Jumat, 29 Juli 2011-serambi indonesia
Penari dari Italia yang ikut dalam Aceh International Folklore Festival (AIFF), Giada Chlarandini (28) dan Ketua Delegasi Italia, Massimo Boldi (54), mengaku sangat terkesan pada keramahtamahan (hospitality) masyarakat Aceh yang mereka rasakan selama berada di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Cara hidup masyarakat Aceh pun mengesankan bagi mereka. “Kami terkesan dengan cara hidup masyarakat Aceh yang sangat berbudaya dan memiliki rasa sosial yang sangat tinggi kepada sesama. Oleh karena itu, kami ingin sekali kembali lagi ke Aceh,” kata Chlarandini kepada Serambi, Kamis (28/7).
Chlarandini dan Boldi diwawancarai Serambi di sela-sela waktu senggang mereka di Sulthan Hotel, Kamis (28/7), sehari menjelang kunjungan ke kota wisata nan eksotik, Sabang.
Bahkan, kata Chlarandini dan Boldi, saat kembali lagi nanti ke Aceh, mereka akan membawa teman dan keluarga untuk berwisata ke negeri yang penduduknya ramah dan pantainya indah ini.
Hampir sepekan berada di Banda Aceh dan melawat ke sejumlah objek wisata di Aceh Besar, membuat kedua Italiano ini makin paham Aceh. Mereka juga terkagum-kagum pada keindahan pantai Ulee Lheue dan pantai lainnya di Aceh Besar, semisal, Lampu’uk dan Lhoknga.
Di negaranya, Chlarandini dan Boldi tinggal di Venetia, sebuah kota wisata di Italia yang juga daerah asal Marcopolo. Penjelah dunia itu bahkan pernah singgah di Aceh pada 1292. Chlarandini dan Boldi mengaku tahu Aceh lebih banyak setelah membaca catatan perjalanan Marcopolo saat tiba di Sumatera, khususnya di Aceh. Selain itu, tsunami dahsyat yang melanda Aceh tahun 2004, membuat mereka lebih mengenal Aceh.
Chlarandini dan Boldi akan kembali ke Italia hari Minggu (31/7) bersama rombongan Aceh International Folklore Festival lainnya, seusai tampil di Sabang Fair pada Jumat malam.
“Selama parade beberapa hari lalu, saya terkesan saat melihat senyum yang dilontarkan masyarakat Aceh. Saya melihat raut kebahagiaan dan damai yang tak bisa saya ceritakan seperti apa kebahagiaan yang tampak oleh saya. Ternyata, semua masyarakat Aceh ya seperti itu, naturally, tidak dibuat-buat,” kata Chlarandini yang juga seorang psikolog.
Hal yang sama dilontarkan Boldi. Menurutnya, keramahtamahan (hospitality) khas Aceh itu harus terus dipertahankan. Soalnya, tidak semua negara memiliki masyarakat dengan karakter yang seperti itu.
Kesan pertama mereka saat bertemu masyarakat Aceh yang awalnya dia ketahui dari internet dan catatan perjalanan Marcopolo ke Aceh pada 1292, meninggalkan kesan tersendiri bagi dia dan kawan-kawannya. Marcopolo menukilkan kisah kedatangannya yang disambut rakyat Pasai dan Raja Malikussaleh dengan penuh penghormatan, kemuliaan, dan keakraban.
Engineer dari Italia ini menambahkan bahwa apa yang diceritakan Marcopolo tentang keramahtamahan masyarakat Aceh tatkala sang penjelajah dunia itu menetap enam bulan di Aceh dan dimuliakan masyarakat Aceh, memang suatu yang nyata. Saat ini, setelah tujuh abad kemudian, Boldi dan para Italiano lainnya pun merasakan hal itu saat berada di Aceh ikut festival folklor. (c47)
tempat yang dikunjungi:
* Masjid Raya Baiturrahman
* Pantai Lampuuk dan Lhoknga
* Pasar tradisional Peunayong
* Museum Tsunami
* Kapal PLTD Apung
* Warung kopi
* Perahu di atas rumah di Lampulo
* Rumah Aceh dan Museum Aceh
Kuliner yang dicicipi:
- Mi aceh
- Kupi aceh
- Jus terong belanda
- Pisang ayam
- Martabak telur
Cara hidup masyarakat Aceh pun mengesankan bagi mereka. “Kami terkesan dengan cara hidup masyarakat Aceh yang sangat berbudaya dan memiliki rasa sosial yang sangat tinggi kepada sesama. Oleh karena itu, kami ingin sekali kembali lagi ke Aceh,” kata Chlarandini kepada Serambi, Kamis (28/7).
Chlarandini dan Boldi diwawancarai Serambi di sela-sela waktu senggang mereka di Sulthan Hotel, Kamis (28/7), sehari menjelang kunjungan ke kota wisata nan eksotik, Sabang.
Bahkan, kata Chlarandini dan Boldi, saat kembali lagi nanti ke Aceh, mereka akan membawa teman dan keluarga untuk berwisata ke negeri yang penduduknya ramah dan pantainya indah ini.
Hampir sepekan berada di Banda Aceh dan melawat ke sejumlah objek wisata di Aceh Besar, membuat kedua Italiano ini makin paham Aceh. Mereka juga terkagum-kagum pada keindahan pantai Ulee Lheue dan pantai lainnya di Aceh Besar, semisal, Lampu’uk dan Lhoknga.
Di negaranya, Chlarandini dan Boldi tinggal di Venetia, sebuah kota wisata di Italia yang juga daerah asal Marcopolo. Penjelah dunia itu bahkan pernah singgah di Aceh pada 1292. Chlarandini dan Boldi mengaku tahu Aceh lebih banyak setelah membaca catatan perjalanan Marcopolo saat tiba di Sumatera, khususnya di Aceh. Selain itu, tsunami dahsyat yang melanda Aceh tahun 2004, membuat mereka lebih mengenal Aceh.
Chlarandini dan Boldi akan kembali ke Italia hari Minggu (31/7) bersama rombongan Aceh International Folklore Festival lainnya, seusai tampil di Sabang Fair pada Jumat malam.
“Selama parade beberapa hari lalu, saya terkesan saat melihat senyum yang dilontarkan masyarakat Aceh. Saya melihat raut kebahagiaan dan damai yang tak bisa saya ceritakan seperti apa kebahagiaan yang tampak oleh saya. Ternyata, semua masyarakat Aceh ya seperti itu, naturally, tidak dibuat-buat,” kata Chlarandini yang juga seorang psikolog.
Hal yang sama dilontarkan Boldi. Menurutnya, keramahtamahan (hospitality) khas Aceh itu harus terus dipertahankan. Soalnya, tidak semua negara memiliki masyarakat dengan karakter yang seperti itu.
Kesan pertama mereka saat bertemu masyarakat Aceh yang awalnya dia ketahui dari internet dan catatan perjalanan Marcopolo ke Aceh pada 1292, meninggalkan kesan tersendiri bagi dia dan kawan-kawannya. Marcopolo menukilkan kisah kedatangannya yang disambut rakyat Pasai dan Raja Malikussaleh dengan penuh penghormatan, kemuliaan, dan keakraban.
Engineer dari Italia ini menambahkan bahwa apa yang diceritakan Marcopolo tentang keramahtamahan masyarakat Aceh tatkala sang penjelajah dunia itu menetap enam bulan di Aceh dan dimuliakan masyarakat Aceh, memang suatu yang nyata. Saat ini, setelah tujuh abad kemudian, Boldi dan para Italiano lainnya pun merasakan hal itu saat berada di Aceh ikut festival folklor. (c47)
tempat yang dikunjungi:
* Masjid Raya Baiturrahman
* Pantai Lampuuk dan Lhoknga
* Pasar tradisional Peunayong
* Museum Tsunami
* Kapal PLTD Apung
* Warung kopi
* Perahu di atas rumah di Lampulo
* Rumah Aceh dan Museum Aceh
Kuliner yang dicicipi:
- Mi aceh
- Kupi aceh
- Jus terong belanda
- Pisang ayam
- Martabak telur
Editor : teguhpatria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar