Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Senin, 15 Oktober 2012

Menyelamatkan Polri

Oleh Saifuddin Bantasyam
Senin, 15 Oktober 2012-opini serambi indonesia

JUDUL tulisan ini berada di luar pakem dan tidak populer. Sebab di tengah maraknya kata Save KPK (selamatkan KPK-Komisi Pemberantasan Korupsi), maka mengapa pula saya harus menggelorakan Save the Police (Selamatkan Polisi)? Jawabannya sebenarnya sangat sederhana; Negeri ini butuh polisi yang jujur dan kuat. Jika mereka kemudian menyimpang, maka harus dikembalikan ke jalan yang benar, harus diselamatkan!

Sejatinya, menyelamatkan polisi adalah tugas yang mesti dilakukan sejak polisi Republik Indonesia (Polri) lahir dari kandungan Ibu Pertiwi. Menyelamatkan polisi, apa pun makna yang ingin kita berikan kepadanya, adalah proses yang tak bisa berhenti, belum selesai dan jauh dari selesai. Sudah sekian lama terjadi, Polri dikritik dalam kasus penyalahgunaan kewenangan dalam melakukan penyidikan, dalam menangani kasus-kasus unjuk rasa, dan kasus-kasus korupsi (baik dalam penanganan kasusnya maupun dalam hal keterlibatan anggotanya dalam tindak pidana korupsi).

Dalam kasus korupsi, beberapa waktu lalu Soegeng Suryadi Sindikat (SSS) mengeluarkan hasil survei, di dalam mana disebutkan Polri berada pada nomor tiga sebagai lembaga terkorup di Indonesia setelah DPR dan kantor pajak. Salah satu kasus yang dikuliti habis oleh media adalah kasus rekening gendut di tubuh kepolisian, yang kemudian menguap begitu saja.

Terhadap hasil survei SSS, Polri sendiri meragukannya, misalnya dengan mempertanyakan metode dan parameter yang digunakan dalam survei. Sayangnya, bantahan itu tak pula dilakukan dengan metode yang ilmiah. Polri sering defensif dan kemudian melakukan beberapa serangan balik. Dalam perseturuan dengan KPK, Polri memakai pengacara untuk minta fatwa Mahkamah Agung mengenai “dualisme” (tanda kutip dari penulis) kewenangan penyidikan korupsi oleh Kepolisian dan KPK.

Polri juga mencoba menangkap Penyidik KPK (Novel Baswedan yang berprofesi sebagai polisi) di Gedung KPK hanya beberapa jam setelah Novel memeriksa Irjen DS dalam perkara korupsi Simulator SIM. Sebelumnya, Polri juga berusaha menarik 20 penyidik Polri dari KPK dengan alasan untuk pembinaan jenjang karir. Pepatah mengatakan, “ketika Anda melakukan sesuatu pada saat tak tepat, dengan cara yang tidak tepat, dengan motif yang tidak jujur, maka segalanya akan menjadi salah.”

Hukuman Keras
Polri harus membayar sangat mahal. Wajah Polri tercoreng. Keberhasilan Polri membongkar kasus-kasus terorisme dan perdagangan narkotika dan barang-barang haram yang sejenis dengan itu, menjadi seperti tidak ada artinya. Ada lebih 400.000 anggota polisi, yang sekian ribu diantara mereka berperilaku buruk, tetapi masyarakat mungkin beranggapan semua berperilaku buruk. Ibarat kata, gara-gara nila setitik merusak susu sebelanga.

Kita kemudian melihat kondisi sosiopsikologis massa. Manakala anggota Polri berlaku korup, maka masyarakat bereaksi sangat keras. Reaksi ini tak lain karena masyarakat merasa “tak terima” mengapa Polri yang merupakan jajaran terdepan dalam penegakan hukum, malah terlibat dalam pelanggaran hukum. Di sini, masyarakat melihat sisi moral kepolisian; perilaku korup polisi tak semata persoalan hukum, melainkan juga persoalan moral.

“Hukuman” masyarakat yang berat itu juga ditujukan kepada jaksa dan hakim yang terlibat dalam kasus korupsi dan kasus-kasus amoral lainnya. Reaksi semacam itu, bukan khas Indonesia saja, melainkan bersifat universal. Di belahan mana pun di dunia ini, meskipun kita mengatakan “penegak hukum adalah manusia juga” (yang terkesan untuk menjustifikasi kesalahan yang dilakukan penegak hukum), tetap sukar diterima jika mereka berbuat salah.

Aparat penegak hukum adalah orang-orang terlatih, bukan orang biasa. Mereka bukan gerombolan, melainkan orang yang sudah menjalani beragam pendidikan dan pelatihan untuk membuat mereka menjadi kelompok yang membanggakan. Dengan kualifikasi yang demikian, pelanggaran hukum oleh penegak hukum, sukar untuk ditolerir.

Dalam kasus perseturuan Polri vs KPK seperti saat ini, Polri dapat merasakan betapa “kerasnya” sanksi masyarakat itu. Polri kelihatannya seperti mencoba melawan sanksi masyarakat. Ketika Mabes Polri menjelaskan bahwa upaya penangkapan penyidik KPK Novel Baswedan, sebagai upaya yang sesuai dengan hukum, bumi dan langit seperti tak percaya. Kehadiran Polri ke Gedung KPK pada Jumat (5/10) malam lalu, bahkan dianggap sebagai penggerudukan, penyatronan, alih-alih upaya penegakan hukum.

“Penggerudukan” KPK menjadi sebuah antiklimaks, menjadi semacam blunder. Blunder itu berbuah dahsyat; distrust (ketidakpercayaan) masyarakat terhadap Polri meningkat tajam. Akal sehat masyarakat sukar untuk menerima bahwa Novel Baswedan akan ditangkap setelah delapan tahun kasus tersebut terjadi. Adalah Polri sendiri yang mengirimkan Novel ke KPK menjadi penyidik. Prestasi Novel pun tergelar jelas dalam menangani beberapa perkara korupsi yang melibatkan tokoh-tokoh penting. Inspektur Jenderal DS yang diduga terlibat dalam kasus Simulator SIM, juga disidik oleh Novel.

Mengapa bisa kemudian Polri ingin menangkap Novel? Polri memang mengatakan ada bukti sahih, namun keluarga korban dalam kasus tersebut menyatakan bahwa mereka tak pernah melaporkan kasus itu dalam beberapa bulan belakangan ini. Tegakkan hukum meskipun langit akan runtuh, mungkin motto Polri, juga tak dapat diterima oleh masyarakat. Perasaan masyarakat mengatakan bahwa Polri mengkriminalisasi Novel karena terlalu berani dalam memeroses kasus yang melibatkan jenderal itu.

Proses Penyelamatan
Kritik masyarakat dan pidato Presiden SBY, mungkin membuat Polri tidak gembira. Tapi, alih-alih memikirkan serangan balik tahap berikutnya, atau daripada mengenyampingkan apa yang diperintahkan oleh SBY, atau dibanding mempertahankan terus ketegangan dengan KPK, lebih baik Polri memikirkan bagaimana membangun kembali kepercayaan publik kepada Polri. Petinggi Polri jangan sampai berpikir menyelamatkan orang, melainkan menyelamatkan organisasi. Dengan kata lain, mereka jangan sampai fokus kepada kekuasaan (dan kemudian mempertahankannya dengan segala cara, atau melakukan segala cara untuk meraih kekuasaan, yang berimplikasi kepada kuasa material), melainkan harus berpikir kepada bagaimana menyelamatkan kepolisian sebagai sebuah institusi.

Bagi publik sendiri, perubahan di tubuh Polri itu menjadi penting mengingat besarnya kekuasaan dan kewenangan yang diberikan oleh UU kepada Polri. Sedikit saja kewenangan itu disalahgunakan, maka muncul implikasi yang sangat besar kepada penegakan hak asasi manusia dalam arti luas. Korupsi sendiri sudah disebut sebagai extra ordinary crime (kejahatan luar biasa), dan begitu polisi juga terlibat di dalamnya, maka rusak pula seluruh sistem penegakan hukum yang ada. Korupsi oleh polisi ibarat pagar makan tanaman.

Perseteruan babak kedua antara Polri vs KPK ini, mesti menjadi pembelajaran penting. Kasus ini harus dijadikan semacam terminal keberangkatan menuju ke keterminal ketibaan dalam pembangunan negeri ini; kepolisian yang transparan dan akuntabel, yang bertindak atas dasar legalitas dan berlaku professional. Secara normatif, UU No.2/2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia relatif sudah memadai. Saat ini, tak perlu ada revisi atas UU tersebut untuk membuat polisi berubah. Penyelamatan harus difokuskan pada aspek nonhukum, yaitu aspek sumber daya manusia di dalam institusi Polri, pada proses, bukan semata pada hasil.

Mulailah dari rekrutmen anggota kepolisian; harus ada jaminan betul-betul bersih dari korupsi. Aspek intelektualitas harus diseimbangkan dengan karakter. Kenaikan pangkat atau jabatan, harus didasarkan prinsip meritokrasi, bukan karena kedekatan dan uang. Polri juga harus fokus pada pemberantasan korupsi di lingkungan Polri; kampanyekan secara luas gerakan anti-korupsi di tubuh Polri. Terapkan prinsip reward and punishment tanpa pandang bulu. Jangan lupa, bangsa ini butuh polisi yang baik, professional, dan jujur. Tentu ini tidak mudah. Namun jika bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil. Man jada wa jadda.

* Saifuddin Bantasyam, SH, MA, Direktur Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Darussalam, Banda Aceh. Email: saifuddin_bantasyam@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar