Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Rabu, 13 April 2011

ESAI: Amerika, Osama dan Israel

Oleh Linda Christanty pada 09 April 2011 jam 6:50

PADA Juli 2010 Michel Germaneau, seorang lelaki Perancis, diculik dan dibunuh di Mali, Afrika Utara. Televisi Al Jazeera menyebut pelakunya adalah orang-orang Al Qaida in the Islamic Maghreb atau disingkat AQIM, kelompok Islam beraliran Salafi yang menjadi cabang Al Qaida di Afrika Utara dan Afrika Barat. AQIM menuntut tentara Perancis meninggalkan Afghanistan.

Sejak Osama bin Laden, pemimpin utama Al Qaida, dituduh bertanggung jawab terhadap tragedi World Trade Center (WTC) di New York pada 2001, pemerintah Amerika mengerahkan pasukan tempur dan sekutunya di Afghanistan dengan satu tujuan: menangkap Osama, hidup atau mati.

Germaneau tua renta. 78 tahun usianya. Ia pensiunan insinyur, warga biasa dan barangkali penasaran sampai akhir hayatnya mengapa ia dibunuh untuk hal-hal yang tak berkaitan langsung dengan kepentingan dirinya.

Ketika menyiarkan kematiannya, Al Jazeera menayangkan pemandangan gurun Sahara, senjata-senjata sitaan berderet di pasir, lelaki-lelaki Arab yang ditangkap dan marah, lalu di layar televisi muncul potret lelaki kulit putih berambut gondrong awut-awutan dengan kemeja amat longgar karena tubuhnya yang kurus kering dan ia tak lain dari Germaneau, korban kebiadaban tersebut.

Kata “Al Qaida” makin populer dalam sepuluh tahun terakhir.

Pertama kali saya mendengar nama Al Qaeda ketika WTC ditabrak pesawat penumpang yang dibajak pada 11 September 2001. Sekitar tiga ribu orang meninggal dunia dalam serangan tadi. Tayangan gedung yang hancur dan terbakar di jantung Amerika ini disiarkan televisi berulang-ulang. Mereka yang terlibat pembajakan pesawat berasal dari Arab Saudi, Lebanon, Mesir dan Uni Emirat Arab, dan yang terbanyak dari Arab Saudi.

Potret Osama, pemimpin Al Qaida, kemudian tampil di layar kaca. Seruan kemarahan terhadap lelaki Arab asal Saudi itu dilancarkan pemerintah George W. Bush. Perang terhadap Osama pun diserukan pemerintah Amerika ke seluruh dunia sebagai perang melawan teror, yang kelak dipropagandakan para musuhnya sebagai perang melawan Islam.

Bagaimana keadaan di Jakarta setelah tragedi WTC? Tak berapa lama setelah peristiwa itu, pedagang asongan justru menjajakan poster Osama di jalan-jalan seolah ia pahlawan. Poster-poster itu dipajang pedagang-pedagang kaki lima bersama poster penyanyi pop dunia dan bintang-bintang sepak bola, sebagaimana mereka menjual poster bapak revolusi Kuba Ernesto “Che” Guevara menjelang kekuasaan rezim otoriter Soeharto tumbang dan setelah itu, sebagai ikon perlawanan.

Di jalanan Jakarta , saya juga melihat anak kecil mengenakan kaos bergambar Osama di punggungnya dan dibonceng di jok belakang sepeda motor dengan kedua tangan melingkar di pinggang ayahnya yang tengah mengemudi dalam macet lalu-lintas. Si ayah barangkali tak paham bahwa wajah lelaki di baju anaknya adalah wajah seorang buronan dunia. Jangan-jangan ia menyangka Osama yang berjenggot panjang tak beda dengan pemimpin tarekat Qadiriyah asal Irak yang juga berjenggot itu, cucu Nabi Muhammad yang terkenal dengan sikap pluralismenya, Syech Abdul Qadir Jaelani. Atau ia menganggap tiap lelaki Arab mewarisi sifat kasih sayang Nabi Muhammad.

Buku-buku tentang Osama bin Laden dan Al Qaida dipajang di bagian “buku baru” di toko-toko buku, baik isinya pro maupun kontra. Saya bahkan membeli otobiografi perempuan yang suaminya adalah anggota keluarga bin Laden. Ia menggambarkan kehidupan masa lalunya di tengah keluarga itu sebagai pengalaman buruk. Putra bungsu Osama yang beristrikan seorang perempuan Inggris muncul dalam sebuah wawancara di majalah Vanity Fair. Ia berbeda pendapat dengan ayahnya, hidup secara hedonis. Namun, di sisi lain malah mempropagandakan betapa teguh pendirian sang ayah dan misterius pribadinya.

Perang ideologi pada akhirnya menciptakan pasar dan bisnis baru. Itu baru contoh kecil.

Bisnis yang lebih nyata terbentang di wilayah-wilayah konflik dan memperlihatkan apa yang jadi tujuan perang itu sendiri secara sistematis: sumber mineral, industri senjata, bisnis jasa keamanan serta kebutuhan pihak yang berperang juga pekerja kemanusiaan dan proyek-proyek pembangunan setelah penghancuran besar-besaran terjadi.

Beberapa orang yang saya temui dan sama sekali tidak bergabung dengan kelompok Islam fundamentalis, mereka yang bersama saya pergi ke kafe, ke salon atau plaza di waktu tertentu, ikut menyatakan isi hatinya.

Ada yang mengutuk tindakan itu, tapi banyak pula yang berkata bahwa di luar simpati mereka terhadap korban yang meninggal dunia, tindakan presiden Bush yang mengacak-acak negeri orang sudah sepantasnya dibalas dengan pukulan telak di jantung Amerika. Mereka yang terakhir ini tanpa sadar telah mendukung propaganda Osama dan terlibat dalam perangnya: menyetujui pemusnahan manusia!

Namun, ada juga teman yang menyebut aksi bajak-tabrak tadi berkaitan dengan ulah pemerintahan Bush sendiri. Mayoritas orang yang terlibat penabrakan WTC ternyata warga Arab Saudi beraliran Wahhabi, dari negara sekutu erat Amerika di Timur Tengah dan rekanan dalam bisnis minyak. Ia percaya teori konspirasi.

Barangkali masih banyak orang yang ingat sejarah kerja sama Osama dan pemerintah Amerika di masa lalu. Osama merupakan orang kepercayaan mereka untuk mengusir Soviet dari Afghanistan. Di masa itu pemerintah Amerika menyokong rezim militer Zia ul Haq di Pakistan. Osama dekat dengan Zia tentunya. Jenderal Zia pula yang menyalurkan dana ke seluruh pesantren Deobandi di Pakistan yang mencetak mujahiddin dari 35 negara, termasuk Indonesia, untuk melawan tentara Soviet di Afghanistan. Soviet akhirnya hengkang dari Afghanistan. Nah, kini orang-orang yang dulu bersekutu itu saling bermusuhan.

Di film dokumenter tentang kementerian luar negeri Amerika yang ditayangkan saluran televisi National Geographic belum lama ini, menteri luar negeri Hillary Clinton terus-terang menyatakan, “Kami yang menciptakan mujahiddin, melatih dan mempersenjatai mereka, yang kini di pihak yang berbeda.”

Di Pakistan, sebelum Clinton mengunjungi negara tersebut, 9 dari 10 orang Pakistan membenci negara Amerika. Setelah kunjungannya dan upayanya memperbaiki citra Amerika, angka tadi berubah sedikit. Dari 10 Pakistan, 8 yang tidak suka Amerika. Dalam satu sesi tanya jawab Clinton dengan warga, seorang peserta berkata bahwa perang Amerika bukanlah perang mereka.

Namun, sekutu Amerika di Afghanistan sendiri bukan sekutu sejati. Ketika pemerintah Amerika menuntut Hamid Karzai, presiden Afghanistan, untuk memberantas korupsi di pemerintahannya, Karzai mengancam akan bergabung dengan Taliban. Korupsi pejabat di negeri itu gila-gilaan. Di salah satu operasi badan intelijen Amerika untuk menangkap Osama, para sekutu Afghanistan ini harus dibayar dengan berkoper-koper uang dolar. Saat pasukan khusus Delta Force berhasil mendekati gua tempat Osama dan sekitar 700 pasukannya berlindung, siap melancarkan serangan mematikan, pasukan Afghanistan justru berbondong-bondong pulang ke rumah untuk tidur. Seorang perwira Afghanistan malah menyilahkan Osama pergi saat berpapasan dengannya di jalan. Mereka sesama veteran perang jihad melawan Soviet dulu.

HAMPIR satu dekade berlalu setelah WTC terbakar dan hancur, tapi trauma dan kebencian yang timbul akibat peristiwa itu masih terasa.

Sebulan setelah kematian Germaneau, di bulan Agustus 2010, saya menerima surat elektronik dari Edward. Ia teman dekat saya, seorang Amerika. Ia bercerita tentang debat panas dalam keluarga besarnya, karena sebuah masjid dan pusat kajian Islam akan dibangun dekat bekas menara kembar itu.

Edward mendukung pembangunan masjid tersebut, sehingga kelompok penentang dalam keluarganya jadi begitu gaduh. Sebagian anggota keluarga berpandangan negatif terhadap Islam setelah tragedi 11 September. Beberapa mulai berdebat tentang praktik Islam dan penafsiran kitab-kitab suci. Edward mengirim beberapa surat elektronik berisi obrolan sanak saudaranya pada saya.

Di sini saya kutipkan surat-surat mereka. Tom adalah abang Edward, profesor di satu universitas di Minnesota. Sam adalah keponakannya yang pengacara.

Edward: Perang kita melawan teror, bukanlah perang melawan Islam. Kaum (Islam) radikal itu minoritas. Kita dapat merangkul Islam moderat untuk bersama-sama melawan ektrimis di dunia Islam. Kamu misalnya tidak bisa mengatakan bahwa semua orang Afghanistan adalah Taliban. Orang-orang yang kamu sebut Taliban itu datang dari berbagai negara. Itu faktanya.

Sam: Dengan kata lain, kamu menyatakan bahwa para ektrimis ini datang dari berbagai negara dengan populasi muslim yang besar. Ekstrimis ini memang minoritas, tapi ada lingkaran di sekeliling mereka yang secara aktif mendukung, menyediakan makanan, tempat tinggal, uang dan transportasi.

Saat ini ada sekitar 100 juta orang yang digerakkan dan dibenarkan oleh keyakinan mereka atas agama. Ini bukan lagi radikal yang minoritas, melainkan mainstream

Sumber masalahnya sebenarnya terletak pada bagaimana Alquran ditafsirkan, bahkan dalam bentuk-bentuk yang lebih lunak, sama seperti yang terjadi pada Injil ratusan tahun lalu. Diperlukan kesadaran dan pengetahuan umat Islam sendiri untuk melawannya. Orang-orang Kristenlah yang pertama kali melawan perbudakan, meski dalam Injil ada sejumlah ayat yang membenarkan perbudakan. Orang-orang Kristen pula yang memimpin perlawanan terhadap diskriminasi, meski ada sejumlah ayat dalam Injil yang membenarkan diskriminasi. Orang-orang ini memimpin gerakan dan pawai menentang perbudakan. Itu dilakukan Martin Luther King bukan Mullah King. Sejak 11 September tidak ada demonstrasi atau pawai besar di mana pun di dunia yang melawan ide-ide Muslim radikal. Artinya, ini bukan gagasan minoritas, tapi mainstream.

Tom: Bagaimana dengan Iran? Bukankah di sana ada protes besar-besaran terhadap Ahmadinejad?

Sam: Protes itu berkaitan dengan masalah internal Iran, tidak punya kaitan dengan orang-orang Muslim yang kita bicarakan ini.

Debat keluarga Edward sangat menarik. Kitab suci memang statis, ayat-ayatnya tetap sama, tapi zaman berubah dan umat manusia yang harus menafsirkannya sesuai zaman atau bahkan mengkritisinya untuk menciptakan dunia yang lebih beradab.

Presiden Obama dan walikota New York juga mendukung pembangunan masjid dan pusat kajian Islam di dekat menara kembar itu. Namun, televisi Indonesia hanya menyiarkan aksi Pendeta Terry Jones yang menyerukan pembakaran Alquran sebagai tindakan menentang keputusan Obama. Banyak orang Indonesia marah menyaksikan tayangan itu.

Mereka tak terima kitab suci akan dibakar. Ada yang bereaksi akan membakar manusia-manusia Kristen. Mereka lupa bahwa kertas dan nyawa manusia merupakan dua hal yang jauh berbeda. Kertas dapat diproduksi lagi. Alquran bisa dicetak ulang terus-menerus, begitu pula Injil. Tapi nyawa manusia tidak.

Karena keterbatasan informasi, mereka yang marah-marah itu tentu tidak tahu bahwa ribuan orang dari berbagai agama dan bahkan mereka yang tidak beragama—kaum atheis—melakukan aksi mendukung pembangunan masjid dan pusat kajian Islam di dekat menara kembar tersebut. Orang-orang ini berdemonstrasi di pusat kota New York, mendukung Presiden Obama.

APA tujuan Osama menghancurkan WTC, membunuh warga sipil yang tidak terlibat langsung dalam perangnya dengan negara Amerika?

Ada sejumlah hal yang menarik dari pemikiran ahli konstruksi dan insinyur teknik sipil lulusan Universitas Riyadh ini.

Sebagai orang Islam, ia menafsirkan bahwa tidak boleh ada orang musyrik di Arab Saudi, yang berwujud pangkalan militer Amerika di Dhahran dan sekaligus jadi benteng monarki dinasti Ibnu Saud untuk menghadapi rakyatnya sendiri.

Ia hendak mensucikan Arab Saudi dari apa yang disebutnya “musuh Tuhan”, yang tidak datang sebagai turis ke negeri itu melainkan membawa kekuatan bersenjata.

Berdasarkan pengalamannya dalam perang Afghanistan dan setelah mempelajari perang Arab-Israel selama bertahun-tahun, Osama menyimpulkan bahwa persoalan utama dalam konflik Arab-Israel adalah Amerika dan persoalan utama bangsa-bangsa Arab adalah Israel.

Dengan melancarkan teror ke negara Amerika, ia berharap rakyat Amerika dapat menekan pemerintahnya untuk mengubah kebijakan negara tersebut terhadap Israel, mengubah politik luar negeri Amerika. Strategi menekan warga sipil dan propaganda menciptakan teror yang lebih besar dianggapnya tepat. Ia, misalnya, tidak akan menyerang instalasi militer negara adikuasa yang tidak mungkin dikalahkannya.

Salah satu tujuan Osama melancarkan politik kekerasan ke seluruh dunia tak lain dari penghancuran negara Israel. Al Qaida mengakui Israel sebagai satu bangsa, tapi tidak mengakui eksistensi negaranya.

Tapi di masa Presiden Obama negara Amerika justru terlihat makin mendukung Israel.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi untuk Palestina yang isinya memerintahkan Israel menghentikan pembangunan permukiman di Tepi Barat dan Jerusalem Timur. Dewan Keamanan menyatakan tindakan negara Israel tersebut sebagai bentuk pendudukan yang tidak sah terhadap wilayah Palestina.. Pada 1967 negara Israel mencaplok tiga wilayah Palestina: Jalur Gaza, Tepi Barat dan Jerusalem Timur. Sampai hari ini tiga wilayah itu masih dikuasai Israel.

Empat belas anggota Dewan Keamanan dan 130 negara anggota PBB mendukung resolusi tersebut pada 18 Februari 2011. Tapi resolusi tadi diveto Amerika.

Osama gagal meraih tujuan utama strateginya. Pemerintah Amerika tetap mendukung Israel.

Ternyata rakyat Amerika pun malah bersatu dengan pemerintahnya untuk melawan teror, tidak seperti harapan Osama. Intinya, orang tidak bisa didikte melakukan suatu kebaikan dengan cara kekerasan.

Tapi logika Osama ini terus diterapkan para pengikutnya di seluruh dunia. Mereka melakukan aksi-aksi pengeboman di tempat-tempat publik dan membunuh warga sipil dengan tujuan menekan pemerintah tertentu atau setempat.

Perang ini tampaknya tidak akan usai. Orang-orang yang bernasib seperti Michel Germaneau akan terus ada.***





*) Menulis buku "Dari Jawa Menuju Atjeh". Pemimpin redaksi Aceh Feature dan tinggal di Banda Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar