Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Senin, 09 Desember 2013

Kepala Negara Anti Korupsi

oleh hanif sofyan

Butuh energi dan sinergi besar untuk "penumpasan" korupsi. Abraham Samad, berargumen, 10 tahun adalah waktu paling minim untuk meruntuhkannya. Itupun jika kepala negara ikut turun tangan mencegah dan mempraktekannya, ujar Mantan Ketua MK, Mahfud MD. Syaratnya, pemimpin yang dimaksud adalah orang yang tidak disandera masa lalunya, sehingga bisa bertindak tegas!.


Sepanjang upaya pencegahan tak dilakukan para pemimpin di lingkungan birokrasi, korupsi tidak akan hilang. Bahkan jika dibentuk 100 lembaga seperti KPK juga tidak akan menuntaskan persoalan rasuah di negeri kita.(serambi 10/12).

Buktinya, peringkat Failed State Index (FSI) Indeks Negara Gagal berada di posisi 63 dari 177 negara di dunia dan Cooruption Perception Index (CPI), indeks Negara Terkorup hanya bergeser dua angka peringkat 118 (2012) menjadi 114 (2013) dari total 177 negara, dengan skor 23 (skala 0-100). Yang tidak lebih baik dari tahun sebelumnya. (serambi, 4/12).

Mindset Korupsi
Persoalan korupsi yang kian endemik, berkaitan dengan semakin sistematisnya para pelaku korupsi. Sehingga secara sistemik seluruh komponen negara dari hulu ke hilir, dari Pusat hingga Dusun di hinggapi penyakit korupsi ini.

Realitas 87,18% penduduk Indonesia yang beragama Islam atau setara 207.176.162 (sensus penduduk Badan Pusat Statistik, 2010), ternyata tidak menolong menurunkan  tiga digit angka tersebut. Bahkan beberapa daerah yang secara spesifik menerapkan syariat, bahkan mewajibkan para calon pimpinan masa depannya membaca AlQur'an tidak menyumbang penurunan intensitas korupsi hingga hari ini. 

Tentunya ada sistem dan oknum yang harus dipersalahkan. Meskipun sesungguhnya dalam konteks konsep syariah, konsep aturan main syariahnya bisa jadi telah tepat, namun karena minimnya implementasi konsep tersebut, yang mendorong korupsi kian endemik. Pemahaman nilai-nilai syariat dan pelaksanaan yang masih parsial dan setengah hati, juga menjadi salah satu jawaban mengapa negara mayoritas Islam seperti Indonesia tidak mampu berkutik melawan korupsi. Bahkan realitas tiga departemen yang mengurusi moral dan fisik, juga menjadi lahan subur penjarahan para koruptor, sebut saja Departemen Pendidikan yang mengurus "otak", Departemen Agama yang mengurus "hati" dan Departemen Sosial yang mengurus "fisik", ikut terjerembab sebagai korban endemik korupsi, konon lagi dengan departemen lainnya.

Mengharap pada pendekatan seperti penataran P4 layaknya pendalaman nilai-nilai Pancasila yang pernah digagas belasan tahun lalu, tak memberi efek apapun kecuali project oriented unsich. Mengharap pada sekolah anti korupsi, atau penerapan kurikulum anti korupsi, justru ada kekuatiran makin tahu makin "ingin" mempraktekannya.Karena bentuk kejahatan korupsi dalam kadar yang kecil telah dipraktekkan di ruang belajar, di sekolah; kasus membeli jawaban ujian, joki atau gaco  adalah contoh kecil "fraud", kecurangan yang merupakan cikal bakal korupsi di tingkat anak sekolahan.Bahkan di perkantoran, membawa pulang perlengkapan kantor, meski hanya sekedar 1 rim kertas untuk keperluan pribadi, juga merupakan "pelajaran" kecurangan alias fraud dan korupsi kecil-kecilan yang banyak dipraktekkan.

Persoalan mendasar pembarantasan korupsi berhadapan dengan persoalan mindset. Mengharap pada keterlibatan rakyat secara langsung juga merupakan persoalan tersendiri. Ketiadaan pioner menjadi pemicu makin lemahnya upaya pemberantasan korupsi. Justru melalui jalur para pemimpin, yang memiliki power, sehingga bisa memaksa internalisasi nilai-nilai anti korupsi di institusinya. Bibit korupsi akan mati ketika secara internal institusi menerapkan budaya anti korupsi dengan reward dan punishment. Sebut satu saja persoalan sederhana keseharian yang merupakan bibit korupsi, dan tidak mampu dilawan oleh masyarakat, "uang administrasi, uang kopi", meskipun disebutkan "seikhlasnya", adalah bentuk korupsi kecil-kecilan yang selama ini menjadi "guru" bagi masyarakat kecil agar "terasa permisif dan tidak malu" jika memang harus dilakukan. Dan meskipun institusi dilengkapi dengan rambu-rambu bahkan baliho "dilarang memberi tips dan uang lainnya di luar aturan", namun dalam prakteknya "kecurangan" tetap terjadi tanpa sepengetahuan para pengawas dan mungkin juga pimpinan?. Dan bagaimana dengan nasib Whistle Blower, para pembocor kecurangan ini?, seringkali justru menjadi para pesakitan karena dianggap mencemarkan nama baik. Lalu dengan cara bagaimana lagi, kecurangan dan korupsi dapat dilawan kalangan bawah?.

Rasa pesimis yang lahir dari pernyataan Mahfud MD, karena ketidaktegasan pimpinan adalah hal yang wajar dirasakan, bahkan oleh hampir semua orang yang memiliki komitmen pada pemberantasan korupsi. Karena realitas juga menunjukkan banyak pemimpin kita yang "tersandera" masa lalu. Namun, hanya karena kekuatan oligarki kekuasaan yang memungkinkan mereka masih "terlihat" bersih. Logikanya, bagaimana pemimpin yang "diam-diam" korup bisa bertindak tegas memberangus korupsi?. Konon lagi jika "hukuman mati" diterapkan, bisa jadi Indonesia akan sangat banyak kehilangan para pemimpinnya.

Dalam pemahaman yang awam dan sederhana, seorang pemimpin yang baik berani menantang "dirinya sendiri" sebagai pribadi anti korupsi dan meng-haramkan korupsi menyentuh dirinya. Bahkan ketika di tantang untuk menandatangani pernyataan moral, jika terbukti korup dengan sukarela akan mundur dari jabatannya, berada di barisan paling depan. Komitmen tersebut, terlihat sangat sederhana, namun juga menakutkan bagi para koruptor, terutama yang sedang menyamar menjadi orang baik.

Ledakan Kasus
Paska lengsernya Presiden Suharto pada 21 Mei 1998, yang menandai berakhirnya era ORBA, para kroninya yang tersangkut kasus korupsi mulai "diproses" hukum. Diprediksi hal yang sama akan terulang kembali paska Pilpres 2014, dan pergantian pimpinan negara, sebagaimana diprediksi Bambang Soesatyo, Anggota Komisi III DPR. Menurutnya, ketika presiden turun maka kader partai di bawahnya tidak akan punya proteksi politik dan perlindungan yang otomatis tidak sekuat ketika presiden masih berkuasa. Sejumlah permasalahan hukum yang besar dan belum tuntas seperti kasus IT KPU, Hambalang, MKK Migas, Kasus Suap Impor Daging dan lainnya, mungkin akan "meledak" lebih besar setelah SBY turun.(serambi, 10/12).

Hal yang sama bisa saja terjadi di Aceh. Paska kehadiran Ketua KPK Abraham Samad dan Wakilnya Busyro Muqoddas, 20 November 2012 silam. Bahkan Busyro dijadwalkan akan menyampaikan hasil kajian KPK dan BPK terkait APBA dan APBK se-Aceh, karena  BPK telah menemukan indikasi kerugian keuangan di daerah yang besarnya mencapai sekitar Rp 726,4 miliar dalam laporan pemeriksaan semester II tahun 2012, demi mencegah terjadinya korupsi yang meluas di bumi syariat. Sehingga hal ini bisa menjadi dasar bagi gubernur untuk mengambil langkah-langkah kongkrit terkait kondisi Aceh saat ini. 

Bisa jadi akan lebih banyak temuan kelak, untuk menguak siapa-siapa saja dalang penyumbang kasus korupsi di Aceh yang menyebabkan Aceh menurut versi Forum Indonesia Transparansi Anggaran (FITRA) berada pada peringkat kedua, dengan kerugian negara sebesar Rp308.333.870.000 atau 389 kasus, sebagaimana disampaikan Direktur Investigasi dan Advokasi Fitra, Ucok Sky Khadafi. (sindonews.com 19/7/2013).

Realitas logisnya, Aceh yang notabene wilayah bersyariah adalah pilot project bagi propinsi lain, dalam soal penerapan syariah . Apa kata dunia jika Aceh yang bersyariat justru menjadi sarang koruptor?.

Hal ini barangkali ada kaitannya dengan simpang siur dan maju mundurnya penerapan syariat yang kaffah di Aceh. Sampai-sampai muncul wacana penggantian istilah syariah dengan dinul Islam, karena syariah dikesankan "garang". Padahal sesungguhnya bukan persoalan istilah yang perlu diperdebatkan. Apalagi dinul Islam memiliki makna yang meluas. "Untuk syariah yang sederhana saja kita belum dapat mengimplementasikannya dengan baik, masih sebatas simbol-simbol, konon lagi dalam kerangka dinul Islam yang luas", sebagaimana disampaikan Abu MUDI, Abu Hasanoel Bashry Pimpinan HUDA 2013-2018. Jangan-jangan karena diantara sebagian para pimpinan kita hari ini adalah mereka yang "tersandera" masa lalu. Jika benar, bagaimana Aceh akan memulai memberantas korupsi yang semestinya harus dimulai dari para punggawanya?.

hanif sofyan--coloumnist
Aceh Besar- acehdigest@gmail.com 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar