Rabu, 27 Juni 2012
Setelah malalui masa-masa sulit yaitu konflik bersenjata yang berakhir dengan perdamaian MoU Helsinki dan tsunami 2004 yang meluluhlantakkan pesisir Aceh, banyak orang pesimis akan nasib dan masa depan Aceh. Namun dalam kurun waktu 7 tahun, Aceh sudah bisa bangkit kembali menjadi lebih baik dan sudah mulai melakukan banyak perubahan berbanding sebelum tsunami. Bangsa-bangsa yang dulunya tidak pernah mengenal Aceh, sekarang banyak berkunjung ke daerah ini untuk melihat langsung bagaimana perkembangannya pascakonflik dan tsunami itu.
KIP Aceh telah menetapkan Dr Zaini Abdullah mantan menteri Luar Negeri Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai gubernur terpilih dan Muzakir Manaf mantan Panglima GAM sebagai Wakil Gubernur terpilih, dalam pilkada Aceh pada 9 April 2012 lalu sebagai pemenang dengan perolehan suara terbanyak, yaitu 1.327.695 suara (55,75 persen) dibandingkan dengan empat pasangan pesaing lainnya. Pasangan yang dikenal dengan singkatan ‘Zikir’ itu pun sudah dilantik dan diambil sumpahnya sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh periode 2012-2017 pada 25 Juni lalu.
Peluang dan tantangan
Peluang dan tantangan Aceh ke depan sangatlah bervariasi. Pertama sekali adalah yang perlu dilakukan Tim ‘Zikir’ ini adalah meminimalisir jumlah pengangguran yang semakin meningkat yaitu mencapai 164,4 ribu jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sekitar 15,4 ribu orang dibanding bulan Agustus 2011 dan menurun dibandingkan Februari 2011 lalu, sebanyak 6,6 ribu orang. Jumlah angkatan kerja di Aceh pada 2012 mencapai 2,09 juta (BPS 2012). Jumlah masyarakat miskinpun perlulah diturunkan secara signifikan dengan program-program ekonomi yang langsung menuju sasaran ureung gasien tersebut, seperti skema modal usaha beriringan dengan ketrampilan life skill mereka dalam mencari rezeki.
Kemudian program kesehatan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) perlulah diteruskan dengan cara memperbaiki sistem, pelayanan dan kualitas tenaga medis (Dokter, perawat, bidan, tenaga ADM Rumah sakit dll). Program kesehatan juga perlu ditambah dengan program pencegahan dan kesadaran masyarakat Aceh terhadap pentingnya penjagaan kesehatan secara berterusan. Bukan hanya program bagaimana mengobati, tetapi mencegah dan kesadaran terhadap kesehatan seperti berolahraga secara rutin perlu dijaga dalam kehidupan yang serba canggih dan modern ini.
Yang terakhir adalah pendidikan (kualitas modal manusia) untuk yang satu ini sangatlah penting untuk diberi keutamaan program pemerintah Aceh kedepan. Faktor kualitas guru sangat menentukan pendidikan Aceh itu bagaimana. Oleh karena itu pelatihan dan evaluasi kompetensi guru perlu dilakukan secara terus menerus. Penilaian dan evaluasi kembali sistem pendidikan dan perubahan kurikulum sesuai dengan kekhususan Aceh perlu diminta pandangan secara meluas dari pakar pendidikan dan golongan pendidik. Semua pandangan dan pendapat perlu diambil kira dalam menyediakan laporan lengkap rencana induk pendidikan Aceh tahun 2012-2017. Penilaian itu akan menjadi rujukan kepada suatu panel dalam dan panel pakar pendidikan luar negeri
Rakyat Aceh saat ini memerlukan orang-orang yang senantiasa menggunakan segenap kemampuannya jiwa dan raga untuk perbaikan, bukan manusia-manusia yang hanya memikirkan kekuasaan, kekayaan, jabatan ataupun popularitas. Aceh saat ini membutuhkan orang-orang yang memiliki keyakinan bahwa apa yang dilakukannya saat ini nanti akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak di depan Penguasa Langit dan Bumi.
Jika seorang pemimpin mampu menunaikan amanah dengan baik, memberikan hak-hak bagi orang yang dipimpinnya dan berbuat adil kepada diri, keluarga, dan rakyatnya, ia termasuk orang yang paling dicintai Allah dan mendapatkan naungan di sisi-Nya. “Sehari menjadi pemimpin yang adil, lebih baik daripada beribadah selama 60 tahun.” (HR Ahmad).
Kebahagiaan untuk semua
Zaman teknologi informasi dan ilmu memerlukan model kepemimpinan yang baru, bersepadu dan holistik, yang mengikutsertakan semua sektor sebagai rekan/patner pembangunan yang setaraf. Tujuannya ialah semata-mata untuk mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik dan kebahagiaan untuk semua.
Pasangan ‘Zikir’ ini sangatlah perlu melakukan transformasi daripada keadaan kini di mana terdapat hubungan tiga segi yang tidak seimbang antara ketiga-tiga sektor (pemerintahan, bisnis dan masyarakat sipil), kepada keadaan baru di mana terdapat hubungan sinergi antara tiga bulatan (ketiga-tiga sektor itu) yang berinterface pada kedudukan yang adil.
Pemimpin Aceh ke depan kita harapkan agar dapat menjaga keseimbangan dan memperkuat kerjasama antara 3 sektor utama seperti yang disarankan oleh Saifuddin Abdullah (2005): Pertama, ialah pemerintahan yang dikenali juga sebagai sektor pertama; Kedua, ialah perniagaan/dunia bisnis yang dikenali juga sebagai sektor kedua, dan; Ketiga, ialah masyarakat sipil yang dikenali juga sebagai sektor ketiga atau istilah-istilah lain seperti “rakyat” dan social enterprise.
Dalam konteks ini, masyarakat sipil ialah rakyat yang secara kedudukan dan peranannya tidak tergolong dalam pemerintah atau bisnis. Anggota masyarakat sipil termasuk anak-anak, pemuda, mahasiswa, warga tua, wanita, pekerja, karyawan, profesional, akademia, media dan lain-lain.
Perlu juga kita ingatkan kepada pemimpin baru Aceh bahwa dalam keadaan kehidupan yang semakin kompleks dan canggih, kebahagiaan tidak lagi terbatas kepada hanya menerima nikmat dan manfaat pembangunan semata-mata, tetapi kebahagiaan termasuk juga keterlibatan aktif dalam proses bagaimana pembangunan dirancang, dilaksanakan dan dinilai.
Masyarakat Aceh sangat tidak mengharapkan pemimpin Aceh ke depan benar seperti Max Weber katakan, bahwa profesi politik itu mata pencaharian. Orang banyak mengejar dan memperebutkannya sekadar untuk kenyang diri dan kroni. Lalu, nilai dan idealisme sekadar ornamen indah tanpa makna, karena yang dikejar ialah posisi, materi, dan mobilitas diri yang tak bertepi.
Selamat dan selamat bertugas kita ucapkan kepada pemimpin baru Aceh, semoga mendapat petunjuk dari Allah SWT dalam memimpin Aceh yang kita cintai ini dan bisa membawa masyarakat Aceh kepada kejayaaan, bukan hanya kejayaan dunia semata-mata, tetapi juga kejayaan yang abadi yaitu kejayaan di akhirat.
* Nazaruddin Ali Basyah, Dosen FKIP Unsyiah dan Kandidat Doktor bidang Pendidikan Ekonomi dan Bisnis pada Fakulti Pendidikan, Universiti Kebangsaan Malaysia. Email: nazara75@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar