Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Selasa, 12 Juli 2011

Zaini Abdullah

Berjuang dari Negeri Orang


malik mahmud, rustika, zaini abdullah
malik mahmud, rustika, zaini abdullahTak kenal, maka tak sayang. Barangkali pepatah itu begitu merasuk di hati pria pendiam yang kini bermukim di Swedia, Dr Zaini Abdullah, Menteri Luar Negeri Gerakan Aceh Merdeka (GAM), saat ia bertemu dengan seseorang yang baru pertama dijumpainya. Bisa jadi sikapnya itu sebagai bagian dari perasaan untuk selalu waspada dalam berinteraksi.  Apalagi sebuah pertemuan dengan seorang wartawan Indonesia.


Situasi ini dialami Media saat menjumpainya di kediaman Syarif Usman, Minggu lalu (18/9). Seusai diperkenalkan, Zaini tak banyak bicara, atau melontarkan pertanyaan, seperti yang dilakukan oleh Teungku Malik Mahmud, Perdana Menteri GAM yang hadir dalam kesempatan itu. Meski demikian, dalam beberapa kesempatan, Zaini terlihat mencuri pandang. Matanya menatap tajam, mungkin ia tengah menafsirkan tetamu yang datang padanya di siang hari cerah itu. Ia tampak diam menunggu, dibandingkan dengan melontarkan satu pernyataan dari mulutnya.

Untunglah situasi itu tak lama. Setelah “mengenal” karakter dan personalitas lawan bicaranya,  Zaini berubah menjadi sosok yang hangat, ramah, menyenangkan, penuh tawa, kebapakan, dan sangat rendah hati. Pribadinya santun, menghormati setiap orang tanpa pandang bulu.” Saya tak banyak beda dengan tipikal orang Aceh lainnya. Baik dalam bermasyarakat, bergaul, maupun soal adat istiadat,” ungkapnya tersenyum menjawab pertanyaan Media soal sikapnya yang pendiam dan terkesan menyelidik itu.

Di desa Bernun, satu desa yang terletak di pedalaman Kabupaten Pidie, Zaini dilahirkan. Tepatnya pada tanggal  24 April 1940. Namun usianya yang sudah menginjak kepala enam itu tak nampak dalam dalam gesture tubuhnya. Ia terlihat awet muda. Sebagian kecil rambut dan alisnya mulai memutih. Kondisi yang sama juga bisa dilihat pada kulit tangannya yang masih segar. Sedikit kerutan tampak menggurat di wajahnya yang bersih.”Ini adalah bagian rahasia orang Aceh. Rajin minum jamu, hidup sederhana dan bekerja keras,” tuturnya sambil tersenyum.

Sejak kecil, pria yang dibesarkan dalam keluarga yang mementingkan pendidikan ini gemar merantau. Masa sekolah 12 tahun dijalaninya secara berpindah-pindah, mulai dari Banda Aceh hingga ke Medan. Dengan vespa kesayangannya, Zaini melintasi medan perjalanan yang teramat berat. Diperlukan waktu sekitar 1-2 minggu untuk mencapai tujuan, karena jalanan yang teramat parah, dan penuh genangan. Kondisi ini dijalaninya hingga ia lulus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) Medan di tahun 1972. Beragam pengalaman masa kecil inilah yang kelak menempanya menjadi sosok pribadi yang kuat, tahan banting, dan memiliki rasa percaya diri tinggi

Hidupnya berjalan mengalir tanpa ada sesuatu yang berarti. Semua berjalan sesuai cita-cita yang diinginkannya. Ia pun mulai membuka praktek dokternya di Kuala Simpang hingga 4 tahun lamanya. Pasiennya sudah mulai banyak dan ia menjadi salah satu dokter yang disegani di wilayah itu. “Selama itu hidup saya biasa-biasa saja. Tak banyak gejolak,” papar alumnus Fakultas Kedokteran USU tahun 1972 ini.

Tapi kepribadian Zaini yang pendiam ini berubah menjadi bara ketika ia bertemu Teungku Hasan Tiro. “Saya mulai dihadapkan dalam suatu kenyataan yang sesungguhnya. Saya merasa memiliki kewajiban untuk mengembalikan kemerdekaan bangsa Aceh,” cerita Zaini tentang pergulatan yang terjadi di tahun 1976 itu. “Apa yang saya baca tentang sejarah Aceh yang diajarkan dari SD hingga SMA selama ini hanyalah setebal 5 halaman. Padahal Aceh memiliki sejarah yang luar biasa. Aceh begitu kaya, dan memiliki semangat perjuangan untuk memerdekakan dirinya” tukasnya berapi-api.

Setahun setelah itu, Zaini memilih tinggal di hutan-hutan Aceh, berjuang bersama Teungku Hasan Tiro hingga 4 tahun lamanya. Meninggalkan profesinya sebagai dokter umum  dan tidak melanjutkan pendidikannya di spesialis kebidanan yang sudah dijalaninya beberapa tahun terakhir. Karena situasi yang sangat mendesak, sejak tahun 1981, Zaini berangkat ke Medan. Dari sini ia lantas melanjutkan perjalanannya menuju Singapura, dan Swedia 3 bulan berikutnya..

Terkatung-katung di negeri orang sangatlah tidak nyaman. Perbedaan budaya, bahasa, cuaca mempengaruhi dirinya. Apalagi saat ia datang ke Swedia, nama itu belum begitu dikenalnya. “Saya ingat tuh,, jadi kita mau ke Switzerland?,” Zaini terbahak-bahak hingga airmatanya menggenang di pelupuk matanya,  mengingat satu pertanyaan yang diajukannya pada Teungku Hasan.”Jadi saya pikir saya pergi ke Switzerland,” ia kembali menegaskan.

“Jangan dipikir bahwa hidup di negeri orang itu enak,” tandasnya soal beratnya beban yang dipikul selama ia menjadi seorang imigran. Ia harus bekerja ekstra untuk bisa menghidupi dirinya. Ijazah dokternya tak berarti apa-apa. “Saya harus mempelajari bahasa local, sebelum mengambil pendidikan kedokteran (lagi) di negeri barunya itu.

“Saya mulai bekerja sebagai asisten juru rawat, sambil meneruskan kuliah pada bidang spesialis ilmu medicine umum,” kenang Zaini. Setelah itu, baru menjadi juru rawat dan akhirnya bisa buka praktek dokter di sebuah distrik di wilayah Nordsborg setelah bertahun-tahun memiliki pengalaman.

Lantas perjuangan apa yang dilakukan setelah Zaini sibuk dengan profesinya dan di dalam kenikmatan negara Swedia yang memberikan kesejahteraan kepada para warganya itu? “Justru disinilah kami secara langsung belajar tentang pemerintahan. Bagaimana negeri ini bisa memberikan kesejahteraan kepada masyarakatnya. Bagaimana rakyat bisa mengkritik pemerintah. Bagaimana demokrasi dijunjung tinggi,” ia memberi alasan.  ”Perjuangan tetap saya tegakkan, melalui diplomasi dan perundingan, seperti perundingan di Jenewa lalu,” tuturnya.

Tak mudah memang melakukan perjuangan itu. Seringkali kekecewaan dialami bertumpuk-tumpuk. Tapi ia terus berjuang dengan berbagai cara untuk mewujudkan “kemerdekaan” bangsa Aceh dalam arti yang sesungguhnya. “Yang kami inginkan bukanlah otonomi khusus ataupun sebagainya. Yang kita harapkan saat itu adalah “kemerdekaan” bangsa Aceh, dalam arti sesungguhnya. Bebas dari ketakutan, bebas bersekolah,” ia menggebu-gebu dalam bahasa yang santun.

Namun sesungguhnya yang ingin dibangunnya adalah mengembalikan kejayaan bangsa Aceh seperti di masa lalu. “Kita mengenal pesawat Seulawah, pesawat pertama di Indonesia, Aceh yang punya. Bahkan untuk membangun Monas, Acehlah yang mengirim emas untuk presiden Soekarno. Tapi kenyataannya, perjuangan rakyat Aceh untuk menegakkan kedaulatan Indonesia itu tak dihargai sama sekali,”tukasnya kecewa.

Selain itu, Zaini juga mengakui banyaknya kekecewaan yang ditujukan pada pemerintah Indonesia yang seringkali tidak konsisten. Ia mencontohkan bagaimana mereka merasa kesal dengan Megawati yang saat itu menangis di masjid Baiturrahman. “Waktu itu ia mengatakan bahwa tidak akan ada darah lagi menetes di Aceh. Tapi apa yang terjadi ? Ia justru menerapkan darurat militer.”

Namun soal pemerintahan SBY,  Zaini memberikan poin positif. “Setidaknya mereka lebih berinisiatif untuk membuka pintu perdamaian,” paparnya. Meskipun ia mengakui bahwa pada awalnya ia kurang suka dengan SBY, karena ialah yang menjadi Menkopolkam di masa pemerintahan megawati. Tapi ia yakin dengan ketulusan Jusuf Kalla dan jajarannya.

Dan kini beragam kesepakatan dalam perundingan Helzinky sudah mulai menemukan sedikit titik terang dan harapan. Hal ini bukan berarti kemenangan bagi GAM, seperti yang dikhawatirkan berbagai pihak selama ini. Tutur Zaini, “Bagi kami, sebenarnya konsep NKRI merupakan langkah mundur untuk maju. Tapi demi masyarakat Aceh, kami melakukannya.”

Karena itu, di ujung pertemuan dengan Media, Zaini masih menitipkan harapan. “Semoga Pemerintah Indonesia ber-commited untuk menjaga perdamaian di Aceh secara bersama-sama.” Zaini terihat serius mengatakannya. Dalam nada yang tegas, penuh harap. (Rustika Nur Istiqomah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar