catatan kecil--diskusi Indonesia-Timor Leste

friday, April 22nd 2011, 12:53

by hanif sofyan

awalnya aku menduga, diskusi ini akan sedikit berat dan berbau politik, mengingat menunya juga berkisar soal industri ekstraktif, tambang plus climate change. ditambah lagi peserta yang bakal hadir juga teman-teman dari Timor Leste. terlepas dari catatan masa lalu, soal politik dan lain-lain, diskusi ini ternyata jauh dari soal itu.
Hal penting yang dapat diambil sebagai pelajaran penting dan berharga  dari teman-teman  yayasan Luta Hamutuk, sebuah yayasan yang berarti "persaudaraan bersama", adalah perjuangannya bagi nasib orang banyak di Timor Leste, baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi. Teman-teman di Timor Leste, jauh lebih maju dalam memperjuangankan soal industri ekstraktif, terutama minyak, komoditas andalan Timor Leste, paska referendum yang membebaskan mereka sebagai sebuah negara berdaulat dan merdeka.

Hanya saja jamaknya persoalan klasik yang kemudian muncul, terutama di negara yang baru berdaulat adalah persoalan kekuasaan dan "politik bagi hasil", bagi para pihak "pemenang" kemerdekaan. Kerumitan bertambah, ketika negera-negera yang merasa mendukung kemenangan itu, juga meminta imbal jasa. Sehingga Timor Leste yang berlimpah emas hitam harus rela kehilangan beberapa kilang minyak pentingnya di lepas pantai yeng berbatasan dengan negera tetangga, terutama Australia.

Terlepas dari sengketa itu semua, persoalan bagi hasil, adalah satu sisi yang sangat menarik dan menjadi kunci penting. Pemahaman kita selama ini soal bagi hasil ini, adalah Nilai kotor dibagi dua kepentingan negara dan negara, katakanlah 70-30 persen. nyatanya hal itu salah besar, dalam kesepakatan tertentu yang justru sering terjadi adalah. nilai kotor, di ambil 60% bagian untuk perusahaan mitra, sisanya sebesar 40% dibagi lagi bagi biaya pengelolaan perusahaan 60% dan negara pemilik tambang 40%. barulah 40% tadi dibagi lagi menjadi 10% dan 90% bagian, sehingga negara pemilik tambang menjadi penerima dana yang paling minim dibanding banyaknya mineral atau hasil bumi yang dimiliki dan "dikelola" bersama.

Namun inilah rumus paling jamak yang terjadi dalam pengelolaan industri terutama ekstraktif. Bagaimana dengan nasib Perusahaan kita di aceh Utara seperti Aceh Asean Fertilizer, Kertas Kraft Aceh, etc yang dikelola Exxon dan Mobil Oil, berapa persen sebenarnya yang benar-banar masuk dalam "kantong" Aceh atau Indonesia?. apakah juga bagian kecil sepersekian dari yang seharusnya kita dapatkan?. ini sebuah tantangan dan PR besar kita. agar kita tak lagi di--eksploitasi, dalam cara yang berbeda.

Satu hal penting lainnya, kita juga harus memetik pelajaran, Sikap negarawan Maria Alkitiri, Pejabat Presiden Pertama Timor Leste paska kemerdekaan, dengan pemikirannya yang mengedepankan rakyat  didepan semua kepentingan personal dan kelompok dalam membangun sebuah negara yang baru berdaulat, karena ini sulit dan langka.