Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Jumat, 30 Mei 2014

Millata Abraham

oleh Muhammad Saleh--Opini Modus Aceh
http://www.modusaceh.com/haba-ulee-kareng/2588-millata-abraham.html
KETIKA masih kanak-kanak, saya biasa membuat jengkel orang tua saya dengan terus menerus bertanya “mengapa”. Mengapa saya tidak boleh keluar untuk bermain? Karena akan hujan. Mengapa akan hujan? Karena pengamat cuaca berkata demikian. Mengapa dia berkata demikian? Karena ada badai bertiup dari Perancis. Mengapa ada.....? Dan seterusnya.

Pertanyaan-pernyataan memburu seperti ini biasa berakhir dengan jabawaban “Karena Tuhan membuatnya dengan cara demikian, dan itulah adanya!” yang tanpa dasar.


Itulah penggalan kalimat pengantar Paul Davies dalam bukunya: Membaca Pikiran TUHAN. Buku dengan judul asli: The Mind Of God itu, kembali saya lirik, terkait desas-desus dugaan aliran sesat Millata Abraham yang kini marak di Aceh. Sejujurnya, saya tak paham secara utuh tentang ajaran atau aliran Millata Abraham. Sebab, selain tak punya dasar hukum dan pemahaman Islam yang kuat, saya pun bukan murid atau pengikut aliran tersebut. Begitupun, dari narasi wawancara media ini dengan Zainuddin, Sang Imam Millata Abraham Aceh, saya dapat menduga-duga. Sang Imam Millata Abraham ini, telah memasukkan unsur rasio dan kepercayaan (logika) dalam menafsirkan nilai-nilai Islam.

PAUL DAVIES yang juga penulis buku: God and The New Physics and The Cosmic Blueprint berpendapat. Manusia seluruhnya memiliki berbagai jenis kepercayaan. Tapi, bagaimana cara mereka sampai kepada kepercayaan itu, tentu saja sangat bervariasi. Bayangkan, dari argumen yang dinalarkan sampai kepada keimanan buta.

Masih menurut PAUL. Sebagian kepercayaan sesungguhnya didasarkan pada pengalaman personal seseorang, selain pada pendidikan dan indoktrinasi. Banyak kepercayaan yang tak diragukan, merupakan bawaan. Misal, kita dilahirkan bersama kepercayaan itu sebagai akibat dari faktor-faktor evolusioner. Beberapa kepercayaan yang kita rasakan justeru dapat kita temukan landasan pembenarannya, sementara yang lain kita anut karena menyangkut “perasaan-perasaan mendasar”.

Nah, karena alasan inikah, kemudian ajaran Millata Abraham serta aliran atau ajaran lain di Aceh dikatakan sesat oleh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh dan Pemerintah Aceh? Sekali lagi, saya tak cukup ilmu untuk memvonisnya. Yang saya ketahui adalah, fenomena aliran sesat dengan mengatasnamakan Islam memang semakin membuat rakyat Aceh gerah dan resah, apalagi aliran sesat yang bermunculan semakin berkembang dan subur di negeri bertajuk: Syariat Islam Kaffah.

Berbagai aliran sesat muncul dengan segudang fenomena. Itu sebabnya, aliran ini tumbuh dan berkembang hampir di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Aceh. Tidak hanya aliran sesat yang beranggotakan banyak pengikut seperti Ahmadiyah. Ada aliran sesat yang beranggotakan hanya beberapa orang, tapi ikut tumbuh subur. Bak jamur di musim hujan, aliran-aliran sesat berkembang sejak kran reformasi dibuka. Maka penyesatan demi penyesatan menghinggapi umat Islam di negeri ini dan Aceh.

Sebagian ajarannya menjadikan para pemeluknya keluar dari Islam dan itu sebabnya, menurut pemahaman saya, munculnya fenomena aliran sesat tadi, tidak terlepas dari persoalan psikologis dan sosial politik serta budaya yang ada di negeri ini, tak kecuali Aceh. Akibatnya, perkembangan aliran sesat semakin mendapat tempat.

PAUL DAVIES menyebutnya, problem aliran sesat mengindikasikan adanya anomali nilai-nilai di masyarakat. Sebab, aliran sesat bukan fenomena baru. Tapi telah ada sejak berabab-abad silam. Itu terjadi, karena adanya deviasi sosial atau selalu ada komunitas yang abnormal. Baik yang berada dalam abnormalitas demografis, abnormalitas sosial, maupun abnormalitas psikologis. Sedangkan bentuk deviasi itu sendiri dapat bersifat individual, situasional dan sistemik.

Abnormalitas perilaku seseorang tidak dapat diukur hanya dengan satu kriteria, karena bisa jadi seseorang berkategori normal dalam pengertian kepribadian tetapi abnormal dalam pengertian sosial dan moral. Demikian juga dengan para penganut aliran sesat, akan diperoleh kriterium kategori yang tidak tegas. Salah satu alasan untuk menyatakan sebuah kesesatan adalah defenisi atau batasan ketidaksesatan yang bersifat formal.

Nah, dari latar belakang tersebut, kemudian ditemukan masalah pokok. Misalnya, apa sebab munculnya aliran sesat di Aceh? Bagaimana perkembangan aliran sesat di Indonesia? Mengapa aliran sesat bekembang begitu pesat di Indonesia? Apa saja jenis aliran – aliran sesat yang muncul? Bagaimana respons umat Islam? Dan, bagaimana pula peran pemerintah?

Banyak hal yang menyebabkan berbagai aliran ini muncul. Baik dari sang pemimpin ataupun keadaan masyarakat dan struktur pemerintahan serta keadaan sosial politik yang labil. Apalagi di era demokrasi saat ini, setiap orang bebas menyerukan hak dan keinginannya, karena memang dilindungi Undang-Undang. Karena itu, tidaklah salah jika ada orang yang menyalahgunakan momentum ini.

Lahirnya paham sesat juga karena minimnya tingkat kepercayaan diri seseorang tentang kolerasi yang dimiliki dalam menentukan tindakan. Dengan kata lain, munculnya aliran sesat dikarenakan kurangnya rasa percaya diri seseorang terhadap nilai-nilai kebenaran yang diyakini dan anut. Padahal, Islam menganjarkan tentang akidah yang benar, tetapi pada tindakannya pemahaman seseorang terhadap Islam sehingga memunculkan aliran-aliran yang bertentangan dengan Islam itu sendiri.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Sekali lagi, menurut pendapat pribadi saya, karena kebanyakan dari kita hanya memahami sesuatu yang tersirat bukan yang tersurat sehingga pemahaman yang kita peroleh tidak benar dan utuh. Pada ranah yang lain, aliran sesat bisa muncul karena seseorang menginginkan kepopuleran sehingga terjadi penyelewengan ajaran.

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab lahirnya berbagai aliran yang dikategorikan sesat. Misalnya, akibat kelainan jiwa karena stres. Kondisi ini muncul, disebabkan pencarian sesuatu tanpa ilmu dan bimbingan dari guru, sehingga mereka tidak memiliki pegangan yang jelas dalam melihat sesuatu kebenaran apakah datangnya dari Allah atau dari jin dan setan.

Kedua, pengaruh materi, hal ini sangat mungkin karena faktor ekonomi. Demi mempertahankan hidup, seseorang yang ilmu agamanya tidak memadai sangat rentan mengikuti aliran sesat, apalagi diiming-iming dengan berbagai kekayaan.

Ketiga, intervensi asing. Hal ini sangat jelas terlihat dari bantuan-bantuan yang dikucurkan asing untuk LSM di Indonesia dan Aceh, sehingga mereka bisa menyewa kantor, mendirikan ratusan pemancar radio, majalah, dan mencetak buku-buku. Pihak asing memiliki kekhawatiran munculnya khilafah Islamiyah.

Keempat puberitas keagamaan, yaitu semangat keberagamaan yang berlebihan. Biasanya orang tersebut dalam proses pencarian jati dirinya. Kelima, muatan berpikir seseorang tentang Islam yang minim sehingga mengklaim bahwa ajaran Islam tidak benar. Keenam, ketertarikan pada paham baru. Biasanya sering muncul di kalangan sarjana-sarjana Islam. Terutama paham liberalisme yang sudah ada di 17 kampus di Indonesia. Ketujuh, kejahilan terhadap agama. Biasanya orang-orang yang mengaku Islam, tapi tidak pernah mendapat pendidikan dan bimbingan agama dari keluarganya sehingga tidak mengetahui masalah agama.

Dari beberapa faktor tadi, saya dapat menarik benang merah bawah, pada dasarnya terdapat hal-hal yang lebih mendasar sehingga aliran sesat yang ada di Indonesia dan Aceh, bermunculan bak jamur di musim hujan, yaitu keadaan masyarakat yang tidak memadai baik dalam hal ekonomi atau lainya sehingga mendorong seseorang untuk memproklamasikan diri sebagai pemimpin ajaran baru, guna memenuhi kebutuhan ekonomi dan popularitasnya.

Bentuk lain, bisa jadi karena faktor sosial politik yang memungkinkan adanya suatu mindsystem yang dilakukan pihak luar untuk kepentingan politik maupun kepentingan lainnya. Hanya saja, saat ini hal tersebut belum tampak kepermukaan sehingga masih sangat dini untuk dapat dibuktikan.

Dalam pandangan Islam penyesatan ini harus dihentikan dan tak ada pilihan lain. Tidak bisa dengan alasan toleransi atas nama kebebasan berkeyakinan, aliran sesat kemudian kita dibiarkan atau malah dilindungi. Karena itu, pemerintah atau aparat penegak hukum harus menuntaskan keberadaan kelompok aliran sesat ini. Sebab, keberadaan mereka jelas telah meresahkan umat Islam dan membawa nama-nama Islam dengan tujuan untuk menyesatkan akidah umat Islam.

Andai saja tidak membawa nama Islam, mungkin tidak masalah. Tapi perkembangan aliran sesat di Indonesia menunjukkan bukti, hampir semua aliran sesat ini berkonotasi Islam. Karena itu dapat dipastikan, kelompok aliran sesat, apapun namanya, bertujuan untuk merusak Islam.

Sejak tahun 1997, muncul aliran-aliran keagamaan yang dipandang menyimpang dari Islam. Dan sejak berakhirnya kekuasaan Orde Baru, kebebasan menyatakan pendapat muncul di mana-mana. Kegembiraan di bidang politik memunculkan kebebasan menyatakan pendapat dan beragama dengan dalih dilindungi Undang-Undang Dasar, khususnya Pasal 29. Kondisi ini jelas mengkhawatirkan berbagai pihak, terutama para ulama dan cendikiawan muslim.

Lalu bagaimana sebuah ajaran atau aliran dapat dikategorikan sesat? Menurut pendapat pribadi saya adalah, sesat apabila yang diajarkan itu telah menyimpang dari aturan baku ajaran agama. Misal, ketika ada orang yang mengaku inovasi Islam dan ia menyatakan shalat lima waktu itu tidak wajib, atau boleh dilakukan tidak dengan bahasa Arab, tidak percaya dengan wajibnya shalat lima waktu, atau tidak percaya pada As-Sunah (Hadis) sebagai salah satu sumber hukum Islam. Maka, dia dapat disebut sesat. Begitu pula ketika ada orang yang mengaku Islam tapi percaya adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW, maka ini juga bisa dikatakan sebagai aliran sesat. Termasuk ajaran-ajaran lain yang telah menyimpang dari aturan Islam yang baku (Qat’i). Sebaliknya, munculnya banyak aliran sesat di Aceh akhir-akhir ini, harus mampu menggugah para ulama, ustadz dan teungku di Aceh, untuk membentengi akidah umat. Sebab, bagaimanapun juga harus diakui, kenapa ada umat Islam yang tersesat secara akidah, terutama di Aceh. padahal, daerah ini dikenal sebagai Serambi Mekkah?. Ini pula yang harus menjadi bahan introspeksi.

Sudah saatnya, juru dakwah melihat apa yang salah dengan dakwahnya selama ini. Jangan-jangan dakwah dampaknya tidak menyentuh masalah yang prinsip yaitu akidah sehingga umat mudah dijerumuskan dan disesatkan. Sebab kalau kita lihat dari fakta di lapangan, orang yang disesatkan ternyata bukanlah figur yang begitu awam, tapi justru orang yang sudah tertarik kepada Islam. Mereka justru sedang ada di masjid, sedang melakukan aktifias dakwah. Itu artinya, mereka memanfaatkan orang-orang yang sudah tertarik pada Islam. Jika asumsi ini benar, maka dakwah kita belum tepat. Kenapa orang yang tertarik pada Islam malah terseret pada aliran sesat? Bisa jadi, Muhasabah dakwah yang kita lakukan selama ini perlu kita tingkatkan dan lakukan terus.

Ada berbagai langkah untuk manghadapi maraknya aliran sesat di Aceh. Misalnya, mengenal agama lebih mendalam serta memberikan pemahaman yang lebih utuh kepada masyarakat. Tujuannya, agar tidak terjadi lagi pemahaman yang keliru terhadap agama Islam. Dan, demi meminimalisir munculnya aliran sesat berikutnya. Mari lakukan pemberdayaan ekonomi secara benar, cerdas dan strategis. Semoga.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar