Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Sabtu, 22 Januari 2011

Wali Nanggroe Versi Habib

Sun, Sep 13th 2009, 09:58

Wali Nanggroe Versi Habib

Catatan M. Adli Abdullah

MENYAMBUNG catatan yang tercecer minggu lalu, kali ini saya akan menukil bagaimana kiprah Habib Abdurrahman selama berada di tanah Hijaz. Habib Abdurrahman Az Zahir (1832-1896) yang masuk ke Aceh pada tahun 1864, atas rekomendasi Sultan Johor ini, sempat kawin dengan janda Sultan Sulaiman Syah, ibunda dari Sultan Alaidin Mahmudsyah dan menjadi perdana menteri dan menteri luar negeri Kerajaan Aceh Darussalam, kembali ke tanah Hijaz setelah menyerah kepada Belanda pada tanggal 13 Oktober 1878M. Dia lalu menerima pensiun dari pemerintah Belanda 10.000 dollar per bulan..dan kemudian dia hidup dalam keadaan tenang di sana.

Di Jeddah, Abdurrahman atas kepiawaiannya diangkat menjadi Shaikh es Sadat (syeikh para sayyid) oleh Gubernur Turki di Mekkah pada tahun 1886. Dia sangat bersahabat akrab dengan Konsul Jenderal Belanda di Jeddah J.A. Kruyt. Akan tetapi dia sangat dibenci oleh orang Aceh yang bermukim di sana. Seperti Tuanku Muhammad Saleh Asyi dan Syeikh Abdul Gani Asyi. Kedua orang ini memiliki pengaruh yang sangat kuat di kalangan masyarakat Aceh di Mekkah saat itu.

Setahun setelah menyerah dan berangkatnya Habib Abdurrahchman ke Jeddah, pada tahun 1879 Panglima Tibang, Syahbandar Kerajaan Aceh ikut menyusul menyerah dan memihak Belanda . Padahal kepada kedua mareka tanggungjawab diplomasi Aceh dibebankan selama ini sejak zaman pemerintahan Sultan Ibrahim Mansur Syah, Sultan Alaidin Mahmud Syah dan Muhammad Daud Syah. Mereka sering dikirim keluar negeri untuk mengadakan hubungan diplomatik dengan Negara-negara sahabat dan mencari dukungan internasional dalam perselisihan Aceh dengan Belanda.

Menyerahnya dua diplomat ulung ini menyebabkan Gebernur Hindia Belanda Van Lansberge di Jakarta serta panglima perangnya di Aceh Van der Heijden (Jenderal Buta Siblah) beranggapan bahwa perlawanan rakyat Aceh telah padam. Tetapi di lapangan perang melawan Belanda terus bekecamuk dan munculnya tokoh tokoh pejuang baru di Aceh seperti Tuanku Hasyim, Tuanku Raja Keumala, Panglima Polem, Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, Cut Mutia, Tengku Imum Lueng Bata, dan Tgk. Chik Abdul Wahab Tanoh Abe. Bahkan dalam musyawarah di Gunung Biram, Seulimum menyepakati untuk melibatkan ulama secara resmi untuk dapat memobilisasi perang melawan Belanda. Pada saat itulah tampil ulama ulama kharismatik Aceh, seperti Tgk Muhammad Saman Tiro, Tgk Syech Abdurrahim di Batee Iliek, Tgk Syik Di Awe Geutah, Tgk Syik di Paya Bakong, Tgk Syik Seupot Mata, Tgk Syik di Samarkilang, Tgk Syik Di Barat, dan ulama-ulama lainnya yang mungkin harus ditulis dalam tulisan lainnya. Bahkan Tgk Muhammad Saman Tiro berhasil menduduki Seulimum dan memaksa Belanda mengisolasi diri dalam lini konsentrasi di Banda Aceh yang dijaga ketat oleh serdadu Belanda dan orang bayarannya dan dibangun Benteng pertahanan kuta Raja antara Lamnyong, Lambaro Kaphe, Keutapang dan Lhoknga.

Di pihak lain, Rakyat Belanda sendiri mengecam perang yang dilancarkan pemerintahannya di Aceh yang berbilang tahun tak kunjung usai. Padahal janji awalnya bisa diselesaikan dalam masa tiga bulan. Akibatnya Keuchenius dari kelompok anti Revolusi (Calvinist) mengutuk serangan Belanda ke Aceh pada tahun 1880. Bahkan Keuchenius mengatakan bahwa perang ini sebagai salah satu perang yang paling mengerikan dan tidak ada dasarnya sama sekali yang pernah dilancarkan di India Belanda (Reid: 1969).

Pada saat genting itulah kementrian Daerah Jajahan Belanda mengirim DR Christian Snouck Hurgronje pada tahun 1884. Dia lahir pada 8 Februari 1857 di Tholen, Oosterhout, Belanda, alumni Universitas Leiden jurusan Teologi dan sastra Arab. Dengan berbekal kemampuan bahasa Arab dia dikirim ke Mekkah untuk memantau kegiatan orang Aceh di sana dan hubungannya dengan pan-Islamisme. Untuk bisa masuk ke kota Mekkah dia mengganti namanya menjadi Abdul Ghafur Al Hulandi. Menurut sejarah orang pertama yang ditemuinya di sana atas rekomendasi kementrian jajahan adalah Habib Abdurrahman Az Zahir. Dan ini diakui sendiri oleh Snouck dalam cacatan nasihat nasihatnya semasa kepegawaiannya (Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgronje semasa Kepegawaiannya :1990)..

“Sayyid telah menyusun nota singkat bagi saya yang berisi uraian tentang pandangannya tentang Aceh. Menurut pendapat saya yang rendah hati , nota yang dimaksud itu akan jauh lebih rinci dan memuat data yang berguna andaikata nota tersebut disusun untuk kepentingan pemerintah Agung (Belanda) “

Dari hasil pertemuannya dengan Habib ini, Snouck mendapatkan saran bagaimana ‘menaklukkan’ Aceh. Di antara saran tersebut adalah agar Belanda membentuk administrasi pemerintahan yang baru di Aceh yakni mengangkat seorang muslimin yang mempunyai pemikiran yang cemerlang, berasal dari keturunan ninggrat dan faham akan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pemerintahan Aceh dan bertindak sebagai wali pelaksana hukum agama dan hukum keduniaan. Wali inilah yang menjadi tempat bertanya bagi penduduk dalam segala urusan dan kepentingannya.

Saya menganggap saran itu pada prinsipnya ingin memisahkan otoritas agama dan kekuasaan di Aceh, supaya mudah diatur di dalam kehidupan agama rakyat Aceh saat itu. Karenanya Habib memunculkan istilah wali yang hanya mengurusi persoalan agama saja. Karena kerajaan Aceh dipandang telah ditaklukkan, namun semangat menentang Belanda masih menggelora. Agaknya, saran ini ingin mengatakan bahwa ulama Aceh harus dipimpin oleh seseorang yang dapat dipercayai oleh Belanda. Di dalam hal ini, Habib sendiri menganjurkan agar dia ditetapkan sebagai Wali pertama bagi orang Aceh saat itu. Saran saran ini diserahkan pada Snouck pada tanggal 8 Muharram 1302 H (Oktober 1884). Baru pada tanggal 26 Juli 1888 Snouck menyampaikan saran Habib ini kepada Menteri Daerah Jajahan Pemerintah Belanda Mr L.W.C. Keuchenius.

Pertualangan Snouck di tanah Hizaz terbongkar, sewaktu dia lagi mengambil air wudhuk dan Shalat di Mesjidil Haram, setelah keluarnya berita tentang keberadaan dirinya di Mekkah di salah satu surat kabar di Prancis, akibatnya pemerintah Turki di Hijaz mengusirnya pada tahun 1885 sebelum dia sempat melaksanakan ibadah haji. Akhirnya Snouck juga menawarkan diri untuk melakukan penelitian di Aceh agar bisa memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang Aceh dan cara penaklukkannya. Hasil penelitiannya telah dibukukan yang berjudul “Atjeheers” dan “de Gajoland” dan sekarang nasihat-nasihat mengenai Aceh bisa dibaca juga dalam kumpulan nasihat nasihat C Snouck Hurgronje semasa kepegawaiannya kepada pemerintah Hindia Belanda (1889-1936) yang telah dipublikasi ulang oleh Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS) atas kerjasama Universitas Negeri Leiden, Belanda dengan Departemen Agama Republik Indonesia.

Ada beberapa hal yang dapat ditarik dari perjalanan sejarah Habib dan Snouck. Dapat kita lihat bahwa kendati Habib berada di Mekkah, dia tetap ingin melibatkan dirinya di Aceh, melalui pintu kekuasaan Belanda. Hal ini terlihat walaupun ide Wali ini ditolak oleh pemerintah Belanda. Akan tetapi peran Habib tidak dapat diabaikan walaupun di berada di Mekkah. Snouck yang berpura-pura sebagai Muslim yang taat, juga harus melakukan beberapa penyamaran untuk menjalankan misi kolonialnya di Aceh. Kedua tokoh ini, menurut hemat saya telah menggunakan agama dan rakyat Aceh atas bagian dari kepentingan pribadi mereka. Saya dapat memastikan bahwa sikap dan aktivitas Snouck dan Habib Abdurrahman masih dapat kita lihat sekarang di Aceh. Saya memandang bahwa kasus mengenai siapa yang menjadi Wali Aceh saat ini semoga bukan dari hasil sejarah “bisik-bisik” seperti yang dilakukan oleh Habib terhadap Snouck di Mekkah***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar