oleh hanif sofyan-opini serambi indonesia
http://aceh.tribunnews.com/2016/03/28/dicari-pemimpin-bervisi-benar
http://www.kompasiana.com/www.acehdigest.com/dicari-pemimpin-bervisi-benar_56faad926423bd240b72e1ea
http://www.tstatic.net/2016/03/28/dicari-pemimpin-bervisi-benar
Dalam sebuah diskusi di ruang pasca UIN Ar-Raniry, Prof. DR. M.Hasbi Amiruddin,MA, melontarkan sebuah pertanyaan sederhana yang cukup menggelitik. Siapa tokoh Aceh paling layak diposisikan sebagai menteri dalam kabinet kita mendatang?. Dalam diskusi yang berkembang kemudian ternyata pertanyaan sederhana itu cukup sulit dicarikan jawabannya. Prof Hasbi ber-argumentasi bahwa fakta pudarnya pamor para menteri asal Aceh dalam kabinet yang ‘berkelanjutan’, menunjukkan ‘sesuatu’ yang harus dibenahi. Akarnya berkorelasi dengan soal kapasitas, visi dan mindset dalam menjejak perpolitikan di Aceh dan Nasional.
Pertanyaan ini bertendensi menjadi kritis dan sensitif karena dapat menyinggung harga diri dan identitas. Namun pertanyaan menjadi penting dan relevan dipertanyakan dalam kondisi ketika secara politik tidak stabil, secara ekonomi belum sejahtera, dan secara sosio-kultural, khususnya pendidikan masih tertinggal.
Padahal, tanpa bermaksud ber-apologis, kemasyhuran Aceh meninggalkan jejak banyak tokoh bervisi besar, sehingga tidak heran dalam rentang sejarah yang panjang, Aceh menjadi wilayah yang tidak mudah ter-provokasi dan tidak mudah ‘dijajah’, bahkan oleh Belanda di era kolonial yang ketika itu menemukan lawan sepadan dalam Perang Aceh yang panjang dan melelahkan.
Krisis Kepemimpinan
Sekedar menyebutkan nama dengan mudah dapat dilakukan. Lalu, apakah kapasitas dan visinya dalam membangun Aceh dan Indonesia sudah jelas?. Tentu saja maksud pertanyaan Prof Hasbi tidak sesederhana hanya sekedar ‘melemahkan’ kapasitas Acehnya sendiri. Pertanyaan tersebut, mengingatkan saya kepada pertanyaan Kishore Mahbubani, seorang Diplomat Karir di PBB asal India, yang menuang gagasannya dalam bukunya yang provokatif ’Bisakah Orang Asia Berpikir?’ (Can Asians Thinks?).
Dalam kerangka itu, sekalipun dapat menyinggung harga diri dan identitas, Mahbubani mencoba menggali akar masalah dengan mengaitkannya dengan persoalan mindset. Tentu saja, pertanyaan tendensius Mahbuhani, tidak dimaksudkan seratus persen untuk menjustifikasi, bahwa orang Asia sesungguhnya tidak bisa berbuat banyak dalam konteks menyumbang pemikiran yang dapat menciptakan trend atau kecenderungan ke arah perubahan yang lebih baik.
Bahkan karena sensitifnya pertanyaan ini, Mahbubani menjawabnya dalam tiga alternatif jawaban; Tidak, Bisa dan Mungkin. Menurutnya, kemungkinan jawabanya adalah mungkin. Mengapa? Karena kita akan menjawab ‘bisa’ jika bertolak dari harga diri dan identitas, atau mengatakan ‘tidak’ jika melihat fakta kondisi aktual. Sementara ‘mungkin’ menjadi sangat subjektif tergantung pihak mana yang akan dijadikan sasaran pertanyaan. Bahkan menurut Mahbubani, ketika kita bisa menemukan pertanyaan itu, maka itu tandanya kita sebenarnya mampu berpikir. (Mahbubani; x/8/2005).
Pertanyaan Mahbubani sebelas tahun lalu, setidaknya masih relevan dikaitkan dengan pertanyaan Prof Hasbi tersebut. Lagi-lagi dalam konteks sebagai introspeksi atau sebut saja otokritik atas apa yang dibahasakan oleh sebagian pengamat sebagai ‘krisis kepemimpinan’.
Kehadiran sosok yang disebut pemimpin yang menggawangi seluruh persoalan pembangunan di Aceh saat inipun, masih dalam balutan polemik. Dengan kata lain dipimpin oleh ashoe lhok (penduduk asli tempatan) yang paham seluk beluk ‘isi dalam’ Aceh dengan ‘rasa memiliki’ yang lebih tinggi dari pendatang, sebagaimana diimpikan Hasan Tiro, ternyata belum memberikan jaminan. Baik visi maupun platform (jika ada) belum mampu mengakomodir aspirasi rakyat. Meminjam istilah Teuku Kemal Pasya, bahwa frasa menjadikan Aceh seperti Brunei Darussalam dan Singapura tidak lebih dari sekedar politik ‘goyang lidah’. Bahkan nyaris tidak punya pola, visi dan perencanaan pembangunan.
Tak sedikit kritik yang ditujukan langsung atas kepemimpinan Aceh saat ini, dalam kerangka membangun sebuah Aceh Baru sebagaimana disodorkan Konsorsium Aceh Baru dalam pilihan fase ‘Aceh Lama’, ‘Aceh Baru’, bahkan ‘Aceh Hancur’ dengan frasa dan pemahaman penting mencari arah pembangunan Aceh masa depan sebuah negeri Madani.
Kepemimpinan Zikir saat ini, semestinya mewakili sebuah gagasan baru, akan dibawa kemana Aceh dalam 5, 10 bahkan 25 tahun mendatang. Tentu saja dengan visi pembangunan ala Zikirnomics-nya. Meminjam secara ‘membabi buta’ istilah yang sudah lebih dulu dipopoluerkan, Widjojonomics dan Habibienomics serta Mualemnomics (serambi;18/1/15).
Dibawah kepemimpinan dua sekawan dari satu rumah yang belum ‘se-ide’, Aceh memang berada dalam posisi serba salah. Kewajiban dan tanggungjawab Zikir adalah, both of them (kedua-duanya), tidak parsial alias sebelah menyebelah. Dalam konteks bahwa ketika kelemahan atas kepemimpinan muncul, menjadi tanggungjawab kolegial keduanya. tidak ada yang berdiri ’diluar’ dan ‘didalam’. Bahwa persoalannya adalah buntunya komunikasi, menjadi persoalan yang harusnya dijembatani keduanya.
Persaingan Politik
Kebuntuan itu nyata bentuknya, manakala indikatornya adalah meningkatnya suhu politik jelang kontestasi 2017, yang ditataran publik dibaca sebagai ‘persaingan politik menuju Aceh-1’. Tak hanya pembangunan yang kemudian belum menemukan arah jelas, bahkan di tingkat pembahasan APBA ‘nyaris’ tidak mendapat perhatian yang urgen dan genting.
Tentu saja persoalan mendasar ini, dalam konteks pertanyaan Prof Hasbi di awal dapat menjadi indikator bahwa, sekalipun banyak sosok yang ‘bersedia’ membangun Aceh dan Indonesia sekalipun, namun yang bervisi jelas masih harus dilanjutkan dengan berbagai pertanyaan lain untuk menemukan sisi kepemimpinannya lebih kongkrit. Apakah pemikiran dan visinya telah menjadi rujukan dalam ruang kebijakan secara regional, atau bahkan nasional?. Jika pertanyaan dasar ini belum terjawab, artinya ‘tokoh’ kita masih ‘jago kandang’?.
Francis Fukuyama dalam The End of History, menyatakan bahwa persoalan kapasitas itu ditunjukkan pada kemampuan berorganisasi secara demokratis, terutama organisasi ‘skala besar’. Dimana hal itu sangat ditentukan oleh apa yang disebutnya sebagai modal sosial (social capital) yang ber-intikan kepercayaan (trust) yang berperan sebagai perekat organisasi dan kegotong-royongan. Hanya sedikit bangsa-bangsa di dunia yang memiliki modal sosial yang tinggi (high trust society) seperti halnya Jepang dengan etosnya yang luar biasa.
Adapun bangsa yang tipis modal sosialnya (low trust society) akan sulit mencapai kemajuan, kecuali dengan otoritarianisme atau sistem administrasi dan sistem hukum yang keras. Seperti halnya ditunjukkan oleh China yang saat ini menjadi kekuatan utama dunia. Sebuah Pemerintahan membutuhkan sistem administrasi publik, meski bermodal tipis sekalipun. Dengan demikian, demokrasi yang terbangun berdasarkan modal sosial yang kuat adalah sebuah indikator kecerdasan atau kemampuan berpikir. Sedangkan pembangunan dengan otoritarianisme adalah sebuah cara yang tidak cerdas dan bisa menimbulkan bencana. (mahbubani; xii/8/2005).
Dalam konteks kepemimpinan dan krisis kepemimpinan yang melanda saat ini, Aceh membutuhkan tidak hanya sekedar figur atau tokoh, namun lebih krusial lagi yang memiliki visi dan perencanaan pembangunan yang jelas. Daftar ‘pekerjaan rumah’ yang memenuhi nanggroe kita saat ini sudah akut dan nyaris tanpa solusi jelas. Mulai dari bencana lingkungan yang silih berganti diseantero Aceh, pendidikan yang terlempar keurutan bawah, APBA macet, hingga kemiskinan yang bertambah.
Kita menunggu solusi yang tidak hanya bersifat verbal, slogan, retorika atau janji politis, sekedar Aceh Kerja!, Kerja! dan kerja!. Lebih jauh dan lebih kongkrit harus dengan langkah-langkah menuju persatuan. Mahbubani, menawarkannya dengan cara sosio-nasionalisme, sosio demokrasi serta demokrasi politik dan demokrasi ekonomi berdasarkan keyakinan kepada Ketuhanan.
Pilihan ke-syaria’tan kita adalah sebuah pilihan penting yang tidak hanya mewakili sebuah hubungan Hablum Minannas, tetapi juga juga Hablum Minallah. Ini menjadi ‘modal dasar’ bagi siapapun yang ‘bersedia’ memimpin Aceh untuk meyakini komitmen tersebut dan mengantarkan kita menuju Aceh yang lebih baik.
*Hanif Sofyan, Magister Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry, berdomisili di Tanjung Selamat Aceh Besar, email: acehdigest@gmail.com
Label
#
(2)
100 buku
(1)
1001 Cerita membangun Indonesia
(1)
2016
(1)
2019 prabowo presiden
(1)
2019 tetap jokowi
(1)
2020
(1)
2021
(2)
21 tahun
(1)
21 wasiat Sultan untu Aceh
(2)
49 tahun IAIN Araniry
(2)
99 buku
(1)
a ceh bahan buku
(1)
Abu Mudi
(1)
aceh
(11)
Aceh Barat
(2)
aceh digest
(1)
aceh history
(2)
aceh kode
(2)
aceh kopi
(1)
Aceh Singkil
(1)
aceh tengah
(3)
Aceh Tourism
(2)
Adat Aceh
(3)
agama
(25)
Air Bersih
(2)
aisya
(1)
Alue Naga
(1)
amazon
(1)
aminullah
(1)
anehnya negeriku indonesia
(3)
anggaran nanggroe aceh
(1)
anies
(1)
APBA
(6)
apresiasi serambi indonesia
(1)
arsip
(1)
artikel hanif
(74)
artikel kompas
(1)
artikel nabil azra
(3)
artikel rini
(4)
Artikel Serambi
(9)
artikel serambi-tokoh sastra melayu
(2)
artikel Tanah Rencong
(1)
artikel trans89.com
(1)
artikel/opini Modus Aceh
(1)
arundati roy
(1)
asia
(1)
asuransi
(2)
atlas of places
(1)
australia
(1)
Ayam
(1)
bacaan hari raya
(1)
bahan buku
(106)
bahan buku aceh
(1)
bahan buku kolaborasi
(2)
bahan buku.
(12)
bahan tulisan
(1)
bahana buku
(1)
bahasa
(2)
Banda Aceh
(1)
Bank Aceh syariah
(1)
Bank syariah Indonesia
(1)
batu
(1)
bawaslu
(1)
bencana alam
(7)
bendera dan lambang
(1)
Berbagi
(1)
berita nabil
(1)
berita serambi
(1)
berkeadilan
(1)
BHR
(1)
Bie Da Rao Wo Zhong Tian
(1)
bill gates
(2)
Bioscoop
(1)
Bioskop
(1)
birokrasi
(1)
birokrasi politik
(1)
Blogger Competition 2017
(1)
Blogger Indonesia
(1)
BMA 2023
(3)
Bola Kaki
(1)
book
(1)
BP2A
(1)
BPBA
(1)
BSI
(1)
budaya
(83)
budaya aceh
(12)
budaya massa
(1)
budaya tradisional
(2)
bukit barisan
(1)
buku
(7)
buku covid anak
(1)
Buku kapolri
(1)
bulkstore
(2)
bullying
(1)
bumi
(2)
bumi kita
(1)
bumi lestari
(2)
bumiku satu
(1)
Buyakrueng tedong-dong
(1)
cadabra
(1)
cerdas
(1)
cerita
(2)
cerpen
(2)
child abuse
(1)
climate change
(3)
Connecting Happiness
(3)
ConnectingHappiness
(1)
Cormoran Strike
(1)
Corona
(1)
corona virus19
(2)
covid
(1)
Covid-19
(1)
covid19
(9)
CSR
(1)
cuplikan
(1)
Cut Nyak Dhien
(1)
dakwah kreatid
(2)
Dana Hibah
(2)
dara baroe
(1)
Data
(1)
dayah
(4)
De Atjehers
(1)
demam giok
(1)
Democrazy?
(5)
demokrasi
(10)
demokrasi aceh
(6)
diaspora
(1)
dinasti politik
(3)
diplomasi gajah
(1)
Ditlantas Meupep-pep
(1)
diva
(1)
DKPP
(1)
Don’t Disturb Me Farming
(1)
DPRA
(1)
dr jeckyl
(1)
Drama
(1)
drive book not cars
(2)
dua tahun BSI
(1)
Dusun Podiamat
(1)
earth hour
(2)
earth hour 2012
(2)
ekonmi islam
(1)
Ekonomi
(52)
Ekonomi Aceh
(51)
ekonomi biru
(1)
ekonomi Islam
(7)
ekonomi sirkular
(2)
ekoomi
(1)
Ekosistem kopi
(1)
eksport import
(1)
Elizabeth Kolbert
(1)
essay
(1)
essay keren
(1)
essay nabil azra
(1)
falcon
(1)
fiksi
(1)
Film
(6)
Film animasi
(1)
film china
(1)
film cina
(1)
film drama
(3)
Film jadul
(1)
film lawas
(1)
filsafat
(2)
fir'aun
(1)
forum warga kota
(1)
forum warung kopi
(2)
FOTO ACEH
(2)
fourth generation university
(2)
GAIA
(1)
gajah sumatera
(1)
gam cantoi
(2)
gambar
(1)
ganjar
(1)
Garis Wallacea
(1)
garis Weber
(1)
Gas Terus
(1)
GasssTerusSemangatKreativitasnya
(1)
gempa
(2)
gender
(3)
generasi manusia
(1)
germs
(1)
gibran. jokowi
(1)
Gillian Rubinstein
(1)
god
(1)
goenawan mohamad
(1)
gramedia
(1)
groomer
(1)
grooming
(1)
gubernur
(2)
guiness book of record
(1)
guru
(1)
guru blusukan
(1)
guru kreatif
(1)
guru milenial
(1)
H. Soeprapto Soeparno
(1)
hacker cilik
(1)
Hadih Maja
(1)
Halodoc
(1)
Halue Bluek
(1)
hanibal lechter
(1)
hanif sofyan
(7)
hardikda
(1)
hari Air Sedunia
(3)
hari bumi
(2)
Hari gizi
(1)
hari hoaxs nasional
(2)
harry potter
(1)
hasan tiro
(1)
hastag
(1)
hemat energi
(1)
herman
(1)
Hikayat Aceh
(2)
hoaks
(2)
hoax
(2)
hobbies
(1)
hoegeng
(1)
HUDA
(1)
hukum
(3)
humboldtian
(1)
hutan indonesia
(5)
ibadah
(1)
ide baru
(1)
ide buku
(2)
idelisme
(1)
ideologi
(1)
idul fitri 2011
(1)
iklan
(1)
Iklan Bagus
(2)
indonesia
(4)
Indonesia city Expo 2011
(1)
industri
(1)
inovasi
(1)
Inovasi Program
(1)
intat linto
(1)
intermezo
(5)
internet dan anal-anak
(1)
investasi
(2)
investasi aceh
(1)
Iran
(1)
isatana merdeka
(1)
Islam
(1)
islam itu indah
(3)
Islamic banking
(1)
ismail bolong
(1)
Ismail Fahmi Lubis
(1)
IT
(4)
jalur Rempah
(2)
Jalur Rempah Dunia
(2)
Jalur rempah Nusantara
(2)
jeff bezzos
(1)
Jejak Belanda di Aceh
(1)
jepang
(1)
jk rowling
(2)
JNE
(5)
JNE Banda Aceh
(1)
JNE33Tahun
(1)
JNEContentCompetition2024
(1)
joanne kathleen rowling
(1)
jokoei
(1)
jokowi
(1)
juara 1 BMA kupasi 2023
(1)
juara 1 jurnalis
(1)
juara 2 BMA kupasi
(1)
juara 3 BMA kupasi 2023
(1)
jurnal blajakarta
(1)
jurnal walisongo
(1)
jurnalisme warga
(1)
kadisdik
(1)
kaki kuasa
(1)
kalender masehi
(1)
kambing hitam
(1)
kampanye
(1)
kampus unsyiah
(4)
kamuflase
(1)
karakter
(1)
kasus kanjuruhan
(1)
kasus sambo
(1)
kaya
(1)
KBR
(1)
kebersihan
(1)
Kebudayaan Aceh
(7)
Kebumen
(1)
kedai kupi
(1)
kedai-kopi
(1)
Kedokteran
(1)
kedokteran Islam
(1)
kejahatan anak
(1)
kejahatan seksual anak
(1)
kekuasaan.
(1)
kelas menulis SMAN 5
(4)
kelautan
(4)
keluarga berencana
(1)
Keluarga Ring Of Fire
(1)
kemenag
(1)
kemiskinan
(2)
kemukiman
(2)
kepemimpinan.
(2)
kepribadian
(1)
Kepribadian Muslim
(1)
kerajaan Aceh
(2)
kerja keras
(1)
kesehatan
(13)
kesehatan anak
(4)
keuangan
(1)
keuangan aceh
(1)
khaled hosseini
(1)
Khanduri Maulod
(1)
khutbah jumat
(1)
king maker
(1)
kirim naskah
(1)
Kisah
(1)
Kisah Islami
(1)
kite runner
(1)
KKR
(2)
KoescPlus
(1)
koleksi buku bagus
(4)
koleksi foto
(2)
Koleksi Kontribusi Buku
(1)
koleksi tulisanku
(2)
kolom kompas
(1)
kolom kompas hanif sofyan
(2)
kolom tempo
(2)
kompetensi siswa
(1)
Komunikasi
(1)
komunitas-serambi mihrab
(1)
konsumerisme
(1)
Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku
(3)
Kopi
(2)
kopi aceh
(5)
kopi gayo
(2)
kopi gayo.kopi aceh
(1)
kopi libri
(1)
Korupsi
(7)
korupsi di Aceh
(4)
kota masa depan
(1)
kota yang hilang
(1)
KPK
(2)
KPU
(1)
kredo
(1)
kriminal
(1)
krisis air
(2)
ku'eh
(1)
Kuliner Aceh
(2)
kultum
(2)
kupasi
(1)
kurikulum 2013
(1)
kwikku
(1)
Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh
(1)
lain-lain
(1)
lalu lintas
(1)
lambang dab bendera
(4)
laut
(1)
Laut Aceh
(1)
Laut Biru
(1)
lebaran 2025
(1)
legenda
(1)
Li Zhuo
(1)
lian hearn
(1)
Library
(1)
Library Gift Shop
(2)
lifestyle
(1)
limapuluah koto
(1)
Lin Xian
(1)
lincah
(1)
Lingkungan
(42)
lintho
(1)
listrik aceh
(1)
LNR
(1)
Lomba artikel 2016
(4)
Lomba blog 2016
(1)
lomba blog unsyiah 2018
(1)
Lomba Blogger Unsyiah
(2)
lomba JNE
(1)
lomba mneulis asuransi
(1)
LSM-NGO
(3)
M nasir Fekon
(1)
Maek
(1)
maekfestival
(1)
magazine
(1)
makam
(1)
malcom gladwell
(1)
manajemen
(2)
manipulatif
(1)
manusia
(2)
marginal
(1)
Masyarakat Urban.
(1)
Mauled
(1)
maulid
(2)
Maulod
(1)
Media
(1)
megawati
(1)
Melinjo
(1)
Memberi
(1)
menhir
(1)
Menyantuni
(1)
mesjid baiturahman
(2)
Meulaboh
(1)
MH Amiruddin
(1)
migas
(1)
mimbar jum'at
(1)
minangkabau
(1)
Misbar
(1)
misi
(1)
mitigasi bencana
(5)
molod
(1)
moral
(1)
More Than Just A Library
(2)
motivasi
(1)
MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry
(1)
MTSN4 Banda Aceh
(1)
mukim
(2)
mulieng
(1)
museum
(2)
museum aceh
(2)
Museum Tsunami Aceh
(4)
music
(1)
Music show
(1)
musik
(1)
muslim produktif
(1)
musrenbang
(1)
Nabi Muhammad
(2)
naga
(1)
nagari seribu menhir
(1)
narkotika
(1)
naskah asli
(3)
Naskah Kuno Aceh
(2)
Negeri rempah terbaik
(1)
nelayan
(1)
new normal
(1)
Nina Fathdini
(1)
novel
(1)
Nubuah
(1)
Nusantara
(1)
off road
(1)
olahraga
(2)
one day one surah
(1)
opini
(5)
opini aceh tribun
(2)
opini analisadaily.com
(1)
opini bebas
(1)
Opini di lentera
(1)
opini hanif
(1)
opini hanif di serambi indonesia
(4)
opini hanif sofyan
(1)
Opini Hanif Sofyan di Kompas.id
(1)
opini hanif sofyan di steemit
(1)
opini harian aceh
(4)
Opini Harian Waspada
(1)
opini kompasiana
(2)
opini lintas gayo
(11)
opini lintas gayo com
(1)
opini LintasGayo.co
(2)
opini majalah tanah rencong
(1)
opini nabil azra
(1)
opini rini wulandari
(1)
opini serambi
(43)
opini serambi indoensia
(4)
opini serambi indonesia
(169)
opini siswa
(4)
opini tabloid lintas gayo
(5)
opini tempo
(1)
otsus
(1)
OYPMK
(1)
pandemi
(1)
pandemi covid-19
(9)
papua
(1)
Pariwisata
(3)
pariwisata aceh
(1)
parlemen aceh politik aceh
(8)
pawang
(1)
PDAM
(1)
PDIP
(1)
pelosok negeri
(1)
Peluang Pasar
(1)
pemanasan global. green energy
(1)
pembangunan
(29)
pembangunan aceh
(1)
pemerintah
(4)
pemerintahan
(1)
pemilu 2014
(5)
pemilu pilkada
(1)
pemilukada
(9)
Pemilukada Aceh
(14)
penddikan
(2)
pendidikan
(29)
pendidikan Aceh
(27)
penjahat kambuhan
(1)
penyair aceh
(1)
Penyakit kusta
(1)
Perbankan
(3)
perbankan islam
(3)
perdamaian
(1)
perempuan
(8)
perempuan Aceh
(5)
perempuan dan ibu
(1)
perempuan dan politik
(2)
perikanan
(1)
perpustakaan
(2)
perputakaan
(1)
personal
(2)
personal-ekonomi
(1)
pertanian
(2)
perusahaan ekspedisi
(1)
perusahaan logistik
(1)
perwira tinggi polri
(1)
pesantren
(2)
Pesta Demokrasi
(1)
pidie
(1)
pileg
(1)
pileg 2019
(2)
pilkada
(14)
pilpres
(2)
pilpres 2019
(3)
pilpres 2024
(2)
PKK Aceh
(1)
plastik
(1)
PNS
(1)
polisi
(2)
polisi jahat
(1)
politik
(115)
politik aceh
(160)
politik indonesia
(3)
politik KPK versus korupsi
(4)
politik nasional
(4)
politis
(1)
politisasi
(1)
politk
(5)
Polri
(1)
polri presisi
(1)
popular
(1)
poster.
(1)
prabowo
(2)
prediktif
(1)
presiden
(1)
presiden 2019-2024
(1)
PRESISI POLRI
(1)
produktifitas
(1)
PROFIL
(1)
propaganda
(1)
psikologi
(2)
psikologi anak
(1)
psikologi pendidikan
(1)
psikologis
(1)
Pulo Aceh
(1)
PUSA
(2)
pustaka
(1)
qanun
(1)
qanun Anti rentenir
(1)
Qanun LKS
(2)
Qu Meng Ru
(1)
ramadan
(1)
ramadhan
(2)
Ramadhan 2011
(4)
ramadhan 2012
(2)
rawa tripa
(1)
recycle
(1)
reduce
(1)
reformasi birokrasi
(1)
religius
(1)
Resensi buku
(3)
Resensi Buku hanif
(2)
resensi film
(2)
resensi hanif
(2)
residivis
(1)
resolusi. 2021
(2)
responsibility
(1)
reuse
(1)
review buku
(1)
revolusi industri
(1)
robert galbraith
(1)
rohingya
(1)
Romansa
(1)
romantisme kanak-kanak
(1)
RPJM Aceh
(3)
RTRWA
(2)
ruang kelas
(1)
rujak u grouh apaloet
(1)
rumbia aceh
(1)
sains
(1)
Samalanga
(1)
sampah
(1)
satria mahardika
(1)
satu guru satu buku
(1)
satwa liar
(1)
secangkir kopi
(1)
sejarah
(9)
sejarah Aceh
(28)
sejarah Aceh.
(3)
sejarah dunia
(1)
sejarah-bahasa
(5)
sekda
(1)
sekolah
(1)
sekolah terpencil
(1)
selfie politik
(1)
Servant Leadership
(1)
setahun polri presisi
(1)
setapak perubahan
(1)
sigit listyo
(1)
sikoat
(1)
Sineas Aceh
(2)
Sinema Aceh
(2)
sinovac
(1)
situs
(1)
snapshot
(1)
sosial
(14)
sosiologi
(1)
sosiopat
(1)
SOSOK.TOKOH ACEH
(3)
spesies
(1)
statistik
(1)
Stigma
(1)
Stop Bajak Karya Online
(1)
sultan iskandar muda
(1)
sumatera barat
(1)
sustainable laundry
(1)
syariat islam
(7)
TA sakti
(1)
tahun baru
(2)
tambang aceh
(1)
tambang ilegal
(1)
tanah rencong
(1)
tantang IB
(1)
Tata Kelola pemerintahan
(4)
tata kota
(2)
TDMRC
(1)
Tehani Wessely
(1)
tehnologi
(5)
televisi
(1)
Tenaga kerja
(2)
terbit buku
(1)
the cucko'scalling
(1)
Thriller
(1)
timor leste
(1)
tips
(3)
tokoh dunia
(1)
tokoh kartun serambi
(2)
tradisi
(2)
tradisi aceh
(2)
tradisional
(1)
transparansi
(1)
tsunami
(9)
Tsunami Aceh
(9)
Tsunami story Teller
(2)
tuan hide
(1)
tukang obat
(1)
tulisan ringan
(1)
TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI
(1)
TV Aceh
(1)
tv dan anak-anak
(3)
uang haram
(1)
ujaran kebencian
(1)
ulama aceh
(7)
UMKM
(1)
Unsyiah
(2)
Unsyiah Library
(3)
Unsyiah Library Fiesta 2017
(3)
upeti
(1)
upeti jin
(1)
ureung aceh
(1)
vaksin
(2)
viral
(1)
visi
(1)
Visit Aceh
(2)
Visit Banda Aceh
(7)
Visit Banda Aceh 2011
(4)
walhi goes to school
(1)
wali nanggroe
(3)
walikota 2014
(1)
wanita Iran
(1)
warung kupi
(2)
wirausaha aceh
(1)
Wisata Aceh
(5)
wisata spiritual
(2)
wisata tematik jalur rempah
(1)
Yayat Supriyatna
(1)
youtube
(2)
YouTube YoYo English Channel
(1)
YPBB
(1)
zero waste
(2)
Zhuang Xiao Man
(1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar