulisan Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar