Label

# (2) 100 buku (1) 1001 Cerita membangun Indonesia (1) 2016 (1) 2019 prabowo presiden (1) 2019 tetap jokowi (1) 2020 (1) 2021 (2) 21 tahun (1) 21 wasiat Sultan untu Aceh (2) 49 tahun IAIN Araniry (2) 99 buku (1) a ceh bahan buku (1) Abu Mudi (1) aceh (11) Aceh Barat (2) aceh digest (1) aceh history (2) aceh kode (2) aceh kopi (1) Aceh Singkil (1) aceh tengah (3) Aceh Tourism (2) Adat Aceh (3) agama (25) Air Bersih (2) aisya (1) Alue Naga (1) amazon (1) aminullah (1) anehnya negeriku indonesia (3) anggaran nanggroe aceh (1) anies (1) APBA (6) apresiasi serambi indonesia (1) arsip (1) artikel hanif (74) artikel kompas (1) artikel nabil azra (3) artikel rini (4) Artikel Serambi (9) artikel serambi-tokoh sastra melayu (2) artikel Tanah Rencong (1) artikel trans89.com (1) artikel/opini Modus Aceh (1) arundati roy (1) asia (1) asuransi (2) atlas of places (1) australia (1) Ayam (1) bacaan hari raya (1) bahan buku (106) bahan buku aceh (1) bahan buku kolaborasi (2) bahan buku. (12) bahan tulisan (1) bahana buku (1) bahasa (2) Banda Aceh (1) Bank Aceh syariah (1) Bank syariah Indonesia (1) batu (1) bawaslu (1) bencana alam (7) bendera dan lambang (1) Berbagi (1) berita nabil (1) berita serambi (1) berkeadilan (1) BHR (1) Bie Da Rao Wo Zhong Tian (1) bill gates (2) Bioscoop (1) Bioskop (1) birokrasi (1) birokrasi politik (1) Blogger Competition 2017 (1) Blogger Indonesia (1) BMA 2023 (3) Bola Kaki (1) book (1) BP2A (1) BPBA (1) BSI (1) budaya (83) budaya aceh (12) budaya massa (1) budaya tradisional (2) bukit barisan (1) buku (7) buku covid anak (1) Buku kapolri (1) bulkstore (2) bullying (1) bumi (2) bumi kita (1) bumi lestari (2) bumiku satu (1) Buyakrueng tedong-dong (1) cadabra (1) cerdas (1) cerita (2) cerpen (2) child abuse (1) climate change (3) Connecting Happiness (3) ConnectingHappiness (1) Cormoran Strike (1) Corona (1) corona virus19 (2) covid (1) Covid-19 (1) covid19 (9) CSR (1) cuplikan (1) Cut Nyak Dhien (1) dakwah kreatid (2) Dana Hibah (2) dara baroe (1) Data (1) dayah (4) De Atjehers (1) demam giok (1) Democrazy? (5) demokrasi (10) demokrasi aceh (6) diaspora (1) dinasti politik (3) diplomasi gajah (1) Ditlantas Meupep-pep (1) diva (1) DKPP (1) Don’t Disturb Me Farming (1) DPRA (1) dr jeckyl (1) Drama (1) drive book not cars (2) dua tahun BSI (1) Dusun Podiamat (1) earth hour (2) earth hour 2012 (2) ekonmi islam (1) Ekonomi (52) Ekonomi Aceh (51) ekonomi biru (1) ekonomi Islam (7) ekonomi sirkular (2) ekoomi (1) Ekosistem kopi (1) eksport import (1) Elizabeth Kolbert (1) essay (1) essay keren (1) essay nabil azra (1) falcon (1) fiksi (1) Film (6) Film animasi (1) film china (1) film cina (1) film drama (3) Film jadul (1) film lawas (1) filsafat (2) fir'aun (1) forum warga kota (1) forum warung kopi (2) FOTO ACEH (2) fourth generation university (2) GAIA (1) gajah sumatera (1) gam cantoi (2) gambar (1) ganjar (1) Garis Wallacea (1) garis Weber (1) Gas Terus (1) GasssTerusSemangatKreativitasnya (1) gempa (2) gender (3) generasi manusia (1) germs (1) gibran. jokowi (1) Gillian Rubinstein (1) god (1) goenawan mohamad (1) gramedia (1) groomer (1) grooming (1) gubernur (2) guiness book of record (1) guru (1) guru blusukan (1) guru kreatif (1) guru milenial (1) H. Soeprapto Soeparno (1) hacker cilik (1) Hadih Maja (1) Halodoc (1) Halue Bluek (1) hanibal lechter (1) hanif sofyan (7) hardikda (1) hari Air Sedunia (3) hari bumi (2) Hari gizi (1) hari hoaxs nasional (2) harry potter (1) hasan tiro (1) hastag (1) hemat energi (1) herman (1) Hikayat Aceh (2) hoaks (2) hoax (2) hobbies (1) hoegeng (1) HUDA (1) hukum (3) humboldtian (1) hutan indonesia (5) ibadah (1) ide baru (1) ide buku (2) idelisme (1) ideologi (1) idul fitri 2011 (1) iklan (1) Iklan Bagus (2) indonesia (4) Indonesia city Expo 2011 (1) industri (1) inovasi (1) Inovasi Program (1) intat linto (1) intermezo (5) internet dan anal-anak (1) investasi (2) investasi aceh (1) Iran (1) isatana merdeka (1) Islam (1) islam itu indah (3) Islamic banking (1) ismail bolong (1) Ismail Fahmi Lubis (1) IT (4) jalur Rempah (2) Jalur Rempah Dunia (2) Jalur rempah Nusantara (2) jeff bezzos (1) Jejak Belanda di Aceh (1) jepang (1) jk rowling (2) JNE (5) JNE Banda Aceh (1) JNE33Tahun (1) JNEContentCompetition2024 (1) joanne kathleen rowling (1) jokoei (1) jokowi (1) juara 1 BMA kupasi 2023 (1) juara 1 jurnalis (1) juara 2 BMA kupasi (1) juara 3 BMA kupasi 2023 (1) jurnal blajakarta (1) jurnal walisongo (1) jurnalisme warga (1) kadisdik (1) kaki kuasa (1) kalender masehi (1) kambing hitam (1) kampanye (1) kampus unsyiah (4) kamuflase (1) karakter (1) kasus kanjuruhan (1) kasus sambo (1) kaya (1) KBR (1) kebersihan (1) Kebudayaan Aceh (7) Kebumen (1) kedai kupi (1) kedai-kopi (1) Kedokteran (1) kedokteran Islam (1) kejahatan anak (1) kejahatan seksual anak (1) kekuasaan. (1) kelas menulis SMAN 5 (4) kelautan (4) keluarga berencana (1) Keluarga Ring Of Fire (1) kemenag (1) kemiskinan (2) kemukiman (2) kepemimpinan. (2) kepribadian (1) Kepribadian Muslim (1) kerajaan Aceh (2) kerja keras (1) kesehatan (13) kesehatan anak (4) keuangan (1) keuangan aceh (1) khaled hosseini (1) Khanduri Maulod (1) khutbah jumat (1) king maker (1) kirim naskah (1) Kisah (1) Kisah Islami (1) kite runner (1) KKR (2) KoescPlus (1) koleksi buku bagus (4) koleksi foto (2) Koleksi Kontribusi Buku (1) koleksi tulisanku (2) kolom kompas (1) kolom kompas hanif sofyan (2) kolom tempo (2) kompetensi siswa (1) Komunikasi (1) komunitas-serambi mihrab (1) konsumerisme (1) Kontribusi Hanif Sofyan untuk Buku (3) Kopi (2) kopi aceh (5) kopi gayo (2) kopi gayo.kopi aceh (1) kopi libri (1) Korupsi (7) korupsi di Aceh (4) kota masa depan (1) kota yang hilang (1) KPK (2) KPU (1) kredo (1) kriminal (1) krisis air (2) ku'eh (1) Kuliner Aceh (2) kultum (2) kupasi (1) kurikulum 2013 (1) kwikku (1) Labschool UIN Ar Raniry Banda Aceh (1) lain-lain (1) lalu lintas (1) lambang dab bendera (4) laut (1) Laut Aceh (1) Laut Biru (1) lebaran 2025 (1) legenda (1) Li Zhuo (1) lian hearn (1) Library (1) Library Gift Shop (2) lifestyle (1) limapuluah koto (1) Lin Xian (1) lincah (1) Lingkungan (42) lintho (1) listrik aceh (1) LNR (1) Lomba artikel 2016 (4) Lomba blog 2016 (1) lomba blog unsyiah 2018 (1) Lomba Blogger Unsyiah (2) lomba JNE (1) lomba mneulis asuransi (1) LSM-NGO (3) M nasir Fekon (1) Maek (1) maekfestival (1) magazine (1) makam (1) malcom gladwell (1) manajemen (2) manipulatif (1) manusia (2) marginal (1) Masyarakat Urban. (1) Mauled (1) maulid (2) Maulod (1) Media (1) megawati (1) Melinjo (1) Memberi (1) menhir (1) Menyantuni (1) mesjid baiturahman (2) Meulaboh (1) MH Amiruddin (1) migas (1) mimbar jum'at (1) minangkabau (1) Misbar (1) misi (1) mitigasi bencana (5) molod (1) moral (1) More Than Just A Library (2) motivasi (1) MTSN 4 Labschool UIN Ar Raniry (1) MTSN4 Banda Aceh (1) mukim (2) mulieng (1) museum (2) museum aceh (2) Museum Tsunami Aceh (4) music (1) Music show (1) musik (1) muslim produktif (1) musrenbang (1) Nabi Muhammad (2) naga (1) nagari seribu menhir (1) narkotika (1) naskah asli (3) Naskah Kuno Aceh (2) Negeri rempah terbaik (1) nelayan (1) new normal (1) Nina Fathdini (1) novel (1) Nubuah (1) Nusantara (1) off road (1) olahraga (2) one day one surah (1) opini (5) opini aceh tribun (2) opini analisadaily.com (1) opini bebas (1) Opini di lentera (1) opini hanif (1) opini hanif di serambi indonesia (4) opini hanif sofyan (1) Opini Hanif Sofyan di Kompas.id (1) opini hanif sofyan di steemit (1) opini harian aceh (4) Opini Harian Waspada (1) opini kompasiana (2) opini lintas gayo (11) opini lintas gayo com (1) opini LintasGayo.co (2) opini majalah tanah rencong (1) opini nabil azra (1) opini rini wulandari (1) opini serambi (43) opini serambi indoensia (4) opini serambi indonesia (169) opini siswa (4) opini tabloid lintas gayo (5) opini tempo (1) otsus (1) OYPMK (1) pandemi (1) pandemi covid-19 (9) papua (1) Pariwisata (3) pariwisata aceh (1) parlemen aceh politik aceh (8) pawang (1) PDAM (1) PDIP (1) pelosok negeri (1) Peluang Pasar (1) pemanasan global. green energy (1) pembangunan (29) pembangunan aceh (1) pemerintah (4) pemerintahan (1) pemilu 2014 (5) pemilu pilkada (1) pemilukada (9) Pemilukada Aceh (14) penddikan (2) pendidikan (29) pendidikan Aceh (27) penjahat kambuhan (1) penyair aceh (1) Penyakit kusta (1) Perbankan (3) perbankan islam (3) perdamaian (1) perempuan (8) perempuan Aceh (5) perempuan dan ibu (1) perempuan dan politik (2) perikanan (1) perpustakaan (2) perputakaan (1) personal (2) personal-ekonomi (1) pertanian (2) perusahaan ekspedisi (1) perusahaan logistik (1) perwira tinggi polri (1) pesantren (2) Pesta Demokrasi (1) pidie (1) pileg (1) pileg 2019 (2) pilkada (14) pilpres (2) pilpres 2019 (3) pilpres 2024 (2) PKK Aceh (1) plastik (1) PNS (1) polisi (2) polisi jahat (1) politik (115) politik aceh (160) politik indonesia (3) politik KPK versus korupsi (4) politik nasional (4) politis (1) politisasi (1) politk (5) Polri (1) polri presisi (1) popular (1) poster. (1) prabowo (2) prediktif (1) presiden (1) presiden 2019-2024 (1) PRESISI POLRI (1) produktifitas (1) PROFIL (1) propaganda (1) psikologi (2) psikologi anak (1) psikologi pendidikan (1) psikologis (1) Pulo Aceh (1) PUSA (2) pustaka (1) qanun (1) qanun Anti rentenir (1) Qanun LKS (2) Qu Meng Ru (1) ramadan (1) ramadhan (2) Ramadhan 2011 (4) ramadhan 2012 (2) rawa tripa (1) recycle (1) reduce (1) reformasi birokrasi (1) religius (1) Resensi buku (3) Resensi Buku hanif (2) resensi film (2) resensi hanif (2) residivis (1) resolusi. 2021 (2) responsibility (1) reuse (1) review buku (1) revolusi industri (1) robert galbraith (1) rohingya (1) Romansa (1) romantisme kanak-kanak (1) RPJM Aceh (3) RTRWA (2) ruang kelas (1) rujak u grouh apaloet (1) rumbia aceh (1) sains (1) Samalanga (1) sampah (1) satria mahardika (1) satu guru satu buku (1) satwa liar (1) secangkir kopi (1) sejarah (9) sejarah Aceh (28) sejarah Aceh. (3) sejarah dunia (1) sejarah-bahasa (5) sekda (1) sekolah (1) sekolah terpencil (1) selfie politik (1) Servant Leadership (1) setahun polri presisi (1) setapak perubahan (1) sigit listyo (1) sikoat (1) Sineas Aceh (2) Sinema Aceh (2) sinovac (1) situs (1) snapshot (1) sosial (14) sosiologi (1) sosiopat (1) SOSOK.TOKOH ACEH (3) spesies (1) statistik (1) Stigma (1) Stop Bajak Karya Online (1) sultan iskandar muda (1) sumatera barat (1) sustainable laundry (1) syariat islam (7) TA sakti (1) tahun baru (2) tambang aceh (1) tambang ilegal (1) tanah rencong (1) tantang IB (1) Tata Kelola pemerintahan (4) tata kota (2) TDMRC (1) Tehani Wessely (1) tehnologi (5) televisi (1) Tenaga kerja (2) terbit buku (1) the cucko'scalling (1) Thriller (1) timor leste (1) tips (3) tokoh dunia (1) tokoh kartun serambi (2) tradisi (2) tradisi aceh (2) tradisional (1) transparansi (1) tsunami (9) Tsunami Aceh (9) Tsunami story Teller (2) tuan hide (1) tukang obat (1) tulisan ringan (1) TUmbuh seimbang berkelanjutan bersama BSI (1) TV Aceh (1) tv dan anak-anak (3) uang haram (1) ujaran kebencian (1) ulama aceh (7) UMKM (1) Unsyiah (2) Unsyiah Library (3) Unsyiah Library Fiesta 2017 (3) upeti (1) upeti jin (1) ureung aceh (1) vaksin (2) viral (1) visi (1) Visit Aceh (2) Visit Banda Aceh (7) Visit Banda Aceh 2011 (4) walhi goes to school (1) wali nanggroe (3) walikota 2014 (1) wanita Iran (1) warung kupi (2) wirausaha aceh (1) Wisata Aceh (5) wisata spiritual (2) wisata tematik jalur rempah (1) Yayat Supriyatna (1) youtube (2) YouTube YoYo English Channel (1) YPBB (1) zero waste (2) Zhuang Xiao Man (1)

Sabtu, 22 Januari 2011

Teuku Cut Muhammad dalam Peristiwa Krueng Sampoiniet

Sun, Oct 18th 2009, 08:47

Teuku Cut Muhammad dalam Peristiwa Krueng Sampoiniet

BERAGAM versi sejarah perang Aceh ditulis, dari Betawi sampai Belanda. Namun dari tiga puluhan nama pahlawan nasional, hanya empat pahlawan Aceh yang dikenal, yang sering dijual di pinggir jalan. Mereka adalah Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, dan Tgk. Chik di Tiro

Di hati orang Aceh, pahlawan mereka tidaklah sedikit. Terkait persoalan ini, Belanda telah memberikan nama-nama yang pernah membuat pasukan mereka harus berjuang mati-matian untuk menaklukkan Aceh sejak dari 21 Maret 1873 sampai tahun 1942. Jika sumber sejarah nasional (Jakarta) sangat “miskin” kisah perlawanan rakyat Aceh, maka sumber Belanda sangat kaya, bahkan kita karena tidak paham bahasa Belanda, mungkin akan sangat sedikit bahannya terhadap sejarah ini.

Dalam “sejarah tercecer” kali ini saya akan mengangkat kisah seorang pejuang Aceh Teuku Cut Muhammad yang ditulis oleh Abdul Karim, Penginjak Rem Kereta Api di Aceh Tram. Dalam bukunya Pengalamanku Masa Perang Atjeh yang terbit pada tahun 1941, yang disadur Joesoef Syou’yb ( Di Pinggir Krueng Sampoiniet, 1941). Karim mengaku dia ditangkap hidup-hidup ketika terjadi penyergapan Kereta Api di Lhokseukon oleh pasukan Teuku Cut Muhammad sedangkan tentara Belanda dan penumpang kereta api lainnya mati ditangan Pang Nanggroe pada tahun 1902 M. Karim selamat dari pasukan Teuku Cut Muhammad yang dipimpin oleh Pang Naggroe karena mengaku dirinya Muslim dan mampu mengucapkan dua dua kalimat shahadat ketika pasukan kaum muslimin Aceh hendak membunuhnya.

Nama Karim ini tidak pernah terdengar di telinga kita. Karim memang pernah tinggal di Aceh ketika dia bersama kekasihnya dari pulau Jawa, Dina, juru rawat tentara Belanda. Bekerja pada pemerintahan Belanda di Aceh. Dari kisah kesaksian Karim ini juga terlihat bagaimana pola perjuangan di Aceh, yaitu sistem yang dibangun dengan keluarga. Warisan “kebencian terhadap” Belanda harus terpelihara erat di dalam sebuah keluarga, seperti yang terlihat dalam artikel berikut ini. Jadi, pada edisi ini, kita akan melihat sejarah perjuangan Aceh dari mata Karim dan juga bagaimana keteguhan pejuang Aceh di dalam melawan Belanda.

Alkisah, ada seorang tokoh perlawanan rakyat Aceh ketika melawan Belanda yaitu Teuku Cut Muhammmad (1851-1905M), suami pertama Cut Meutia. Anak Teuku Bentara Jamaloi (Teuku Ben Beureugang) dan Datoknya adalah Tok Bahra Ibnu Tok Wan Ibnu Ja Po Intan, pahlawan Aceh yang gugur di Melaka (Malaysia) dalam pertempuran melawan Portugis, masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M. Di sebutkan di dalam sejarah bahwa Teuku Cut Muhammad bersama guru dan teman seperjuangannya seperti Teungku Chik di Lapang, Teungku Chik Ara Keumudi, Teungku Chik Lhok Euncien, dan Teungku Chik Paya Bakong, Tgk Chik di Barat, Pang Nanggroe, Teungku Ben Daud dan isterinya Cut Meutia adalah mujahid yang terkenal dan disegani oleh Belanda. Berbagai taktik digunakan untuk melawan Belanda.

Tercatatlah satu peristiwa tanggal 21 Nopember 1902 M, Teuku Cut Muhammad mengirim agen intelijen yang bernama Pang Mubin yang menyamar sebagai penduduk yang telah takluk kepada Belanda. Agen Teuku Cut Muhammad ini mendatangi sebuah bivak tentara di Gampong Matang Rajeuk, memberitahukan bahwa pejuang Aceh sedang mengadakan kenduri di seberang Krueng Piada, Sampoiniet. Komandan bivak segera mengirimkan pasukan kesana dengan perhitungan semua yang hadir dalam kenduri akan dapat dihabisi. Kepada Letnan P.R.D. de Kok, seorang perwira yang berpengalaman dalam pertempuran di hutan-hutan dan terkenal keberaniannya, diserahi memimpin penyergapan ini. Ketika mendekati tempat yang dituju, mereka harus menyeberangi sebuah sungai, karena menurut laporan, upacara yang sedang berlangsung adalah di seberang sungai itu.

De Kok memerintahkan Pang Mubin dan kawannya mengayuhkan perahu ke seberang. Dan pada malam terang bulan itu terbayanglah padanya harapan kemenangan yang gemilang. Tetapi semua serdadu tersebut tenggelam dalam khayalannya, karena perahu mereka telah dibocori oleh agen Teuku Cut Muhammad tersebut.. Karim menukilkan kesaksiannya sebagai berikut:

Sahabat ! Tiada kuat hatiku akan mentjeriterakan kengerian peristiwa masa itu. Sampai kepada masa ini peristiwa Sampoinit itu amat tertjatat didalam sedjarah. Masih tampak-tampak olehku, dalam tjahaja bintang jang terkidjap-kidjap dipermukaan air, sungai besar itu meraih oleh darah; dan dipinggir sungai, darah berleleran diatas rumput.

Djangan dikata pula lagi raung djerit dan pekik jang menjeramkan. Kesingkatan peristiwa itu sadja jang sanggup saja tjeritakan. Benarlah berlaku kedjadian jang mareka rentjanakan sedjak bermula. Kedua perahu itu mendekati tengah. Dua tembakan kedengaran dan kedua perahu itu sekonjong-konjong terbalik. Suara pekik lalu bertjampur dengan djerit gemas dan amarah jang kalang kabut.

“Tukang dajung !”
“Setan, tangkap ia !”
“Keduanja lolos ....”
“Buru dan selami lekas !”
“Wahai, senapanku !”

Kearah tumpak itu sekonjong-konjong menghudjan peluru dari pinggir. Djerit gemas bergantikan djerit sakarat. Mana jang sanggup menjeberang kepinggir disambut pula oleh pedang dan kelewang. Konon kabarnja - setelah saja beroleh kabar pasti beberapa hari kemudiannja - diantara empatpulun lima orang serdadu itu ada duapuluh sembilan orang jang mendjadi korban. Seorang diantaranja Luitenant Kock sendiri. Dalam pada itu ada empatpuluh dua senapan jang hilang lenjap. Kedjadian itu ialah dalam bulan Nopember 1903.

Agaknya, jauh sebelum kejadian 10 November (hari Pahlawan) di Jawa Timur yang melambungkan nama Bung Tomo, kisah kepahlawanan Aceh pada November 1903 memang tidak pernah tercatat rapi di dalam sejarah perjuangan nasional. Kesaksian Karim, asal Padang (Sumbar) ini bisa menjadi “sejarah tercecer” bagaimana perang berlangsung di Aceh saat itu.

Banyak tentara Belanda yang menjadi korban atas taktik dan siasat yang dimainkan oleh Teuku Cut Muhammad, Gubernur Jenderal Van Heutz akhirnya menekan Cut Nyak Asia, adik ayah Teuku Cut Muhammad, agar menyerahkan kemenakannnya dan dijamin keselamatannya. Akhirnya, Teuku Cut Muhammad, atas tipu daya Letnan Van Vuuren penguasa Belanda di Lhokseumawe berhasil menangkap Teuku Cut Muhammad dengan cara mengundangnya untuk makan bersama dikediamannya. Karena siasat ini pula dia akhirnya dihukum mati bulan 25 Maret 1905.

Selama berada di dalam penjara Belanda, Teuku Cut Muhammad berpesan agar istrinya Cut Meutia bersedia melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Di samping dia disuruh menjaga anak semata wayang mereka, yaitu Raja Sabi, Cut Meutia juga dinasehatkan agar mau menikah lagi dengan Pang Nanggroe - sebagai panglima perang Teuku Cut Muhammad. Inilah sejarah awal kenapa Cut Meutia terlibat di dalam kancah perang Aceh. Sampai sekarang dalam sejarah nasional, nama-nama suami Cut Meutia jarang diungkit sebagai pahlawan nasional. Gambar Cut Meutia terlihat jelas di dalam barisan pahlawan Nasional segaris dengan R.A. Kartini yang dianggap sebagai tokoh emansipasi wanita Indonesia.

Kisah kesaksian Karim dan bagaimana sikap Teuku Cut Muhammad memang jarang dikisahkan. Dalam hal ini, jiwa kepahlawanan para pejuang Aceh memang merata di setiap penjuru tanah Aceh. Jadi, kita tidak sepatutnya hanya mengatakan bahwa pejuang Aceh hanya berasal dari kawasan tertentu, lalu karena ada gelar kampung tersebut, kita menganggapnya pahlawan hingga sekarang.

Perjuangan rakyat Aceh dulu, adalah perjuangan kerakyatan. Artinya, kendali perang bukan dari istana atau bahkan dari luar negeri. Sejarah perjuangan Aceh adalah sejarah seluruh rakyat Aceh secara komprehensif, bukan sejarah keluarga si fulan dari daerah si fulen.

Satu hal lagi yang menarik adalah sudah saatnya rakyat dan pemerintah Aceh menulis ulang sejarah perjuangan mereka. Sumber-sumber sejarah masih berserakan dimana-mana. Banyak nama pahlawan yang tidak kita kenal. Sehingga menganggap kisah heroik mereka adalah mitos atau legenda di masa yang akan datang. Akibatnya kita menjadi kehilangan kendali sejarah— peuturi droe keudroe. Ini bedanya dengan tempat lain, banyak kisah perjuangan melawan penjajah kemudian dijadikan sebagai simbol-simbol perjuangan bangsa Indonesia.

Inilah saat yang tepat untuk mengambil ruh perjuangan mereka untuk dijadikan sebagai piring sejarah. Lalu bisa dinikmati generasinya. Kisah Karim dari Padang juga menarik untuk mahami bagaimana kesetiaan orang Aceh di dalam mempertahankan tanah indatu. Inilah kesadaran yang sekarang makin pupus.

(Catatan: M Adli Abdullah, pemerhati Sejarah, Adat dan Budaya Aceh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar