Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Kamis, 24 April 2014

‘Avatar’ dan Hutan Kita

(Sebuah Renungan untuk Hari Bumi)

Oleh Hanif Sofyan-opini serambi indonesia
http://aceh.tribunnews.com/2014/04/24/avatar-dan-hutan-kita
MESKIPUN film jenius karya James Cameron’s cuma fiksi, namun sesungguhnya merefleksikan bagaimana pertarungan manusia, hutan, tambang dan kepentingan orang terhadap kekayaan. Sebuah dialog yang menyentuh dalam sebuah episode film Avatar, antara Jake Sully dengan Hometree, pohon agung yang menjadi ibu bagi kehidupan suku Na’vi di dunia Avatar, yang menceritakan bahwa bumi pada masanya telah kehilangan seluruh pepohonannya karena peperangan dan tata kelola yang salah.


Film Avatar, The Na’vi Quest, produksi Century Fox Film Corporation pada 2009, ditulis dan disutradarai oleh James Cameron’s. Menggambarkan bumi dalam versi yang berbeda. Sebuah bumi rusak, dimana kota-kota yang kelabu dengan dinding kaca telah membentang hingga mencapai cakrawala dan menjulang tinggi di langit. Kecuali yang tersisa di ‘dunia Avatar’. Dan realitas itu mereflesikan bagaimana bumi kita kelak, jika kita tak mengelolanya dengan baik dan benar.

Dalam cara yang lebih dramatis, Alan Weisman menuliskannya dalam Dunia Tanpa Manusia (The World Without Us) yang mencoba menjelaskan dengan mencengangkan tentang apa yang terjadi pada bumi bila manusia tak ada lagi, dan tak pernah mau belajar dari masa lalunya, katanya; “Sesungguhnya, kita tidak tahu. Setiap teori akan dimentahkan oleh sikap keras kepala kita, yang membuat kita enggan menerima bahwa situasi terburuk mungkin sungguh akan terjadi. Kita mungkin terkecoh oleh naluri-naluri bertahan hidup kita, yang telah terlatih selama ribuan tahun untuk membantu kita menyangkal, menolak, atau mengabaikan tanda-tanda kiamat supaya kita tidak mati ketakutan.”

‘Homo homoni lupus’
Barangkali benar bahwa kita memang homo homoni lupus, makhluk penyukai kekerasan dan menjadi serigala bagi manusia lainnya. Buktinya, kita selalu mempertahankan “kepentingan” diri sendiri melampui kepentingan orang lain. Kita memahami dengan sangat fasih dan haqul yaqin bahwa merusak hutan dan tambang berbahaya. Namun, dalam kenyataannya kita melakukan hal yang terlarang itu seperti ritual dengan dalih sebagai bagian dari survival, bertahan hidup dan pembangunan.

Dunia fiksi Avatar mencoba menggiring kita pada sebuah situasi dan kondisi, dimana kepentingan duniawi bermain dan mengabaikan kelestarian lingkungan. Setiap fragmen menggambarkan kekuasaan besar mencoba mengambil alih hak-hak ulayat terhadap hutan, karena kepentingan akan batuan mineral dari sebuah bulan dari planet Polyphemus yang disebut Pandora yang bernama Unobtanium, di bumi mineral ini berharga 35 juta dollar per ons. Dan demi kepentingan itu, 20.000 orang dari suku dan klan yang hidup dalam hutan di Pandora akan dikorbankan setelah seluruh cara bernegosiasi gagal.

Realitas itu sama persis dengan kehidupan kita hari ini. Hutan Aceh dipenuhi tidak saja oleh hutan tropis yang hijau namun juga timbunan mineral uranium, biji besi, minyak dan emas yang menjadi rebutan. Dalam kasus Lautan Hindia, Gayo, Alas, dan Selat Malaka (Ladia Galaska) menggambarkan adanya pertarungan dua kepentingan, membuka isolasi dan upaya menjaga hutan tetap lestari. Proyek mercusuar sepanjang 480 kilometer itu dimaksudkan untuk menghubungkan pantai Barat dan Timur Aceh.

Ruas jalan itu dibagi dalam tiga jalur, yakni ruas jalan Jeuram Beutong Ateuh Takengon, ruas Takengon Isei-Isei Blangkejeren dan Blangkejeren-Pinding Lokop Peurelak. Meskipun hakekatnya tak ada yang setuju adanya daerah terisolir, namun setidaknya ada kebijakan menjaga lingkungan yang sepadan dan seiring jalan dengan pembukaan isolasi daerah terpencil itu. Kekhawatiran akan adanya “permainan” dalam memanfaatkan ruas jalan baru yang melalui jalur Kawasan Ekosistem Leuser, sangat wajar telah memunculkan ketakutan rusaknya hutan hijau Leuser.

Sehingga dalam sisa perjuangannya NGO lingkungan yang menjadi pihak penggugat keberadaan ruas jalan baru Ladia Galaska itu masih berusaha untuk “mengawal” keberlanjutan membangun jalan pembuka isolasi itu. Salah satu solusinya dengan penyusunan konsep Kajian Perlindungan Hidup Strategis (KLHS), yang dipayungi UU Nomor 32 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, agar menjadi instrumen untuk mencegah terjadinya kesalahan investasi dan menjamin perlindungan lingkungan dalam pembangunan yang berkelanjutan.

Inti sebenarnya adalah bahwa sesungguhnya tidak ada niatan dari NGO lingkungan untuk mengganjal laju pembangunan Aceh dengan menghalangi isolasi daerah dalam balutan Proyek pembangunan jalan tersebut. Namun karena dalam relitasnya jalur ruas jalan baru itu melalui Kawasan Ekosistem Leuser yang menjadi warisan utama Aceh dan dunia. Maka wajar jika kekhawatiran itu muncul. Dalam bagian episode terakhir film Avatar, Jack Sully mencoba menjadi perantara bagi kemungkinan dialog antara suku Na’vi dan manusia langit (sebutan untuk manusia bumi), namun ketika hal itu tak terpenuhi justru manusia menjadi inisiator yang merampas hak ulayat suku Na’vi.

Dan realitas itulah yang sesungguhnya banyak terjadi. Ketika kasus lingkungan berbenturan antara kepentingan penguasa dan petualang bisnis dengan hak rakyat, maka negosiasi dibangun namun seringkali tidak pada koridor win-win solution, sehingga memunculkan berbagai konflik horizontal dan vertikal, dan ketika “perlawanan” dari rakyat muncul, ditanggapi sebagai perlawanan rakyat terhadap pemerintah dan pembangunan.

Tak usah jauh, kita bisa berkaca pada kasus di Aceh Jaya terkait alih fungsi hutan gambut Rawa Tripa bagi pembukaan lahan sawit, dengan proses land clearing. Ketika muncul gugatan karena adanya ketimpangan tentang kedalaman gambut yang menyalahi aturan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal), pengeluaran izin yang menyalahi prosedur dan tata cara land clearing yang “brutal” dengan membakar lahan, menimbulkan berbagai konflik baru karena merugikan rakyat banyak. Kenyataannya kasus itu tak mudah dihentikan. Kasusnya baru berakhir, namun ketika Rawa Tripa hampir menuju ambang kepunahan, termasuk musnahnya primata dan berbagai spesies yang selama ini menghidupi banyak jiwa yang hidup di sekitar Rawa Tripa.

Belajar dari kesalahan
Sungguh sangat disayangkan jika kita terus belajar dari kerusakan yang harus kita lakukan terlebih dulu. Kita bisa merasakan bagaimana mirisnya, ketika dalam satu episode film Avatar, militer manusia dipimpin Kolonel Miles Quaritch menumbangkan pohon raksasa sebagai pusat kehidupan suku Na’vi. Itu seperti kiasan bagi hancurnya hutan para ulayat kita oleh kepentingan yang memiliki izin untuk merusak, membunuh demi kepentingan satu kayu dan mineral yang mahal. Sesungguhnya film Avatar, mencoba berbicara dengan caranya tersendiri untuk mencoba membuka hati dan pikiran kita bahwa akan ada bencana besar “mengintai” kita yang menunggu seiring dengan kian parahnya kerusakan lingkungan di sekitar kita.

Avatar dan banyak film lainnya mencoba menggiring rasa dan pikiran kita kesana, bagaimana klan-klan yang hidup damai berteman dengan alam harus berbenturan dengan kepentingan perburuan mineral. Beruntung dalam kisah Avatar ada tokoh yang berhasil menyelamatkan hutan Pandora tetap utuh. Sementara di dunia nyata, semua terbalik 180 derajat. Film ini seperti berusaha mengobati luka hati kita. Apakah kita akan terus berutopia, padahal dibalik itu semua, hutan kita luluh lantak dan tambang-tambang kita mengganga ditinggalkan para investor setelah menggali semua mineralnya?

Kita punya potret Freeport untuk kasus Lhong Setia Mining, kita punya kisah Teluk Buyat untuk kasus merkuri tambang emas Gunung Ujeun, kita juga punya kisah Taman Nasional Gunung Leuser dan Tahura Pocut Meurah yang dijarah di depan mata dan tinggal menunggu bala. Kita hidup dalam paradoksi yang kita ciptakan sendiri, seolah-olah kita kuat dan sanggup menahan semua bencana yang bakal menimpa kita dan sungguh tepat apa yang disampaikan Alan Weisman: “Kita mungkin terkecoh oleh naluri-naluri bertahan hidup kita, yang telah terlatih selama ribuan tahun untuk membantu kita menyangkal, menolak, atau mengabaikan tanda-tanda kiamat supaya kita tidak mati ketakutan.”

Apabila naluri-naluri itu menyesatkan kita ke penantian yang berujung ke keterlambatan, berarti itu buruk. Apabila naluri-naluri itu memperkokoh ketahanan kita dalam menghadapi kejadian-kejadian yang makin lama makin mengerikan, itu bagus. Lebih dari sekali, harapan gila dan keras kepala telah mengilhami pemikiran-pemikiran kreatif yang menghindarkan manusia dari kehancuran.

Barangkali itu pula mengapa dalam rasa paranoid kita, diciptakan film Kiamat 2012, sebagai upaya kita menenangkan hati. Padahal setiap hari kita tengah menggali kuburan kita, jika tidak untuk kita sendiri pastilah kuburan itu tengah kita ciptakan untuk anak-anak cucu kita yang akan menikmati merkuri, polusi, kekeringan, perubahan iklim yang ekstrim dan banjir bandang, longsor yang rutin menghiasi media seolah menjadi sebuah keniscayaan yang begitulah seharusnya mereka akan alami dalam hidup mereka yang telah diciptakan oleh para pendahulunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar