Tuesday, 07 February 2012
by Bachtiar Hassan Miraza-Opini Waspada
Pihak pengambil keputusan selalu salah berpikir tentang hubungan antara kesejahteraan ekonomi dengan kenyamanan hidup (life satisfied). Sepertinya bangsa ini tidak optimis dengan pertumbuhan ekonomi 2012. Terkecuali jika ada faktor blessing indisguised yang muncul. Awal tahun 2012 Indonesia dihadapkan dengan gejolak ekonomi sektor riil (kecil, menengah, besar) yang berpengaruh merata secara nasional. Tulisan ini menyoroti persoalan dalam negeri (faktor internal) yang menyangkut sektor riil untuk mengkaji apakah tahun 2012 ekonomi Indonesia bisa terwujud memenuhi harapan dimana pertumbuhan GDP 6,9 %, pengangguran berkurang di bawah 7% dan kemiskinan berkurang di bawah 15%. Sementara pembahasan sektor finansial dan faktor eksternal dikesampingkan dulu.
Pemikiran ini muncul karena adanya kekhawatiran setelah banyaknya permasalahan yang timbul (dalam negeri) di awal 2012. Setidaknya ada tujuh hal yang muncul yang dapat menjadi pengganggu laju pertumbuhan ekonomi 2012. Apalagi jika ketujuh hal ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ketujuh hal tersebut adalah (1) Pergolakan politik di daerah (Pilkada). (2) Konflik kepentingan pemerintah/pengusaha dengan warga setempat yang menyangkut eksploitasi sumberdaya alam di daerah. (3) Pergolakan buruh di pusat industri nasional Jabotabek menyangkut masalah upah minimum. (4) Kebijakan pemerintah mengenai pembatasan penggunaan BBM bersubsidi dan kenaikan tarif dasar listrik. (5) Kebijakan liberalisasi impor barang yang memukul kelompok usaha ekonomi rakyat. (6) Daya serap APBN yang rendah dan tidak berkualitas dalam penggunaannya. (7) Masih terbengkalainya pembangunan infrastruktur. Oleh sebab itu Indonesia harus berhati hati kalau masalah ini tak terselesaikan bahkan terus melebar yang akan menjadi morat-maritnya ekonomi negara ini. Tanda-tanda yang muncul sudah di luar dari biasanya, kewaspadaan harus dipertinggi.
Pertama. Pergolakan politik lokal yang muncul dari ketidakpuasan pada hasil Pilkada. Kelihatannya pemerintah tidak mau menjadi mediasi dan mencari sebab mengapa hal itu terjadi. Sebetulnya tidak boleh demikian. Walau kita berada di alam demokrasi jika pemerintah melihat ada tanda kecurangan di dalamnya, yang dimunculkan oleh para calon, pemerintah seharusnya turun tangan bagi menghilangkan ketidakadilan tersebut. Walaupun Pilkada telah diatur secara hukum dan memiliki sistim dan prosedur yang jelas tapi yang menjalankannya tetap saja manusia yang harus diawasi. Secara hukum suatu negara didirikan adalah untuk melindungi rakyatnya dari ketidakadilan.
Kekisruhan yang terjadi di daerah menjadikan kewibawaan pemerintah daerah turun sehingga pemerintah di daerah tidak akan mendapatkan dukungan maksimal bagi memajukan perekonomian daerah. Iklim investasi dan berusaha di daerah menjadi tidak pasti dan yang menjadi penghambat masuknya pengusaha ke daerah itu. Dilihat dari sudut pembangunan ekonomi gejolak ini merugikan daerah itu sendiri. Kekisruhan ini menunjukan bahwa bangsa ini belum siap berdemokrasi. Elemen bangsa belum lekang dari kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok. Hukum masih dianggap ketentuan yang dapat diotak-atik.
Kedua. Pergolakan konflik kepentingan antara pemerintah/pengusaha dengan warga setempat atas pemanfaatan sumberdaya alam di daerah. Konflik ini menyangkut ketidakadilan ekonomi selama ini. Warga tidak merasa adanya hubungan kesejahteraan dengan diolahnya sumberdaya alam di daerahnya. Sumber daya alam dieksploitasi tapi kesejahteraan tidak juga muncul, di sinilah letak ketidakadilan itu. Warga hanya mendapatkan pekerjaan bagi sebagian kecil sebagai office boy dan security. Sementara lingkungan hidup terdegradasi akibat eksploitasi tersebut. Eksploitasi sumberdaya alam telah merusak kenyamanan dan lingkungan hidup mereka.
Pihak pengambil keputusan selalu salah berpikir tentang hubungan antara kesejahteraan ekonomi dengan kenyamanan hidup (life satisfied). Penduduk di daerah mungkin kesejahteraanya tidak tinggi tapi kenyamanan hidupnya sangat tinggi. Ini menyangkut pada budaya dan kebiasaan yang diturunkan pendahulu mereka. Mereka puas dengan kebiasaan dan lingkungan hidupnya selama ini. Dengan demikian walaupun daerah itu dibangun tidak serta merta mereka bergembira apalagi jika pembangunan itu tidak ada hubungannya dengan kehidupan mereka. Jalan raya, pendidikan, kesehatan, pasar pembangunannya diabaikan. Daerah mereka tetap saja terisolir. Yang terakses ke luar hanyalah perusahaan mengeksploitasi sumberdaya alam sesuai kepentingannya. Rakyat hanya bisa numpang di fasilitas perusahaan.
Kesalahan kebijakan ini membikin kekisruhan. Kebijakan masa mendatang harus diubah dengan mendahulukan kepentingan penduduk setempat baru eksploitasi atas sumberdaya alam di daerah tersebut. Dengan demikian rakyat sadar perlunya pembangunan karena akan menaikkan kesejahteraan mereka. Rakyat pun akan membela pembangunan oleh swasta. Selama ini yang mereka artikan dengan pembangunan adalah pembangunan oleh pemerintah. Di kala mereka mendengar swasta akan masuk dan memanfaatkan sumberdaya alam mereka tentu mereka bertanya: ada apa ini. Mereka langsung curiga. Pihak pengambil keputusan harus memahami kondisi sosial budaya daerah setempat sebelum memberikan keputusan. Kondisi sosial budaya setempat jauh berbeda dengan kondisi sosial budaya daerah maju. Ini harus dipahami.
Dengan demikian kebijakan yang berlaku selama ini dimana pemerintah menganggap “segalanya” dan selalu mengenyamping kepentingan rakyat harus diubah. Jika tidak hal ini akan berlanjut terus pada daerah lainnya di Indonesia dan menjadikan daerah tidak akan berkembang. Investor tidak akan bersedia masuk ke daerah itu karena ketidaknyamanan berusaha dan tidak adanya kepastian hukum. Adalah tugas pemerintah untuk menciptakan iklim berinvestasi yang nyaman sebelum investor masuk pada suatu daerah.
Gejolak konflik kepentingan di daerah diperkirakan akan berlanjut sejalan semakin pesatnya pertumbuhan kebutuhan masyarakat dunia akan hasil sumberdaya alam Indonesia seperti pertambangan, perkebunan, perikanan. Pemerintah harus memantau ini dan menciptakan keseimbangan kepentingan antara rakyat setempat, perusahaan dan pemerintah (negara) sendiri. Inilah kebijakan ekonomi Indonesia masa depan yang harus diperhatikan. Rakyat mendapatkan manfaat dari sumberdaya alam di daerahnya, perusahaan mendapatkan manfaat dari kerja yang dilakukannya serta pemerintah juga dapat memajukan negara ini dengan baik dan berwibawa.
Ketiga. Pergolakan buruh di pusat industri nasional (Jabotabek) dalam persoalan upah buruh. Pergolakan buruh ini memang aneh jika Indonesia sadar akan “sanjungan” negara luar bahwa Indonesia masuk dalam negara layak berinvestasi (investment grade). Jika layak berinvestasi mengapa buruhnya menuntut kenaikan upah. Apakah kemajuan di Indonesia terjadi atas beban upah buruh yang rendah. Apakah pembangunan di Indonesia melalui kebijakan upah buruh rendah. Kebijakan seperti ini sudah lama ditinggalkan negara negara dunia karena tidak sesuai harkat dan martabat manusia. Di sinilah letak keanehan itu, dari sanjungan pihak luar.
Seharusnya investment grade harus disertai kepuasan semua pihak, baik pekerja maupun pengusaha dan pemerintah. Investment grade tidak hanya dilihat dari kepentingan perusahaan saja. Sementara pekerja dieksploitir secara habis-habisan. Pemerintah harus menyadari ini. Kitapun tidak menghendaki upah buruh sedemikian tingginya yang bisa menurunkan produktifitas dan efisiensi perusahaan. Yang menjadi beban perusahaan yang sedemikian berat sehingga perusahaan harus hengkang dari negara ini. Di sinilah peran pemerintah memediasi persoalan secara arif agar kepentingan semua pihak dapat diakomodir (relatif).
Pergolakan hendaknya tidak terulang karena merugikan buruh sendiri, merugikan perusahaan dan merugikan pemerintah dalam bentuk pendapatan (upah), produksi (laba) dan penerimaan pemerintah (pajak). Kita bisa bayangkan jika yang mogok kerja dan yang berdemonstrasi mencapai 5.000 perusahaan berapa besar kerugian dimunculkannya. Semua pihak harus menyadarinya dan tidak berpegang pada kepentingan masing-masing.
Sudah dapat dipastikan pergolakan buruh ini menciptakan ketidaknyamanan investor karena terganggunya proses produksi. Ketidakpercayaan pada pemerintah juga muncul karena dianggap gagal menciptakan iklim berinvestasi yang kondusif dan gagal mengawal kepastian berinvestasi. Terkesan pemerintah, Polri dan tentara tidak berwibawa. Ini merupakan suatu sinyal kurang baik yang bisa mendorong investor asing meninggalkan Indonesia. Dengan demikian apa yang dibanggakan dan diharapkan pemerintah terhadap julukan investment grade akan sia sia.
Label
#
(2)
100 buku
(1)
1001 Cerita membangun Indonesia
(1)
2016
(1)
2019 prabowo presiden
(1)
2019 tetap jokowi
(1)
2020
(1)
2021
(2)
21 tahun
(1)
21 wasiat Sultan untu Aceh
(2)
49 tahun IAIN Araniry
(2)
99 buku
(1)
a ceh bahan buku
(1)
Abu Mudi
(1)
aceh
(11)
Aceh Barat
(2)
aceh digest
(1)
aceh history
(2)
aceh kode
(2)
aceh kopi
(1)
Aceh Singkil
(1)
aceh tengah
(3)
Aceh Tourism
(2)
Adat Aceh
(3)
agama
(25)
Air Bersih
(2)
aisya
(1)
Alue Naga
(1)
amazon
(1)
aminullah
(1)
anehnya negeriku indonesia
(3)
anggaran nanggroe aceh
(1)
anies
(1)
APBA
(6)
apresiasi serambi indonesia
(1)
arsip
(1)
artikel hanif
(74)
artikel kompas
(1)
artikel nabil azra
(3)
artikel rini
(4)
Artikel Serambi
(9)
artikel serambi-tokoh sastra melayu
(2)
artikel Tanah Rencong
(1)
artikel trans89.com
(1)
artikel/opini Modus Aceh
(1)
arundati roy
(1)
asia
(1)
asuransi
(2)
atlas of places
(1)
australia
(1)
Ayam
(1)
bacaan hari raya
(1)
bahan buku
(106)
bahan buku aceh
(1)
bahan buku kolaborasi
(2)
bahan buku.
(12)
bahan tulisan
(1)
bahana buku
(1)
bahasa
(2)
Banda Aceh
(1)
Bank Aceh syariah
(1)
Bank syariah Indonesia
(1)
batu
(1)
bawaslu
(1)
bencana alam
(7)
bendera dan lambang
(1)
Berbagi
(1)
berita nabil
(1)
berita serambi
(1)
berkeadilan
(1)
BHR
(1)
Bie Da Rao Wo Zhong Tian
(1)
bill gates
(2)
Bioscoop
(1)
Bioskop
(1)
birokrasi
(1)
birokrasi politik
(1)
Blogger Competition 2017
(1)
Blogger Indonesia
(1)
BMA 2023
(3)
Bola Kaki
(1)
book
(1)
BP2A
(1)
BPBA
(1)
BSI
(1)
budaya
(83)
budaya aceh
(12)
budaya massa
(1)
budaya tradisional
(2)
bukit barisan
(1)
buku
(7)
buku covid anak
(1)
Buku kapolri
(1)
bulkstore
(2)
bullying
(1)
bumi
(2)
bumi kita
(1)
bumi lestari
(2)
bumiku satu
(1)
Buyakrueng tedong-dong
(1)
cadabra
(1)
cerdas
(1)
cerita
(2)
cerpen
(2)
child abuse
(1)
climate change
(3)
Connecting Happiness
(3)
ConnectingHappiness
(1)
Cormoran Strike
(1)
Corona
(1)
corona virus19
(2)
covid
(1)
Covid-19
(1)
covid19
(9)
CSR
(1)
cuplikan
(1)
Cut Nyak Dhien
(1)
dakwah kreatid
(2)
Dana Hibah
(2)
dara baroe
(1)
Data
(1)
dayah
(4)
De Atjehers
(1)
demam giok
(1)
Democrazy?
(5)
demokrasi
(10)
demokrasi aceh
(6)
diaspora
(1)
dinasti politik
(3)
diplomasi gajah
(1)
Ditlantas Meupep-pep
(1)
diva
(1)
DKPP
(1)
Don’t Disturb Me Farming
(1)
DPRA
(1)
dr jeckyl
(1)
Drama
(1)
drive book not cars
(2)
dua tahun BSI
(1)
Dusun Podiamat
(1)
earth hour
(2)
earth hour 2012
(2)
ekonmi islam
(1)
Ekonomi
(52)
Ekonomi Aceh
(51)
ekonomi biru
(1)
ekonomi Islam
(7)
ekonomi sirkular
(2)
ekoomi
(1)
Ekosistem kopi
(1)
eksport import
(1)
Elizabeth Kolbert
(1)
essay
(1)
essay keren
(1)
essay nabil azra
(1)
falcon
(1)
fiksi
(1)
Film
(6)
Film animasi
(1)
film china
(1)
film cina
(1)
film drama
(3)
Film jadul
(1)
film lawas
(1)
filsafat
(2)
fir'aun
(1)
forum warga kota
(1)
forum warung kopi
(2)
FOTO ACEH
(2)
fourth generation university
(2)
GAIA
(1)
gajah sumatera
(1)
gam cantoi
(2)
gambar
(1)
ganjar
(1)
Garis Wallacea
(1)
garis Weber
(1)
Gas Terus
(1)
GasssTerusSemangatKreativitasnya
(1)
gempa
(2)
gender
(3)
generasi manusia
(1)
germs
(1)
gibran. jokowi
(1)
Gillian Rubinstein
(1)
god
(1)
goenawan mohamad
(1)
gramedia
(1)
groomer
(1)
grooming
(1)
gubernur
(2)
guiness book of record
(1)
guru
(1)
guru blusukan
(1)
guru kreatif
(1)
guru milenial
(1)
H. Soeprapto Soeparno
(1)
hacker cilik
(1)
Hadih Maja
(1)
Halodoc
(1)
Halue Bluek
(1)
hanibal lechter
(1)
hanif sofyan
(7)
hardikda
(1)
hari Air Sedunia
(3)
hari bumi
(2)
Hari gizi
(1)
hari hoaxs nasional
(2)
harry potter
(1)
hasan tiro
(1)
hastag
(1)
hemat energi
(1)
herman
(1)
Hikayat Aceh
(2)
hoaks
(2)
hoax
(2)
hobbies
(1)
hoegeng
(1)
HUDA
(1)
hukum
(3)
humboldtian
(1)
hutan indonesia
(5)
ibadah
(1)
ide baru
(1)
ide buku
(2)
idelisme
(1)
ideologi
(1)
idul fitri 2011
(1)
iklan
(1)
Iklan Bagus
(2)
indonesia
(4)
Indonesia city Expo 2011
(1)
industri
(1)
inovasi
(1)
Inovasi Program
(1)
intat linto
(1)
intermezo
(5)
internet dan anal-anak
(1)
investasi
(2)
investasi aceh
(1)
Iran
(1)
isatana merdeka
(1)
Islam
(1)
islam itu indah
(3)
Islamic banking
(1)
ismail bolong
(1)
Ismail Fahmi Lubis
(1)
IT
(4)
jalur Rempah
(2)
Jalur Rempah Dunia
(2)
Jalur rempah Nusantara
(2)
jeff bezzos
(1)
Jejak Belanda di Aceh
(1)
jepang
(1)
jk rowling
(2)
JNE
(5)
JNE Banda Aceh
(1)
JNE33Tahun
(1)
JNEContentCompetition2024
(1)
joanne kathleen rowling
(1)
jokoei
(1)
jokowi
(1)
juara 1 BMA kupasi 2023
(1)
juara 1 jurnalis
(1)
juara 2 BMA kupasi
(1)
juara 3 BMA kupasi 2023
(1)
jurnal blajakarta
(1)
jurnal walisongo
(1)
jurnalisme warga
(1)
kadisdik
(1)
kaki kuasa
(1)
kalender masehi
(1)
kambing hitam
(1)
kampanye
(1)
kampus unsyiah
(4)
kamuflase
(1)
karakter
(1)
kasus kanjuruhan
(1)
kasus sambo
(1)
kaya
(1)
KBR
(1)
kebersihan
(1)
Kebudayaan Aceh
(7)
Kebumen
(1)
kedai kupi
(1)
kedai-kopi
(1)
Kedokteran
(1)
kedokteran Islam
(1)
kejahatan anak
(1)
kejahatan seksual anak
(1)
kekuasaan.
(1)
kelas menulis SMAN 5
(4)
kelautan
(4)
keluarga berencana
(1)
Keluarga Ring Of Fire
(1)
kemenag
(1)
kemiskinan
(2)
kemukiman
(2)
kepemimpinan.
(2)
kepribadian
(1)
Kepribadian Muslim
(1)
kerajaan Aceh
(2)
kerja keras
(1)
kesehatan
(13)
kesehatan anak
(4)
keuangan
(1)
keuangan aceh
(1)
khaled hosseini
(1)
Khanduri Maulod
(1)
khutbah jumat
(1)
king maker
(1)
kirim naskah
(1)
Kisah
(1)
Kisah Islami
(1)
kite runner
(1)
KKR
(2)
KoescPlus
(1)
koleksi buku bagus
(4)
koleksi foto
(2)
Koleksi Kontribusi Buku
(1)
koleksi tulisanku
(2)
kolom kompas
(1)
kolom kompas hanif sofyan
(2)
kolom tempo
(2)
kompetensi siswa
(1)
Komunikasi
(1)
komunitas-serambi mihrab
(1)
konsumerisme
(1)
Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku
(3)
Kopi
(2)
kopi aceh
(5)
kopi gayo
(2)
kopi gayo.kopi aceh
(1)
kopi libri
(1)
Korupsi
(7)
korupsi di Aceh
(4)
kota masa depan
(1)
kota yang hilang
(1)
KPK
(2)
KPU
(1)
kredo
(1)
kriminal
(1)
krisis air
(2)
ku'eh
(1)
Kuliner Aceh
(2)
kultum
(2)
kupasi
(1)
kurikulum 2013
(1)
kwikku
(1)
Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh
(1)
lain-lain
(1)
lalu lintas
(1)
lambang dab bendera
(4)
laut
(1)
Laut Aceh
(1)
Laut Biru
(1)
lebaran 2025
(1)
legenda
(1)
Li Zhuo
(1)
lian hearn
(1)
Library
(1)
Library Gift Shop
(2)
lifestyle
(1)
limapuluah koto
(1)
Lin Xian
(1)
lincah
(1)
Lingkungan
(42)
lintho
(1)
listrik aceh
(1)
LNR
(1)
Lomba artikel 2016
(4)
Lomba blog 2016
(1)
lomba blog unsyiah 2018
(1)
Lomba Blogger Unsyiah
(2)
lomba JNE
(1)
lomba mneulis asuransi
(1)
LSM-NGO
(3)
M nasir Fekon
(1)
Maek
(1)
maekfestival
(1)
magazine
(1)
makam
(1)
malcom gladwell
(1)
manajemen
(2)
manipulatif
(1)
manusia
(2)
marginal
(1)
Masyarakat Urban.
(1)
Mauled
(1)
maulid
(2)
Maulod
(1)
Media
(1)
megawati
(1)
Melinjo
(1)
Memberi
(1)
menhir
(1)
Menyantuni
(1)
mesjid baiturahman
(2)
Meulaboh
(1)
MH Amiruddin
(1)
migas
(1)
mimbar jum'at
(1)
minangkabau
(1)
Misbar
(1)
misi
(1)
mitigasi bencana
(5)
molod
(1)
moral
(1)
More Than Just A Library
(2)
motivasi
(1)
MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry
(1)
MTSN4 Banda Aceh
(1)
mukim
(2)
mulieng
(1)
museum
(2)
museum aceh
(2)
Museum Tsunami Aceh
(4)
music
(1)
Music show
(1)
musik
(1)
muslim produktif
(1)
musrenbang
(1)
Nabi Muhammad
(2)
naga
(1)
nagari seribu menhir
(1)
narkotika
(1)
naskah asli
(3)
Naskah Kuno Aceh
(2)
Negeri rempah terbaik
(1)
nelayan
(1)
new normal
(1)
Nina Fathdini
(1)
novel
(1)
Nubuah
(1)
Nusantara
(1)
off road
(1)
olahraga
(2)
one day one surah
(1)
opini
(5)
opini aceh tribun
(2)
opini analisadaily.com
(1)
opini bebas
(1)
Opini di lentera
(1)
opini hanif
(1)
opini hanif di serambi indonesia
(4)
opini hanif sofyan
(1)
Opini Hanif Sofyan di Kompas.id
(1)
opini hanif sofyan di steemit
(1)
opini harian aceh
(4)
Opini Harian Waspada
(1)
opini kompasiana
(2)
opini lintas gayo
(11)
opini lintas gayo com
(1)
opini LintasGayo.co
(2)
opini majalah tanah rencong
(1)
opini nabil azra
(1)
opini rini wulandari
(1)
opini serambi
(43)
opini serambi indoensia
(4)
opini serambi indonesia
(169)
opini siswa
(4)
opini tabloid lintas gayo
(5)
opini tempo
(1)
otsus
(1)
OYPMK
(1)
pandemi
(1)
pandemi covid-19
(9)
papua
(1)
Pariwisata
(3)
pariwisata aceh
(1)
parlemen aceh politik aceh
(8)
pawang
(1)
PDAM
(1)
PDIP
(1)
pelosok negeri
(1)
Peluang Pasar
(1)
pemanasan global. green energy
(1)
pembangunan
(29)
pembangunan aceh
(1)
pemerintah
(4)
pemerintahan
(1)
pemilu 2014
(5)
pemilu pilkada
(1)
pemilukada
(9)
Pemilukada Aceh
(14)
penddikan
(2)
pendidikan
(29)
pendidikan Aceh
(27)
penjahat kambuhan
(1)
penyair aceh
(1)
Penyakit kusta
(1)
Perbankan
(3)
perbankan islam
(3)
perdamaian
(1)
perempuan
(8)
perempuan Aceh
(5)
perempuan dan ibu
(1)
perempuan dan politik
(2)
perikanan
(1)
perpustakaan
(2)
perputakaan
(1)
personal
(2)
personal-ekonomi
(1)
pertanian
(2)
perusahaan ekspedisi
(1)
perusahaan logistik
(1)
perwira tinggi polri
(1)
pesantren
(2)
Pesta Demokrasi
(1)
pidie
(1)
pileg
(1)
pileg 2019
(2)
pilkada
(14)
pilpres
(2)
pilpres 2019
(3)
pilpres 2024
(2)
PKK Aceh
(1)
plastik
(1)
PNS
(1)
polisi
(2)
polisi jahat
(1)
politik
(115)
politik aceh
(160)
politik indonesia
(3)
politik KPK versus korupsi
(4)
politik nasional
(4)
politis
(1)
politisasi
(1)
politk
(5)
Polri
(1)
polri presisi
(1)
popular
(1)
poster.
(1)
prabowo
(2)
prediktif
(1)
presiden
(1)
presiden 2019-2024
(1)
PRESISI POLRI
(1)
produktifitas
(1)
PROFIL
(1)
propaganda
(1)
psikologi
(2)
psikologi anak
(1)
psikologi pendidikan
(1)
psikologis
(1)
Pulo Aceh
(1)
PUSA
(2)
pustaka
(1)
qanun
(1)
qanun Anti rentenir
(1)
Qanun LKS
(2)
Qu Meng Ru
(1)
ramadan
(1)
ramadhan
(2)
Ramadhan 2011
(4)
ramadhan 2012
(2)
rawa tripa
(1)
recycle
(1)
reduce
(1)
reformasi birokrasi
(1)
religius
(1)
Resensi buku
(3)
Resensi Buku hanif
(2)
resensi film
(2)
resensi hanif
(2)
residivis
(1)
resolusi. 2021
(2)
responsibility
(1)
reuse
(1)
review buku
(1)
revolusi industri
(1)
robert galbraith
(1)
rohingya
(1)
Romansa
(1)
romantisme kanak-kanak
(1)
RPJM Aceh
(3)
RTRWA
(2)
ruang kelas
(1)
rujak u grouh apaloet
(1)
rumbia aceh
(1)
sains
(1)
Samalanga
(1)
sampah
(1)
satria mahardika
(1)
satu guru satu buku
(1)
satwa liar
(1)
secangkir kopi
(1)
sejarah
(9)
sejarah Aceh
(28)
sejarah Aceh.
(3)
sejarah dunia
(1)
sejarah-bahasa
(5)
sekda
(1)
sekolah
(1)
sekolah terpencil
(1)
selfie politik
(1)
Servant Leadership
(1)
setahun polri presisi
(1)
setapak perubahan
(1)
sigit listyo
(1)
sikoat
(1)
Sineas Aceh
(2)
Sinema Aceh
(2)
sinovac
(1)
situs
(1)
snapshot
(1)
sosial
(14)
sosiologi
(1)
sosiopat
(1)
SOSOK.TOKOH ACEH
(3)
spesies
(1)
statistik
(1)
Stigma
(1)
Stop Bajak Karya Online
(1)
sultan iskandar muda
(1)
sumatera barat
(1)
sustainable laundry
(1)
syariat islam
(7)
TA sakti
(1)
tahun baru
(2)
tambang aceh
(1)
tambang ilegal
(1)
tanah rencong
(1)
tantang IB
(1)
Tata Kelola pemerintahan
(4)
tata kota
(2)
TDMRC
(1)
Tehani Wessely
(1)
tehnologi
(5)
televisi
(1)
Tenaga kerja
(2)
terbit buku
(1)
the cucko'scalling
(1)
Thriller
(1)
timor leste
(1)
tips
(3)
tokoh dunia
(1)
tokoh kartun serambi
(2)
tradisi
(2)
tradisi aceh
(2)
tradisional
(1)
transparansi
(1)
tsunami
(9)
Tsunami Aceh
(9)
Tsunami story Teller
(2)
tuan hide
(1)
tukang obat
(1)
tulisan ringan
(1)
TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI
(1)
TV Aceh
(1)
tv dan anak-anak
(3)
uang haram
(1)
ujaran kebencian
(1)
ulama aceh
(7)
UMKM
(1)
Unsyiah
(2)
Unsyiah Library
(3)
Unsyiah Library Fiesta 2017
(3)
upeti
(1)
upeti jin
(1)
ureung aceh
(1)
vaksin
(2)
viral
(1)
visi
(1)
Visit Aceh
(2)
Visit Banda Aceh
(7)
Visit Banda Aceh 2011
(4)
walhi goes to school
(1)
wali nanggroe
(3)
walikota 2014
(1)
wanita Iran
(1)
warung kupi
(2)
wirausaha aceh
(1)
Wisata Aceh
(5)
wisata spiritual
(2)
wisata tematik jalur rempah
(1)
Yayat Supriyatna
(1)
youtube
(2)
YouTube YoYo English Channel
(1)
YPBB
(1)
zero waste
(2)
Zhuang Xiao Man
(1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar