by hanif sofyan
Bagi para pecinta ibadah, ramadhan adalah puncak kerinduan. Siang dan malamnya adalah rahmat. Namun Ramadhan memiliki konsekuensi yang tak mudah, karena didalamnya ada "peperangan" manusia dan hawa nafsu. Dalam sebuah nubuah hadist disebutkan, sepulang dari Perang Badr yang melelahkan dan berat, Rasulullah bersabda, " kita baru saja pulang dari perang kecil, ada perang lebih besar di depan kita," Para pengikutnya heran dan bertanya, "perang apa gerangan?". "Perang melawan hawa nafsu!" jawab Rasulullah.
Puasa!, perang melawan "hawa nafsu". Dalam sejarah kejadian manusia yang panjang, perlawanan terhadap hawa nafsu adalah peperangan yang tak pernah berkesudahan. Dalam riwayat lain dikisahkan, ketika "nafsu", dihadapkan pada Allah dan ditanyakan, siapakah Aku dan siapakah engkau?, nafsu menjawab, "aku ya aku, Engkau ya Engkau!. Tidak ada Tuhan baginya. Lalu dibenamkannya nafsu di dalam neraka 1000 tahun lamanya, lalu dihadapkan kembali dan diajukan dengan pertanyaan yang sama, namun jawabannya tetap sama. Hal itu terus berulang hingga kali ketiga, nafsu kemudian menjawab, aku adalah hambaMu dan Engkau adalah Tuhanku.
Ini agaknya yang menyebabkan pertarungan "nafsu" menjadi sangat berat. Nafsu dikenal keras kepala dan hanya menuruti maunya sendiri. Namun dengan akal dan keyakinan manusia yang kuat terhadap Allah sajalah yang bisa "mengendalikan" nafsu tetap pada jalur iman dan taqwa.
Peperangan berat ini menjadi sangat penting karena Ramadhan menyediakan kemuliaan yang tidak dimiliki bulan-bulan lain dan bahkan tidak dimiliki oleh umat lain selain umat Nabi Muhammad.
Sebuah "Superstore" Pahala!.
![]() |
| menunggu lailatul qadar? |
Semoga kita berada diantara "mereka yang beruntung dan bertaqwa", seperti yang disebutkan Allah dalam firmanNya. " Hai Orang-orang yang beriman!, berpuasalah kamu, sebagaimana orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertaqwa." amin.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar