Festival Peunayong; festival dua budaya

by hanif sofyan

Ketika mengunjungi peunayong,seminggu lalu aku terkejut, dengan deretan lampion merah dan gerbang baru di pintu masuk peunayong. baru keesokan harinya ketika berniat mengunjungi festival Krueng Aceh, aku tahu ternyata Festival peunayong tengah digelar bersamaan dengan festival tahunan krueng aceh itu.
Tiba-tiba aku jadi teringat, kalau aku pernah menuliskan ide itu, setahun lalu. Iseng saja, ketika itu aku cuma berpikir, seandainya saja, peunayong disulap menjadi Peunayong Square, atau pasar layaknya Malioboro, idenya jelas bukan baru, dan munculnya ide itu-pun lebih karena kerinduan pada keinginan mempertahankan Peunayong sebagai ikon masa lalu..

Dan luar biasanya festival ini, karena menggabungkan dua etnis yang mewakili sejarah masa lalu kisah peunayong. dalam suguhannya terasa sekali nuansa oriental, sajian seni barongsai, wushu, tai chi dan deretan lampion yang menghias sepanjang jalan utama peunayong ke arah pasar ikan. jalanan sepanjang kurang lebih seratus meteran itu disulap, menjadi deretan pasar yang menjual tidak saja dagangan khas aceh, namun juga menyajikan sajian makanan khas cina, seperti kue kacang yang biasanya hanya dijumpai ketika perayaan tahun baru imlek. kahadiran pertunjukan seni yang dimainkan oleh beragam tingkatan generasi mewakili dua etnis, adalah keunggulan dari paket suguhan festival peunayong pertama ini, yang sekaligus menandai sebuah sejarah  dan babak baru.

Peunayong adalah ikon, mewakili dua budaya, dua etnis dan menyimpan sejarah yang "dalam". gagasan sederhananya, setidaknya landskap peunayong dipertahankan sebagaimana aslinya, dengan dilengkapi  polesan landskap yang mewakili kekinian. idenya bisa dengan penambahan lampu hias khas aceh,baliho mini disetiap toko lama dengan ciri khas klasik, jadul, dan meski bernuansa islami-pun, masih tetap mampu menggabungkan dua ciri etnis cina dan aceh, ditambah desain eksterior dinding pada deretan toko lama dan pasar peunayong, dengan warna cerah meriah.

Lepas dari ide yang pernah kutulis, festival peunayong adalah sebuah sejarah. dan kelak ini akan menjadi agenda rutin yang menyandingkan kemajemukan budaya dan etnis menjadi sebuah entitas kuat, tentu paket ini diarahkan dan disatukan dalam paket wisata islami yang menjadi benang merah destinasi wisata aceh.
Hal penting yang harus digarisbawahi, karena peunayong dalam kesejarahan aceh adalah sebuah situs, sebuah kisah "taman gairah" yang menyemarakan landskap kerajaan aceh dimasa lalu. Islam dan Tionghoa, sehingga sekalipun festival ini kemudian didorong lebih maju menjadi bagian dari paket yang lebih menonjol dalam paket bandar wisata islami aceh tahun 2011 ini. namun dalam keinginan yang sama menguatnya, festival yang menonjolkan ciri ke-islaman juga tak boleh ditinggalkan, bahkan harus disandingkan, apalagi dalam gaung banda aceh visit year tahun ini.